Tampilkan postingan dengan label Z07-Inda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Z07-Inda. Tampilkan semua postingan
Senin, 13 Juni 2016
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses
mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti
menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter
pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan
Bank Sentral dengan cara langsung atau tidak langsung.
·
Kebijakan
moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan dalam hal peredaran
uang atau kredit perbankan.
·
Kebijakan
moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan cara mempengaruhi
kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
·
Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar
·
Kebijakan
Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah
uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Jenis –
jenis Kebijaksanaan Moneter
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada
pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal adalah
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi
pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
·
Permintaan
agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
·
Pola
persebaran sumber daya
·
Distribusi
pendapatan
Dengan
kebijaksanaan fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian
dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak
pengangguran , inflasi , neraca pembayaran internasionla yang terus menerus
defisit dan sebagainya. Ada analisis
yang dipakai dalam kebijakan fiskal
1.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam sistem perpajakan yang sederhana.
Dengan adanya tindakan
fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakata untuk konsumsi tidak lagi secara
langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional, akan tetapi oleh
tinggi rendahnya pendapatan yang siap untuk di belanjakan atau disposable
income
2.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam system perpajakan yang Built-in
Flexible
Yang dimaksud dengan system
perpajakan yang built-in flexible adalah system pemungutan pajak pendapatan,
maksudnya adalah untuk meratakan
distribusi pendapatan agar tidak terjadi ketegangan – ketegangan social.
Dikatakan flexible karena mengikuti pendapatan, apabila pendapatan besar maka
jumlah pajak yang di bayar besar dan begitu sebaliknya.
Efektivitas
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga (r) atau output
sesuai dengan yang diinginkan pemeritah. Pengaruh kebijakan fiskal terhadap
output keseimbangan, pertama-tama terjadi melalui pengaruh terhadap
keseimbangan pasar dan jasa.
1.
Dampak kebijakan
fiskal terhadap keseimbangan pasar barang – jasa
Dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan pasar
barang dan jasa telah dijelaskan secara matematis dalam bagian sebelumnya
2.
Dampak kebijakan
fiskal ekspansif terhadap inflasi
Jika tambahan pengeluaran pemerintah akan
menghasilkan tambahan output keseimbangan yang beberapa kali lipat, bukankah
lebih baik pemerintah terus-menerus meningkatkan anggaran? Baru bener bila di
dalam perekonomian hanya terdiri atas pasar barang dan jasa.
Fungsi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal
merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan negara yaitu yang terdapat pada
pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN. Dalam pasal 3 ayat (4) UU
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa APBN mempunyai
sejumlah fungsi, yakni :
• Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
• Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
• Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
• Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Sumber :
Selasa, 07 Juni 2016
Senin, 06 Juni 2016
PENGARUH INFLASI DAN UPAH TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1980-2007
PENGARUH INFLASI DAN UPAH TERHADAP
PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1980-2007
Inflasi
merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Sedangkan inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga barang
dalam periode waktu tertentu. Semakin tingginya inflasi yang terjadi dapat
berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang menurun, sehingga akan terjadi
peningkatan jumlah pengangguran.
Upah
adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencakup bukan
hanya komponen upah atau gaji, tetapi juga lembur dan tunjangantunjangan yang
diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport, uang makan dan
tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan
Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan
lain yang bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2008).
Dalam
standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan
dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan
kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu upah tertentu,
tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Berdasarkan tabel berikut dapat dilihat
pengangguran di Indonesia yang dari tahun ketahun bertambah terus. Pengangguran
meningkat melebihi 8% per tahun yang mengindikasikan bertambahnya jumlah
pengangguran. Bahkan pada tahun 2006, tingkat pengangguran di Indonesia
mencapai 10,27% dengan jumlah pengangguran sebesar 10.932.000 jiwa (Badan Pusat
Statistik Indonesia, 1998-2007).
Berdasarkan tabel dapat diketahui hubungan
pertumbuhan angkatan kerja dengan pengangguran yang terjadi di Indonesia. Pada
tabel tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif. Walaupun
pertumbuhan angkatan kerja cenderung bersifat fluktuatif dilihat dari
persentase pertumbuhannya, tetapi jumlah angkatan kerja di Indonesia terus
bertambah dari tahun ke tahun tersebut (1998-2007), hal ini diikuti dengan
kenaikan pengangguran yang mengindikasikan kenaikan jumlah pengangguran
sehingga terdapat kecenderungan yang searah dengan jumlah pengangguran.
Menurut penelitian yang dilakukan Dinarno,
John and Mark. P. Moore (1999), menunjukkan adanya hubungan positif antara
inflasi melalui GDP deflator dengan pengangguran yang terjadi di Belgia,
Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat.
Sedangkan penelitian yang di lakukan Amir (2007), menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang nyata antara inflasi dan pengangguran di Indonesia periode
1980-2005. Hal tersebut disebabkan karena pertambahan tenaga kerja baru jauh
lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat
disediakan setiap tahunnya. Menurut Mankiw (2000), upah merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Selain itu, upah juga merupakan
kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang
yang dibayarkan.
Didasarkan
pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1)
inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya
(cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).
Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi
permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya
kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang
dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari
pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan
permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full
employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi
mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena
kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus
menerus.
Inflasi
desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply
side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan
biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan
efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan
biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan jasa,
meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan
terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena
pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di
negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam
negeri.
Hubungan
Inflasi Terhadap Jumlah Pengangguran
Salah satu peristiwa moneter yang sering
kali dijumpai di hampir tiap negara di dunia adalah Inflasi. (Salvatore, 2007)
menyatakan bahwa definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
lain.
Hubungan
Besaran Upah Dengan Jumlah Pengangguran
Hubungan besaran upah yang berpengaruh
terhadap jumlah pengangguran dijelaskan oleh Kaufman dan Hotckiss (1999).
Tenaga kerja yang menetapkan tingkatupah minimumnya pada upah tertentu, jika
seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah upah tersebut, seseorang akan
menolak mendapatkan upah tersebut dan akibatnya menyebabkan pengangguran.
Kesimpulan
Berdasarkan atas hasil penelitian pada bab
sebelumnya yaitu penelitian tentang Pengaruh Inflasi Dan Upah Terhadap
Pengangguran di Indonesia periode 1980-2010, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1) Berdasakan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
variabel independent yaitu variabel upah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pengangguran di Indonesia selama periode 1980-2010 dan variabel
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran. 2) Bahwa inflasi
pada tingkat yang rendah akan berfungsi mendorong perkembangan perekonomian,
sedangkan inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan
perekonomian. 3) Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena
akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara
cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan
alternatif lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan
inflasi menjadi tidak jelas walaupun diikuti dengan pengangguran yang rendah.
Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan
himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan,
atau dengan campuran dari semua kebijakan itu. Dan kesimpulan yang terakhir,
yang menjelaskan bahwa upah dan inflasi adalah variabel yang kuat mempengaruhi
pengangguran di Indonesia dari hasil analisis adalah, apabila R square
mendekati 100% maka bisa dikatakan bahwa kedua variabel tersebut (upah dan
inflasi) mempengaruhi pengangguran. Sedangkan kesimpulan yang menjelaskan bahwa
upah dan inflasi adalah variabel yang kuat mempengaruhi pengangguran di
Indonesia secara teori adalah sebagai berikut: 1) Inflasi yang sudah berkembang
cepat perlu ditanggulangi secara cepat namun hal ini akan diiringi dengan
timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternatif lain yang dapat
dilakukan yaitu inflasi ditanggulangi dengan perlahan dan dibarengi dengan
pengangguran yang rendah. tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah
uang beredar, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan
penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu. Apabila inflasi
dapat dikendalikan berarti itu sebuah kesuksesan dalam perekonomian, tetapi hal
ini harus diimbangi dengan penurunan suku bunga, sehingga nantinya akan
meningkatkan investasi, dan juga memacu meningkatnya ekspor. Peningkatan
investasi juga bisa menambah kesempatan kerja yang ada sehingga pengangguran
dapat berkurang. 2) Berdasarkan kesimpulan bahwa upah memiliki keterkaitan yang
kuat dengan jumlah pengangguran, bahwa seharusnya dalam penentuan upah harus di
sepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara pengusaha dan pegawai. Dimana
pengupah yang baik adalah apabila para pekerja menerima upah yang lebih jika
perusahaan mendapat keuntungan. Hal ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan
pekerja, sehingga produktivitas pun akan meningkat, maka hal ini juga akan
menguntungkan bagi perusahaan. Akan tetapi, jika perusahaan mengalami kerugian,
perusahaan hanya cukup membayar upah pegawai tetapi tidak di bawah upah minimum
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Daftar Pustaka:
Amir, Amri. 2008. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di
Indonesia. Jambi: FE Universitas Jambi
Wahyu Utomo, Fajar
. (2013). Pengaruh Inflasi dan Upah
Terhadap Pengangguran Di Indonesia Periode Tahun 1980-2010 (skripsi). Malang :
Universitas Brawijaya Malanglasi dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jambi: FE Universitas
JambiSelasa, 31 Mei 2016
Senin, 30 Mei 2016
Siklus Ekonomi Indonesia
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang
terus-menerus bertumbuh, pada satu tahun bahkan satu triwulan pun mengalami
penurunan. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik-turun perekonmian dikenal sebagai
siklus ekonomi.
1.
Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai
gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang teridiri atas empat elemen:
a.
Gerakan menaik
b.
Titik puncak atau kulminasi
c.
Gerakan menurun
d.
Titik terendah atau nadir
Biasanya
indicator yang digunakan untuk menganilisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi atau jumlah output rill, serta
tingkat harga.
2.
Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
a.
Siklus Jangka Pendek
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Faktor-faktor yang diduga
memengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah dan adat istiadat atau
kebiasaan.
b.
Siklus Jangka Menengah
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Menurut William
Stanley Jevon, siklus ekonomi di bumi (dalam hal ini perekonmian inggris)
dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari yang berdaur
ulang 11 tahun sekali.
c.
Siklus Jangka Panjang
Durasi sikus ini berkisar antara 48—60 tahun. Salah satu faktor yang
diduga berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan
diterapkannya teknolgi baru.
3.
Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflansi
a.
Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan
positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila
analisisnya jangka pendek. bila output riil berada di bawah output natural,
maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural.
Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural tingkat pengangguran akan
menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output
riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat
pengangguran natural.
b.
Siklus Ekonomi dan Inflansi
Diagram
(a) adalah siklus output dan diagram (b) adalah siklus inflansi. Dari diagram
terlihat bila output rill berada di bawah output natural, inflansi cenderung
menurun. Sebaliknya, bila output rill berada di atas output natural, inflansi
cenderung meningkat.
1.
Pengelolaan Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi
tidak dapat terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus agar
dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus
diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak naik turun output
diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang
terus meningkat.
Sumbu
vertical dalam diagram adalah output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend
output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena
simpangan siklus selama periode sangar besar. Namun karena pengelolaan yang
baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi
mampu mempertahankan pertumbuhan hangka panjangnya karena output natural terus
menigkat.
a. Kebijakan Jangka
Pendek
Target utama
kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output
natural (output gap).
b. Kebijakan Jangka
Panjang
Target yang ingin
dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan
ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab, simpangan
yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
1. Siklus
Ekonomi Indonesia
1.) Periode 1969-1995
a. Indikator PDB Riil
Bila menggunakan data PDB riil bertahun dasar 1990,
perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, dalam arti
selama PJP I perekonomian Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif).
Selama PJP I pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Hal
ini yang menyebabkan selama PJP I, PDB riil menjadi sekitar 6 kali lipat.
b. Indikator
Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan indikator pertumbuhan ekonomi dapat
disimpulkan bahwa selama PJP I mengalami fluktuatif tingkat pertumbuhan
ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan
perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973
disebabkan naiknya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan
ekspor migas (oil boom). Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah
terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian mengalami resesi.
2.) Periode 1990-an
Memasuki tahun 1990-an perekonomian Indonesia kembali
menikmati pertumbuhan tinggi. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyebabkan
selama 7 tahun pertama periode 1990-an, PDB riil hamper menjadi dua kali lipat
yaitu dari RP 263 triliun di tahun 1990 menjadi RP 434 triliun di tahun 1997.
3.) Krisis Ekonomi 1998
Selama periode 1990an, resesi terjadi pada triwulan
pertama dan kedua 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi
Indonesia, setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pertengahan tahun 1997.
Memasuki tahun 1999 perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi,
sedangkan tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat
pertumbuhan masih di bawah rata-rata 1990-1999.
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari
mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Risiko dari mekanisme pasar adalah
kegagalan pasar (market failure), yang disebebkan ketidaksempurnaan
informasi (imperfect information) dan penyimpangan moral (moral
hazard) para pelaku ekonomi.
Daftar Pustaka:
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
Adiwarman. 2008. Ekonomi Makro Islam . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga/Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Jakarta: Indonesia, 2008.
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga/Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Jakarta: Indonesia, 2008.
Selasa, 24 Mei 2016
Minggu, 22 Mei 2016
Keuangan Indonesia yang Semakin Terpuruk
1.
Uang
a.
Definisi dan Pengertian
Uang merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk transaksi. Uang adalah
sesuatu yang diterima/dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau
transaksi.
1)
Uang fiat
Adalah komoditas yang diterima sebagai uang, namun nilai nominalnya jauh
lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri. Contoh: uang kertas.
2)
Uang komoditas
Adalah uang yang nilainya sebesar nilai komoditas itu sendiri. Contohnya:
nilai uang perunggu < nilai satu keeping
uang perak, satu keping perak < nilai satu uamg emas.
3)
Uang hamper likuid sempurna
Uang fiat dan uang komoditas adalah uang yang likuid sempurna, sehingga
untuk dapat digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan terlebih dahulu. Contohnya:
cek.
b.
Fungsi Uang
1)
Satuan hitung
2)
Alat transaksi
3)
Penyimpan nilai
4)
Standar pembayaran di masa mendatang
c.
Permintaan Uang
1)
Teori permintaan uang klasik
Menurut pandangan ekonmi klasik, fungsi uang hanyalah sebagai nilai
tukar. Karenanya jumlah uang yang diminta berbanding proporsional dengan
tingkat output atau pendapatan.
2)
Teori permintaan uang Keynesian
Menurut teori Keynes ada tiga motivasiborang pemegang uang, yaitu untuk
transaksi, berjaga-jaga, dan memperoleh keuntungan.
d.
Jumlah Uang Beredar
Adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat.
e.
Proses Penciptaan Uang
Proses penciptaan uang terjadi di dalam system perbankan, di mana bank
yang pertama kali memperleh depsit akan menyalurkannya kepada bank berikutnya
sebagai pinjaman bank kedua akan menyalurkan pinjaman yang diperlehnya dari
bank pertama kepada bank ketiga. Begitu seterusnya hingga jumlah tak terhingga.
f.
Mdel Matematis Proses Penciptaan Uang
1)
Uang primer dengan notasi B adalah jumlah uang
yang dipegang masyarakat dalam bentuk uang kartal (C) dan cadangan wajib (R).
uang primer dikontrol oleh bank sentral
2)
Gir wajib mnimum, yang besarnya ditentukan oleh
bank sentral. Notasinya adalah rr.
3)
Rasio uang kartal giral dinotasikan cr, yang
menggambarkan pilihan bentuk uang yang dipegang masyarakat dalam arti jumlah uang
beredar, beberapa bagian (%) yang disimpan dalam bentuk uang kartal dan
beberapa bagian (%) yang disimpan dalam bentuk uang giral.
2.
Lembaga Keuangan
Adalah embaga yang kegiatan utamanya
menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Fungs utama
lembaga keuangan adalah sebagai perantara pihak-pihak yang membutuhkan uang
modal dengan pihak-pihak yang
memilikinya.
a.
Lembaga keuangan perbankan
Klasifikasi bank menjadi dua kelmpk yaitu:
1)
Bank umum
2)
Bank perkreditan rakyat
b.
Bank sentral
Fungsi utama bank sentral:
1)
Agen fiskal pemerintah
2)
Banknya bank
3)
Menentukan kebijakan moneter
4)
Pengawasan, evaluasi, dan pembinaan perbankan
5)
Penanganan transaksi giro
6)
Riset-riset ekonomi
c.
Bank Indonesia
Adalah bank sentral Republik Indonesia.
d.
Lembaga keuangan bukan perbankan
1)
Perusahaan asuransi
2)
Lembaga dan pension
3)
Perusahaan investasi
4)
Perusahaan pembiayaan
5)
Pegadaian
3.
Lembaga Keuangan Informal
Adalah
lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuanagan namun tidak berlandaskan
kekuatan hukum. Di Indonesia lembaga ini terutama beroperasi di pedesaan atau
masyarakat kelmpok bawah. Umumnya prsedur dan perjanjian pinjaman amat cepat,
sederhana, dan berdasarkan perjanjian lisan atau tertulis yang sederhana.
Bentuk
usaha kembaga keuangan informal yang ada di Indonesia antara lain riba dan ijon.
Usaha riba adalah usaha member pinjaman
dengan menggunakan bunga yang sangat tinggi, sehingga sering disebut lindah
darat atau rentenir. Praktik ijon di kalangan petani, di mana pemodal
memberikan dana kepada petani, dengan syarat hasilnya nantinya harus dijual
kepada pemodal.
Kesimpulannya:
Dalam
tulisan berjudul "The Indonesia
Economy: Dangers Ahead"
itu McBeth yang memiliki pengalaman menstudi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara selama lebih dari 40 tahun itu mengatakan, kritik yang disampaikan
Jokowi terhadap lembaga-lembaga keuangan internasional dalam Konferensi Asia
Afrika menjadi penyebab mengapa investor asing tidak tertarik menanamkan modal
di Indonesia.
Bila awalnya di ujung pemerintahan SBY pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada angka 5,8 persen, kini Bank Dunia dan bahkan pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan beada pada kisaran 5,2 hingga 5,3 persen.
Sementara International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisara 4,7 persen, merujuk pada kondisi pada kuarter pertama tahun ini.
Lembaga-lembaga keuangan internasional, menurut McBeth, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5 persen. Goldman Sachs memperkirakan 4,9 persen, sementara JP Morgan memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan kandas di angka 4,4 persen.
Perekonomian Indonesia diperburuk oleh penuruan harga komoditas dipicu permintaan China yang berkurang. Di bulan Mei, volume ekspor Indonesia turun 15,2 persen dibanding bulan yang sama di tahun lalu. Angka ini nyaris dua kali dari penurunan ekspor di bulan April.
Bila awalnya di ujung pemerintahan SBY pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada angka 5,8 persen, kini Bank Dunia dan bahkan pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan beada pada kisaran 5,2 hingga 5,3 persen.
Sementara International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisara 4,7 persen, merujuk pada kondisi pada kuarter pertama tahun ini.
Lembaga-lembaga keuangan internasional, menurut McBeth, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5 persen. Goldman Sachs memperkirakan 4,9 persen, sementara JP Morgan memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan kandas di angka 4,4 persen.
Perekonomian Indonesia diperburuk oleh penuruan harga komoditas dipicu permintaan China yang berkurang. Di bulan Mei, volume ekspor Indonesia turun 15,2 persen dibanding bulan yang sama di tahun lalu. Angka ini nyaris dua kali dari penurunan ekspor di bulan April.
Daftar Pustaka:
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga/Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Jakarta: Indonesia, 2008.
Daftar Link:
Ekonomi Indonesia Semakin Terpuruk; http://www.rmol.co/read/2015/06/22/207215/John-McBeth:-Ekonomi-Indonesia-Semakin-Terpuruk-
Langganan:
Postingan (Atom)