Abstrak : inflasi dapat diartikan sebagai proses naiknya harga-harga secara
berkelanjutan dalam periode tertentu. Naiknya harga-harga secara berkelanjutan
ini bisa disebabkan banyak hal, misal uang yang beredar semakin banyak,
permintaan yang meningkat, atau tersendatnya distribusi barang karena
masalah tertentu.
artikel ini
menjelaskan tentang inflasi di salah satu daerah Jawa Barat yaitu Cirebon yang
merupakan kota dengan inflasi yang tinggi di Jawa Barat
Kata kunci : inflasi, Jawa Barat
Pendahuluan: Inflasi di Indonesia salah satunya dikendalikan oleh BI. Bank
Indonesia fokus mengendalikan kestabilan nilai rupiah. BI mengendalikan nilai
rupiah agar stabil terhadap barang/jasa dan stabil terhadap nilai mata uang
lain. Karena itu peran BI sangat penting sebagai pengendali inflasi utama. Indonesia
pernah mengalami dua kali hiperinflasi, yaitu pada tahun 1960an dan tahun 1998.
Pada tahun 1960an inflasi konon mencapai 600%. Pada tahun itu inflasi terjadi
akibat defisit anggaran dan beberapa kesalahan kebijakan ekonomi saat itu
Permasalahan :
1.
Bagaimana inflasi di Jawa Barat?
2.
Kota mana yang mengalami inflasi tertinggi di Jawa
barat
Pembahasan:
KOMPAS.com
-Inflasi di Provinsi Jawa Barat pada Juli 2017 sangat terkendali. Pada bulan
lalu, inflasi Jawa Barat sebesar 0,01 persen dan berada di bawah inflasi nasional
yaitu 0,02 persen. "Inflasi ini sangat terkendali. Artinya, pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Barat berhasil mengendalikan harga pasca-musim
Lebaran," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Dody Herlando di
Bandung, seperti rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (2/8/2017). Dari tujuh
kota yang disurvey, BPS mencatat empat kota mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi ada di Kota Cirebon yang mencapai 0,94%. Sedangkan, tiga kota
mengalami deflasi. Kota Bandung mengalami deflasi tertinggi, yakni sebesar
-0,27%. Kenaikan harga komoditas cukup terkendali selama Juli. Bahkan, sejumlah
komoditas justru turun harga. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara
lain minyak goreng, telur ayam ras dan mentimun. "Itupun kenaikannya masih
dibawah 0,03%," ujarnya. Sebelumnya, bank sentral memprediksi inflasi di
Jawa Barat pada Juli akan menurun dibandingkan laju inflasi Juni 2017. Fenomena
mudik Lebaran dan kenaikan tarif listrik golongan 900VA tahap III memicu
inflasi pada Juni. Sementara, kondisi Juli sangat berbeda. Tahun ajaran baru
bagi anak sekolah turut menyumbang inflasi. Namun, secara umum inflasi Juli
turun dibandingkan Juni 2017. Lebih rendah dibanding 2016 Inflasi tahun ini
jauh lebih rendah dibanding tahun lalu. Pada 2016, Provinsi Jawa Barat mencatat
inflasi per Juli sebesar 0,47 persen. Angka itu lebih rendah dibanding inflasi
nasional yang mencapai 0,69 persen. Kenaikan sejumlah harga menjelang Lebaran
menjadi salah satu penyumbang inflasi Juli tahun lalu. Dody mengatakan data
inflasi sangat strategis untuk digunakan banyak pihak terkait rencana
bisnisnya. Kemampuan daerah mengelola inflasi berdampak besar pada iklim
investasi. "Jika inflasi terkendali maka akan menjadi nilai positif bagi
calon investor," ujarnya.
Cirebon - Bank Indonesia (BI) Jawa Barat
memprediksi inflasi di Jawa Barat tahun ini 4,02%. Kepala Perwakilan BI Jawa
Barat Wiwiek Sisto Widayat mengatakan tren inflasi tersebut sudah mulai terasa
di awal tahun ini.
Pada tahun 2017 lalu, kata Wiwiek, inflasi di Jawa Barat mencapai 3,63%.
"Tren sekarang memang naik. Tahun lalu inflasinya 3,63%. Kemungkinan tahun
ini mencapai 3,93% sampai 4,02%. Itu juga belum menghitung jika ada kenaikan
harga BBM," ucap Wiwiek usai menjadi pembicara dalam acara Capacity
Building Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Barat di salah satu hotel,
Jalan Kartini Kota Cirebon, Kamis (25/1/2018).
Wiwiek
mengatakan komoditas beras menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi
terbesar di Jawa Barat. Selama lima tahun terakhir, menurutnya, komoditas beras
tak pernah absen menjadi penyumbang inflasi.
"Kalau kita lihat secara umum, beras selalu menjadi penyumbang inflasi,
utamanya pada bulan Januari, Februari, dan Maret," katanya.
Pada Januari ini pihaknya telah melakukan survei produk harian inflasi.
Hasilnya, dikatakan Wiwiek, hingga pekan ketiga di bulan Januari ini inflasi di
Jawa Barat mencapai 0,48%.
"Salah satunya penyumbang terbesarnya beras, inflasinya mencapai 0,05
sampai 0,08%. Telebih lagi, harga beras sekarang melebihi HET," ujarnya.
Selain beras, dikatakan Wiwiek, komoditas penyumbang inflasi di Jawa Barat di
antaranya daging sapi, telur ayam, daging ayam, bawang merah, dan cabai. Wiwiek
juga mengatakan kenaikan harga BBM menjadi penyumbang inflasi.
"Kita juga memperhitungkan harga BBM. Karena harga BBM penentu
inflasi," ucapnya.
Untuk mengendalikan angka inflasi tersebut, diakui Wiwiek, pihaknya telah
berkordinasi dengan Satgas Pangan, Pemerintah Jawa Barat, dan Ditjen Tanaman
Pangan Kementrian Pertanian.
"Ada dua hal yang kita sepakati, pertama soal bazar kebutuhan pokok dan
kedua soal operasi pasar. Ini akan dilakukan terus," tutupnya.
Di tempat yang sama, Anggota DPR RI Komisi XI Kardaya Warnika mengatakan
inflasi memiliki dampak bagi kesejahteraan rakyat. Menurutnya kenaikan harga
menjadi paradoks bagi masyarakat.
"Ada masyarakat yang kesulitan kalau harga naik. Tetapi, ada juga
masyarakat yang diuntungkan. Maka dari itu, inflasi penting dan itu berpengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat," ucap Kardaya usai memberikan sambutan
dalam acara yang digelar BI itu.
Kardaya menyesalkan angka inflasi di Jawa Barat yang mencapai 3,63%. Sebagai
provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan penyangga ibu kota, sambung
Kardaya, inflasi di Jawa Barat memiliki dampak nasional.
"Inflasi nasional itu mencapai 3,61%, Jawa Barat inflasinya lebih tinggi
dari nasional. Padahal, Jawa Barat memiliki infrastruktur yang bagus dari
daerah lain. Kami meminta agar TPID ini bersinergi, harus dipikirkan secara
keseluruhan," tutupnya.
daftar pustaka: