@B24-DHICO
@B24-Dhico
Oleh : Dhico Imtinan Setyowat
Oleh : Dhico Imtinan Setyowat
Abstrak
Beras
merupakan makanan sumber
karbohidrat yang utama di
kebanyakan Negara Asia. Negara-negara
lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam
jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara
Asia.
Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak para investor. Namun demikian, di lain pihak, harga beras sangat ditentukan pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak para investor. Namun demikian, di lain pihak, harga beras sangat ditentukan pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
Kata
Kunci : Produksi,
Biaya Produksi, Beras
Pendahuluan
Indonesia merupakan daerah yang memiliki
potensi yang sangat baik pada sektor
pertanian, sehingga Indonesia di tingkat internasional merupakan salah
satu produsen sekaligus konsumen beras terbesar dunia di bawah Cina. Beras sebagai
barang konsumsi sangat dipengaruhi oleh banyak tidaknya orang yang akan mengkonsumsi
beras tersebut. Semakin
banyak orang yang
mengkonsumsi beras maka semakin tinggi pula kebutuhan beras.
Indonesia yang memiliki berbagai potensi
dan permasalahan terkait dengan pangan, sehingga sangat menarik untuk dilakukan
pengamatan. Pengembangan pertanian di lahan
pasang surut merupakan perwujudan dan upaya pemanfaatan potensi alam secara
optimal, penyeimbangan penduduk, pemerataan
pembangunan, peningkatan produktivitas dan taraf hidup masyarakat. Pemanfaatan dan pengembangan
lahan pasang surut secara optimal akan
memberikan sumbangan besar terhadap pencapaian dan pelestarian
swasembada pangan khususnya beras.
Permasalahan
Dari
pendahuluan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
produksi beras di Indonesia?
2.
Apa yang dimaksud biaya produksi?
3. Metode
apa saja yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi?
Pembahasan
Hingga
saat ini Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sehingga masih tergantung pada impor. Kondisi
ini diperburuk oleh adanya konversi lahan
subur di Jawa sehingga pertumbuhan produksi padi melandai. Studi ini mencoba
mengkaji kinerja pemanfaatan lahan sawah, kontribusi dan prospeknya dalam
peningkatan produksi padi nasional.
Hasil studi menunjukkan bahwa lahan sawah merupakan sumber utama produksi
padi. Potensi lainnya ialah peningkatan mutu intensifikasi melalui penggunaan varietas unggul disertai dengan pengelolaan tanaman
dan sumberdaya terpadu. Penerapan
kebijakan ini harus didukung oleh pembangunan dan renovasi infrastruktur
disertai penyediaan sumber modal agar memungkinkan petani mengadopsi teknologi
maju.
Adnyana
(2001), melalui pendekatan
model Penyesuaian Parsial Nerlove,
mengatakan bahwa total produksi
suatu komoditas pertanian
dihitung dari perkalian
antara luas areal
panen (At) dan produktivitasnya (Yt)
(perhitungan ini yang
digunakan dalam penelitian) atau
dirumuskan sebagai:
Qgt= At x Yt..........
Menurut Machmud (2005) menjelaskan bahwa
harga beras memiliki keunikan dalam proses penentuannya sehingga perlu kehati –
hatian dalam menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai
makanan pokok masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya kenaikan
harga beras, namun jika harga beras tinggi
penduduk miskin akan
meningkat. Seperti saat ini terjadi di Indramyu, Indrramayu sendiri
memiliki produksi padi 1,7 juta ton per tahun. Sementara, konsumsinya hanya 250
ribu ton.
Kebijakan Pengembangan Konsumsi Pangan
(Tinjauan Umum)
1. Pemberdayaan
Masyarakat
Untuk
merubah pola konsumsi pangan masyarakat yang bertumpu pada pangan pokok beras dengan memperhatikan
pola konsumsi wilayah
setempat, membutuhkan waktu
yang cukup lama bagi
masyarakat untuk mengenal
dan mencoba memperbaiki
pola konsumsi pangannya.
2. Peningkatan
Kemitraan
Peningkatan
kemitraan merupakan implementasi dari koordinasi dan kerjasama riil antara petani
dan pemerintah, LSM, Swasta, Lembaga Penelitian, serta Perguruan Tinggi dalam mengembangkan
konsumsi pangan terutama tingkat rumah tangga.
3.
Sosialisasi Pengembangan
Untuk
memasyarakatkan kebijakan pengembangan ini kepada semua pihak yang mempunyai kepentingan
(stakeholders), perlu diadakan sosialisasi secara bertahap dan bertingkat,
mulai dari tingkat pusat
hingga tingkat lapangan
dan didasarkan pada
cara – cara yang tidak melanggar norma atau aturan yang berlaku di
masyarakat.
Menurut Hehamahua (2011) Secara umum
Produksi mempunyai pengertian pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu bentuk barang menjadi barang yang lain
atau dapat mengubah bentuk satu ke bentuk yang lain.
Biaya produksi membentuk harga pokok
produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya produksi
digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya
produksi, meliputi:
a.
Biaya
bahan baku (direct material cost)
Merupakan
bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam
produk jadi yang siap untuk dipasarkan.
b. Biaya tenaga kerja langsung (direct
labour cost)
Merupakan
biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam
menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara langsung diterjunkan
dalam kegiatan produksi menangani segala peralatan produksi dan usaha itu dapat
terwujud.
c. Biaya overhead pabrik (factory
overhead cost)
Umumnya
didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan
biaya pabrik lainnya, seperti ; biaya pemeliharaan pabrik, yang tidak secara
mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.
Biaya produksi yang di
keluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Biaya
Eksplisit
Semua pengeluaran untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan input lain yang dibayar melalui pasaran
(pembayaran berupa uang).
2.
Biaya
Implisit
Biaya Implisit adalah
biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya penyusutan barang
modal.
Biaya produksi atau disebut juga dengan biaya
pabrikasi merupakan pengeluaran – pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi
dapat diperkirakan dalam menghasilkan suatu barang. Besarnya biaya produksi itu
merupakan besarnya pembebanan yang
diperhitungkan atas pemakaian
faktor – faktor produksi yang berupa
bahan baku, tenaga
kerja serta mesin
dan peralatan, untuk
menghasilkan suatu produk tertentu.
Metode penentuan harga pokok produksi adalah
cara memperhitungkan unsur – unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua
pendekatan : full costing dan variabel costing.
Full
costing digunakan untuk menentuan metode harga pokok produksi
yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik
yang berperilaku variabel
maupun tetap. Penentuan harga pokok
produksi tersebut tidak selalu dapat menghasilkan informasi akuntansi yang
relevan dengan kebutuhan manajemen.
perencanaan laba dan
perilakunya itu akan timbul metode
lain yang tidak memperhitungkan semua biaya produksi, hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja. Metode ini dikenal dengan istilah variable costing.
Kesimpulan
1. Produksi
mempunyai pengertian pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu bentuk barang menjadi barang yang lain
atau dapat mengubah bentuk satu ke bentuk yang lain.
2.
Biaya produksi membentuk harga pokok
produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya produksi
digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya
produksi meliputi:
a.
Biaya
bahan baku (direct material cost)
b.
Biaya
tenaga kerja langsung (direct labour cost)
c.
Biaya
overhead pabrik (factory overhead cost)
3.
Biaya produksi yang di keluarkan setiap
perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.
Biaya
Eksplisit
b.
Biaya
Implisit
4. Metode
penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur – unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua
pendekatan : full costing dan variabel costing.
Daftar Pustaka
Hehamahua,
Hayati. 2011. Vol 4. No 3. Hal 5. Produksi Beras di Indonesia. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=115934&val=5274&title=PRODUKSI%20BERAS%20DI%20INDONESIA.
(Diakses pada 25 Maret 2017)
Muhayani,
Novita. 2016. Teori Biaya Produksi. http://www.academia.edu/29216628/Teori_Biaya_Produksi.
(Diakses pada 25 Maret 2017).
Pravitasari,
Dyah. 2013. Vol 1. No 2. Perhitungan
Biaya Produksi Guna Menetapkan Harga Jual Produk. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=253556&val=6838&title=PERHITUNGAN%20BIAYA%20PRODUKSI%20GUNA%20MENETAPKAN%20HARGA%20JUAL%20PRODUK.
(Diakses pada 01 April 2017)
Sanny,
Lim. 2010. Vol 1. No 1. Analisis Produksi Beras di Indonesia. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=433844&val=9219&title=ANALISIS%20PRODUKSI%20BERAS%20DI%20INDONESIA.
(Diakses pada 01 April 2017)
Dwi, Ahmad. 2017. Indramayu Bakal Jadi Lumbung Padi Premium. http://bisnis.liputan6.com/read/2882947/indramayu-bakal-jadi-lumbung-padi-premium.
(Diakses pada 01 April
2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.