.

Tampilkan postingan dengan label Z07-Inda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Z07-Inda. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Juni 2016

kebijakan moneter


PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA



Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Sentral dengan cara langsung atau tidak langsung.

·         Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
·         Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

·         Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
·         Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Jenis – jenis Kebijaksanaan Moneter

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
·         Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
·         Pola persebaran sumber daya
·         Distribusi pendapatan

Dengan kebijaksanaan fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak pengangguran , inflasi , neraca pembayaran internasionla yang terus menerus defisit dan sebagainya. Ada analisis yang dipakai dalam kebijakan fiskal

1.      Analisis kebijaksanaan fiskal dalam sistem perpajakan yang sederhana.
Dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakata untuk konsumsi tidak lagi secara langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional, akan tetapi oleh tinggi rendahnya pendapatan yang siap untuk di belanjakan atau disposable income

2.      Analisis kebijaksanaan fiskal dalam system perpajakan yang Built-in Flexible
Yang dimaksud dengan system perpajakan yang built-in flexible adalah system pemungutan pajak pendapatan, maksudnya adalah  untuk meratakan distribusi pendapatan agar tidak terjadi ketegangan – ketegangan social. Dikatakan flexible karena mengikuti pendapatan, apabila pendapatan besar maka jumlah pajak yang di bayar besar dan begitu sebaliknya.

Efektivitas Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga (r) atau output sesuai dengan yang diinginkan pemeritah. Pengaruh kebijakan fiskal terhadap output keseimbangan, pertama-tama terjadi melalui pengaruh terhadap keseimbangan pasar dan jasa.

1.              Dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan pasar barang – jasa
Dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan pasar barang dan jasa telah dijelaskan secara matematis dalam bagian sebelumnya

2.              Dampak kebijakan fiskal ekspansif terhadap inflasi
Jika tambahan pengeluaran pemerintah akan menghasilkan tambahan output keseimbangan yang beberapa kali lipat, bukankah lebih baik pemerintah terus-menerus meningkatkan anggaran? Baru bener bila di dalam perekonomian hanya terdiri atas pasar barang dan jasa.
Fungsi Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan negara yaitu yang terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN. Dalam pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa APBN mempunyai sejumlah fungsi, yakni :

Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Sumber : 


Senin, 06 Juni 2016

PENGARUH INFLASI DAN UPAH TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1980-2007

PENGARUH INFLASI DAN UPAH TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1980-2007

                Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Sedangkan inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga barang dalam periode waktu tertentu. Semakin tingginya inflasi yang terjadi dapat berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang menurun, sehingga akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran.
                Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencakup bukan hanya komponen upah atau gaji, tetapi juga lembur dan tunjangantunjangan yang diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2008).
                Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Berdasarkan tabel berikut dapat dilihat pengangguran di Indonesia yang dari tahun ketahun bertambah terus. Pengangguran meningkat melebihi 8% per tahun yang mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran. Bahkan pada tahun 2006, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 10,27% dengan jumlah pengangguran sebesar 10.932.000 jiwa (Badan Pusat Statistik Indonesia, 1998-2007).


Berdasarkan tabel dapat diketahui hubungan pertumbuhan angkatan kerja dengan pengangguran yang terjadi di Indonesia. Pada tabel tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif. Walaupun pertumbuhan angkatan kerja cenderung bersifat fluktuatif dilihat dari persentase pertumbuhannya, tetapi jumlah angkatan kerja di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun tersebut (1998-2007), hal ini diikuti dengan kenaikan pengangguran yang mengindikasikan kenaikan jumlah pengangguran sehingga terdapat kecenderungan yang searah dengan jumlah pengangguran.

Menurut penelitian yang dilakukan Dinarno, John and Mark. P. Moore (1999), menunjukkan adanya hubungan positif antara inflasi melalui GDP deflator dengan pengangguran yang terjadi di Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan penelitian yang di lakukan Amir (2007), menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara inflasi dan pengangguran di Indonesia periode 1980-2005. Hal tersebut disebabkan karena pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Menurut Mankiw (2000), upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan.

                Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.
                Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri.  

Hubungan Inflasi Terhadap Jumlah Pengangguran
Salah satu peristiwa moneter yang sering kali dijumpai di hampir tiap negara di dunia adalah Inflasi. (Salvatore, 2007) menyatakan bahwa definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Hubungan Besaran Upah Dengan Jumlah Pengangguran
Hubungan besaran upah yang berpengaruh terhadap jumlah pengangguran dijelaskan oleh Kaufman dan Hotckiss (1999). Tenaga kerja yang menetapkan tingkatupah minimumnya pada upah tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah upah tersebut, seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut dan akibatnya menyebabkan pengangguran.

Kesimpulan
Berdasarkan atas hasil penelitian pada bab sebelumnya yaitu penelitian tentang Pengaruh Inflasi Dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia periode 1980-2010, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Berdasakan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel independent yaitu variabel upah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran di Indonesia selama periode 1980-2010 dan variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran. 2) Bahwa inflasi pada tingkat yang rendah akan berfungsi mendorong perkembangan perekonomian, sedangkan inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan perekonomian. 3) Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternatif lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun diikuti dengan pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu. Dan kesimpulan yang terakhir, yang menjelaskan bahwa upah dan inflasi adalah variabel yang kuat mempengaruhi pengangguran di Indonesia dari hasil analisis adalah, apabila R square mendekati 100% maka bisa dikatakan bahwa kedua variabel tersebut (upah dan inflasi) mempengaruhi pengangguran. Sedangkan kesimpulan yang menjelaskan bahwa upah dan inflasi adalah variabel yang kuat mempengaruhi pengangguran di Indonesia secara teori adalah sebagai berikut: 1) Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi secara cepat namun hal ini akan diiringi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu inflasi ditanggulangi dengan perlahan dan dibarengi dengan pengangguran yang rendah. tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang beredar, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu. Apabila inflasi dapat dikendalikan berarti itu sebuah kesuksesan dalam perekonomian, tetapi hal ini harus diimbangi dengan penurunan suku bunga, sehingga nantinya akan meningkatkan investasi, dan juga memacu meningkatnya ekspor. Peningkatan investasi juga bisa menambah kesempatan kerja yang ada sehingga pengangguran dapat berkurang. 2) Berdasarkan kesimpulan bahwa upah memiliki keterkaitan yang kuat dengan jumlah pengangguran, bahwa seharusnya dalam penentuan upah harus di sepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara pengusaha dan pegawai. Dimana pengupah yang baik adalah apabila para pekerja menerima upah yang lebih jika perusahaan mendapat keuntungan. Hal ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja, sehingga produktivitas pun akan meningkat, maka hal ini juga akan menguntungkan bagi perusahaan. Akan tetapi, jika perusahaan mengalami kerugian, perusahaan hanya cukup membayar upah pegawai tetapi tidak di bawah upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Daftar Pustaka:
Amir, Amri. 2008. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jambi: FE Universitas Jambi
Wahyu Utomo, Fajar . (2013). Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran Di Indonesia Periode Tahun 1980-2010 (skripsi).  Malang : Universitas Brawijaya Malanglasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jambi: FE Universitas Jambi

Senin, 30 Mei 2016

Siklus Ekonomi Indonesia

Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus-menerus bertumbuh, pada satu tahun bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik-turun perekonmian dikenal sebagai siklus ekonomi.
1.       Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang teridiri atas empat elemen:
a.       Gerakan menaik
b.      Titik puncak atau kulminasi
c.       Gerakan menurun
d.      Titik terendah atau nadir

                Biasanya indicator yang digunakan untuk menganilisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan          ekonomi atau jumlah output rill, serta tingkat harga.
2.       Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
a.       Siklus Jangka Pendek
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah dan adat istiadat atau kebiasaan.
b.      Siklus Jangka Menengah
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Menurut William Stanley Jevon, siklus ekonomi di bumi (dalam hal ini perekonmian inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari yang berdaur ulang 11 tahun sekali.
c.       Siklus Jangka Panjang
Durasi sikus ini berkisar antara 48—60 tahun. Salah satu faktor yang diduga berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkannya teknolgi baru.

3.       Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflansi
a.       Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila analisisnya jangka pendek. bila output riil berada di bawah output natural, maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat pengangguran natural.

b.      Siklus Ekonomi dan Inflansi
      Diagram (a) adalah siklus output dan diagram (b) adalah siklus inflansi. Dari diagram terlihat bila output rill berada di bawah output natural, inflansi cenderung menurun. Sebaliknya, bila output rill berada di atas output natural, inflansi cenderung meningkat.  


1.       Pengelolaan Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi tidak dapat terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat.
 Sumbu vertical dalam diagram adalah output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama periode sangar besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan hangka panjangnya karena output natural terus menigkat.
a.       Kebijakan Jangka Pendek
Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural (output gap).
b.      Kebijakan Jangka Panjang
Target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab, simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.

1.    Siklus Ekonomi Indonesia
1.)    Periode 1969-1995
a.      Indikator PDB Riil
Bila menggunakan data PDB riil bertahun dasar 1990, perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, dalam arti selama PJP I perekonomian Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Selama PJP I pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini yang menyebabkan selama PJP I, PDB riil menjadi sekitar 6 kali lipat.
b.      Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan indikator pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan bahwa selama PJP I mengalami fluktuatif tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan  naiknya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil boom). Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian mengalami resesi.

2.)     Periode 1990-an
Memasuki tahun 1990-an perekonomian Indonesia kembali menikmati pertumbuhan tinggi. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyebabkan selama 7 tahun pertama periode 1990-an, PDB riil hamper menjadi dua kali lipat yaitu dari RP 263 triliun di tahun 1990 menjadi RP 434 triliun di tahun 1997.

3.)    Krisis Ekonomi 1998
Selama periode 1990an, resesi terjadi pada triwulan pertama dan kedua 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia, setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pertengahan tahun 1997. Memasuki tahun 1999 perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan masih di bawah rata-rata 1990-1999.
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar (market failure), yang disebebkan ketidaksempurnaan informasi (imperfect information) dan penyimpangan moral (moral hazard) para pelaku ekonomi. 

Daftar Pustaka:
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
Adiwarman. 2008.  Ekonomi Makro Islam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumitro. 1991.  Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga/Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Jakarta: Indonesia, 2008.

Minggu, 22 Mei 2016

Keuangan Indonesia yang Semakin Terpuruk




1.       Uang
a.       Definisi dan Pengertian
Uang merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk transaksi. Uang adalah sesuatu yang diterima/dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi.
1)      Uang fiat
Adalah komoditas yang diterima sebagai uang, namun nilai nominalnya jauh lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri. Contoh: uang kertas.
2)      Uang komoditas
Adalah uang yang nilainya sebesar nilai komoditas itu sendiri. Contohnya: nilai uang perunggu <  nilai satu keeping uang perak, satu keping perak < nilai satu uamg emas.
3)      Uang hamper likuid sempurna
Uang fiat dan uang komoditas adalah uang yang likuid sempurna, sehingga untuk dapat digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan terlebih dahulu. Contohnya: cek.
b.      Fungsi Uang
1)      Satuan hitung
2)      Alat transaksi
3)      Penyimpan nilai
4)      Standar pembayaran di masa mendatang
c.       Permintaan Uang
1)      Teori permintaan uang klasik
Menurut pandangan ekonmi klasik, fungsi uang hanyalah sebagai nilai tukar. Karenanya jumlah uang yang diminta berbanding proporsional dengan tingkat output atau pendapatan.
2)      Teori permintaan uang Keynesian
Menurut teori Keynes ada tiga motivasiborang pemegang uang, yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga, dan memperoleh keuntungan.
d.      Jumlah Uang Beredar
Adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat.
e.      Proses Penciptaan Uang
Proses penciptaan uang terjadi di dalam system perbankan, di mana bank yang pertama kali memperleh depsit akan menyalurkannya kepada bank berikutnya sebagai pinjaman bank kedua akan menyalurkan pinjaman yang diperlehnya dari bank pertama kepada bank ketiga. Begitu seterusnya hingga jumlah tak terhingga.
f.        Mdel Matematis Proses Penciptaan Uang
1)      Uang primer dengan notasi B adalah jumlah uang yang dipegang masyarakat dalam bentuk uang kartal (C) dan cadangan wajib (R). uang primer dikontrol oleh bank sentral
2)      Gir wajib mnimum, yang besarnya ditentukan oleh bank sentral. Notasinya adalah rr.
3)      Rasio uang kartal giral dinotasikan cr, yang menggambarkan pilihan bentuk uang yang dipegang masyarakat dalam arti jumlah uang beredar, beberapa bagian (%) yang disimpan dalam bentuk uang kartal dan beberapa bagian (%) yang disimpan dalam bentuk uang giral.
2.       Lembaga Keuangan
Adalah embaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Fungs utama lembaga keuangan adalah sebagai perantara pihak-pihak yang membutuhkan uang modal dengan pihak-pihak  yang memilikinya.
a.       Lembaga keuangan perbankan
Klasifikasi bank menjadi dua kelmpk yaitu:
1)      Bank umum
2)      Bank perkreditan rakyat
b.      Bank sentral
Fungsi utama bank sentral:
1)      Agen fiskal pemerintah
2)      Banknya bank
3)      Menentukan kebijakan moneter
4)      Pengawasan, evaluasi, dan pembinaan perbankan
5)      Penanganan transaksi giro
6)      Riset-riset ekonomi
c.       Bank Indonesia
Adalah bank sentral Republik Indonesia.

d.      Lembaga keuangan bukan perbankan
1)      Perusahaan asuransi
2)      Lembaga dan pension
3)      Perusahaan investasi
4)      Perusahaan pembiayaan
5)      Pegadaian
3.       Lembaga Keuangan Informal
                Adalah lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuanagan namun tidak berlandaskan kekuatan hukum. Di Indonesia lembaga ini terutama beroperasi di pedesaan atau masyarakat kelmpok bawah. Umumnya prsedur dan perjanjian pinjaman amat cepat, sederhana, dan berdasarkan perjanjian lisan atau tertulis yang sederhana.
                Bentuk usaha kembaga keuangan informal yang ada di Indonesia antara lain riba dan ijon.  Usaha riba adalah usaha member pinjaman dengan menggunakan bunga yang sangat tinggi, sehingga sering disebut lindah darat atau rentenir. Praktik ijon di kalangan petani, di mana pemodal memberikan dana kepada petani, dengan syarat hasilnya nantinya harus dijual kepada pemodal.

Kesimpulannya:

Dalam tulisan berjudul "The Indonesia Economy: Dangers Ahead" itu McBeth yang memiliki pengalaman menstudi negara-negara di kawasan Asia Tenggara selama lebih dari 40 tahun itu mengatakan, kritik yang disampaikan Jokowi terhadap lembaga-lembaga keuangan internasional dalam Konferensi Asia Afrika menjadi penyebab mengapa investor asing tidak tertarik menanamkan modal di Indonesia.

Bila awalnya di ujung pemerintahan SBY pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada angka 5,8 persen, kini Bank Dunia dan bahkan pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan beada pada kisaran 5,2 hingga 5,3 persen.

Sementara International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisara 4,7 persen, merujuk pada kondisi pada kuarter pertama tahun ini.

Lembaga-lembaga keuangan internasional, menurut McBeth, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5 persen. Goldman Sachs memperkirakan 4,9 persen, sementara JP Morgan memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan kandas di angka 4,4 persen.

Perekonomian Indonesia diperburuk oleh penuruan harga komoditas dipicu permintaan China yang berkurang. Di bulan Mei, volume ekspor Indonesia turun 15,2 persen dibanding bulan yang sama di tahun lalu. Angka ini nyaris dua kali dari penurunan ekspor di bulan April.

Daftar Pustaka:
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga/Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Jakarta: Indonesia, 2008.

Daftar Link:
Ekonomi Indonesia Semakin Terpuruk; http://www.rmol.co/read/2015/06/22/207215/John-McBeth:-Ekonomi-Indonesia-Semakin-Terpuruk-