Tampilkan postingan dengan label Z06-Prima. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Z06-Prima. Tampilkan semua postingan
Selasa, 14 Juni 2016
Senin, 13 Juni 2016
Peran Kebijakan Moneter Dan Fiskal
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses
mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti
menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter
pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan
Bank Sentral dengan cara langsung atau tidak langsung.
·
Kebijakan
moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan dalam hal peredaran
uang atau kredit perbankan.
·
Kebijakan
moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan cara mempengaruhi
kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
·
Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar
·
Kebijakan Moneter
Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah
uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Jenis –
jenis Kebijaksanaan Moneter
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan
moneter memiliki peran dan fungsi
Adapun peran dan fungsi
kebijakan moneter adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi atau usaha baru.
2. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.
7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bank-bank umum.
Fungsi Kebijakan Moneter
1. Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi atau usaha baru.
2. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.
7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bank-bank umum.
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan moneter sebagai sebuah cara, dipergunakan untuk mencapai
tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan, di antaranya adalah untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran yang
defisit, dan menjaga stabilitas nilai uang.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal adalah
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi
pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
·
Permintaan
agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
·
Pola
persebaran sumber daya
·
Distribusi
pendapatan
Dengan
kebijaksanaan fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian
dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak
pengangguran , inflasi , neraca pembayaran internasionla yang terus menerus
defisit dan sebagainya. Ada analisis
yang dipakai dalam kebijakan fiskal
1.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam sistem perpajakan yang sederhana.
Dengan adanya tindakan
fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakata untuk konsumsi tidak lagi secara
langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional, akan tetapi oleh
tinggi rendahnya pendapatan yang siap untuk di belanjakan atau disposable
income
2.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam system perpajakan yang Built-in
Flexible
Yang dimaksud dengan system
perpajakan yang built-in flexible adalah system pemungutan pajak pendapatan,
maksudnya adalah untuk meratakan
distribusi pendapatan agar tidak terjadi ketegangan – ketegangan social. Dikatakan
flexible karena mengikuti pendapatan, apabila pendapatan besar maka jumlah
pajak yang di bayar besar dan begitu sebaliknya.
Sumber :
Selasa, 07 Juni 2016
Hubungan Inflasi dengan Pengangguran
Inflasi Menurut Sifatnya
a. Inflasi Merayap
(Creeping Inflation) laju inflasi yang rendah kurang dari 10% per tahun.
b. Inflasi
Menengah (Galloping Inflation) ditandai dengan harga tinggi
c. Inflasi Tinggi
(Hyper Inflation) harga naik diantara 100% per tahun
Inflasi Menurut Sebabnya
(Nopirin, 1998 : 29)
- Inflasi Permintaan (Demand-pull Inflation), Inflasi timbul karena bertambahnya permintaan mesyarakat akan barang-barang atau adanya kenaikan permintaan modal total (agregat Demand).
- Inflasi Ongkos (Cost-push Inflation), Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunya produksi dan dibarengi dengan resesi, keadaan ini dimulai dengan adanya penurunan total (Agregat Demand)
Inflasi
menurut asalnya (Nopirin, 1998 : 30)
a.
Inflasi dari dalam negeri (Domestic
Inflation), timbul karena defisit anggaran belanja dengan percetakan uang baru,
panenan gagal, dan sebagainya.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported
Inflation), Inflasi timbul karena adanya kenaikan barang dan jasa di luar
negeri atau dinegara-negara langganan berdagang yang akibatnya menaikan harga
di dalam negeri.
Definisi Inflasi : Secara umum inflasi
dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus selama waktu tertentu .
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587),
ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi:
a.
DemandPull Inflation Timbul apabila
permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
pennintaan agregat.
b.
Cost Push Inflation or Supply Shock
Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull
Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a. Domestic
Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang secara umum di dalam negeri.
b.
ImportedInflation Tingkat inflasi yang
terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum
Masalah Inflasi dan
Pengangguran
Setelah
dalam sepuluh tahun terakhir laju inflasi nasional mampu dipertahankan di bawah
angka sepuluh persen, namun pada tahun 1997 laju inflasi akhirnya menembus
angka dua digit, yaitu 11,05 persen. Laju inflasi tahun 1997 itu jauh lebih
tinggi jika dibandingkan inflasi 1996 yang 6,47 persen. Hal itu terjadi, di
samping karena kemarau panjang, antara lain juga akibat krisis moneter yang
akhirnya melebar jadi krisis ekonomi. Inflasi bulan Desember 1997 saja tercatat
2,04 persen.
Dengan
angka inflasi 11,05 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara yang
memiliki angka inflasi tertinggi di ASEAN, setidaknya dalam tiga tahun terakhir
ini. Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di negara
kita lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter.
Bagaimana
bila terjadi penurunan dalam aggregat penawaran terhadap barang-barang dan
jasa-jasa?
·
Penurunan penawaran dengan sendirinya
berakibat pada “seolah” kenaikan dalam permintaan. Akibatnya harga-harga
meningkat (inflasi meningkat). Akan
tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja
juga menurun yang dengan sendirinya menurunkan produksi nasional. Akhirnya yang
terjadi adalah inflasi tinggi dan pengangguran tinggi (dan pertumbuhan ekonomi rendah). Ini yang luas terjadi di tahun 70-an ketika
terjadi resesi ekonomi global.
Menurut
J.M Keyness, hubungan antara variavel moneter dengan variabel ekonomi riil
sangat kuat. Model klasik menyatakan bahwa harga termasuk upah ditentukan oleh
mekanisme pasar dan penyesuaian upah nomial tidak ada pada periode tertentu.
Model Keynessian menyatakan bahwa ada kemungkinan kuantitas penawaran dan
permintaan tenaga kerja tidak sama dan kemungkinan yang sering terjadi adalah
kelebihan penawaran tenaga kerja. Hubungan antara tingkat harga dengan tingkat
pengangguran tenaga kerja dijelaskan oleh Kurva Phillips yang menyatakan bahwa
tingkat upah nominal pada periode tertentu dapat dijelaskan oleh tingkat pengangguran
sekarang (Manurung,2009:223).
Dari
definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah
terjadi inflasi (Rahardja dan Manurung,2008:249):
a. Kenaikan
harga
b. Bersifat
umum
c. Berlangsung
terus menerus
Sedangkan
pengertian dari pengangguran yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik, antara
lain pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh
angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali atau
yang pernah bekerja sebelumnya. Sedangkan setengah penganggur adalah pekerja
yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan
jam kerja rendah atau kurang dari 35 jam kerja dalam seminggu, setengah
penganggur sukarela adalah setengah penganggur tapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (pekerja paruh waktu). Setengah
penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang mencari dan bersedia
menerima pekerjaan. Pekerja digolongkan setengah penganggur parah bila ia
termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu
(Kuncoro,2006:228).
Ada
suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam
suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja
semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih
banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam
rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga
produk tersebut.. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian
ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau
jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat
inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat
disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat
untuk menurunkan menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan
tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang
berbeda antara inflasi dan pengangguan yaitu jumlah orang yang menganggur
adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia
untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah
menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang
dalam angkatan kerja.
Source
:
·
Wikipedia
·
Buku Analisis Ekonomi untuk Bisnis
·
Mangkoesoebroto,guritno.Teori Ekonomi Makro/ Guritno Mangkoesoebroto, Aligipari.Ed.ke-13.ke-1
Yogyakarta: Bagian penerbitan sekolah tinggi ilmu ekonom : BPFE.Yoyakarta.1988.
·
Sukirno,sadono. Makroekonomi Teori Pengantar .Ed.3-17,Jakarta: PT Raja
Grafindo Parsada.2006
·
Mankiw,n,Gregory. Teori Makroekonomi.Imam Nurmawan,S.E. Wisnu C. Krestiaji,SE.Ed
5. Jakarta : Erlangga,2003.
Langganan:
Postingan (Atom)