Inflasi Menurut Sifatnya
a. Inflasi Merayap
(Creeping Inflation) laju inflasi yang rendah kurang dari 10% per tahun.
b. Inflasi
Menengah (Galloping Inflation) ditandai dengan harga tinggi
c. Inflasi Tinggi
(Hyper Inflation) harga naik diantara 100% per tahun
Inflasi Menurut Sebabnya
(Nopirin, 1998 : 29)
- Inflasi Permintaan (Demand-pull Inflation), Inflasi timbul karena bertambahnya permintaan mesyarakat akan barang-barang atau adanya kenaikan permintaan modal total (agregat Demand).
- Inflasi Ongkos (Cost-push Inflation), Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunya produksi dan dibarengi dengan resesi, keadaan ini dimulai dengan adanya penurunan total (Agregat Demand)
Inflasi
menurut asalnya (Nopirin, 1998 : 30)
a.
Inflasi dari dalam negeri (Domestic
Inflation), timbul karena defisit anggaran belanja dengan percetakan uang baru,
panenan gagal, dan sebagainya.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported
Inflation), Inflasi timbul karena adanya kenaikan barang dan jasa di luar
negeri atau dinegara-negara langganan berdagang yang akibatnya menaikan harga
di dalam negeri.
Definisi Inflasi : Secara umum inflasi
dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus selama waktu tertentu .
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587),
ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi:
a.
DemandPull Inflation Timbul apabila
permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
pennintaan agregat.
b.
Cost Push Inflation or Supply Shock
Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull
Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a. Domestic
Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang secara umum di dalam negeri.
b.
ImportedInflation Tingkat inflasi yang
terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum
Masalah Inflasi dan
Pengangguran
Setelah
dalam sepuluh tahun terakhir laju inflasi nasional mampu dipertahankan di bawah
angka sepuluh persen, namun pada tahun 1997 laju inflasi akhirnya menembus
angka dua digit, yaitu 11,05 persen. Laju inflasi tahun 1997 itu jauh lebih
tinggi jika dibandingkan inflasi 1996 yang 6,47 persen. Hal itu terjadi, di
samping karena kemarau panjang, antara lain juga akibat krisis moneter yang
akhirnya melebar jadi krisis ekonomi. Inflasi bulan Desember 1997 saja tercatat
2,04 persen.
Dengan
angka inflasi 11,05 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara yang
memiliki angka inflasi tertinggi di ASEAN, setidaknya dalam tiga tahun terakhir
ini. Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di negara
kita lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter.
Bagaimana
bila terjadi penurunan dalam aggregat penawaran terhadap barang-barang dan
jasa-jasa?
·
Penurunan penawaran dengan sendirinya
berakibat pada “seolah” kenaikan dalam permintaan. Akibatnya harga-harga
meningkat (inflasi meningkat). Akan
tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja
juga menurun yang dengan sendirinya menurunkan produksi nasional. Akhirnya yang
terjadi adalah inflasi tinggi dan pengangguran tinggi (dan pertumbuhan ekonomi rendah). Ini yang luas terjadi di tahun 70-an ketika
terjadi resesi ekonomi global.
Menurut
J.M Keyness, hubungan antara variavel moneter dengan variabel ekonomi riil
sangat kuat. Model klasik menyatakan bahwa harga termasuk upah ditentukan oleh
mekanisme pasar dan penyesuaian upah nomial tidak ada pada periode tertentu.
Model Keynessian menyatakan bahwa ada kemungkinan kuantitas penawaran dan
permintaan tenaga kerja tidak sama dan kemungkinan yang sering terjadi adalah
kelebihan penawaran tenaga kerja. Hubungan antara tingkat harga dengan tingkat
pengangguran tenaga kerja dijelaskan oleh Kurva Phillips yang menyatakan bahwa
tingkat upah nominal pada periode tertentu dapat dijelaskan oleh tingkat pengangguran
sekarang (Manurung,2009:223).
Dari
definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah
terjadi inflasi (Rahardja dan Manurung,2008:249):
a. Kenaikan
harga
b. Bersifat
umum
c. Berlangsung
terus menerus
Sedangkan
pengertian dari pengangguran yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik, antara
lain pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh
angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali atau
yang pernah bekerja sebelumnya. Sedangkan setengah penganggur adalah pekerja
yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan
jam kerja rendah atau kurang dari 35 jam kerja dalam seminggu, setengah
penganggur sukarela adalah setengah penganggur tapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (pekerja paruh waktu). Setengah
penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang mencari dan bersedia
menerima pekerjaan. Pekerja digolongkan setengah penganggur parah bila ia
termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu
(Kuncoro,2006:228).
Ada
suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam
suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja
semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih
banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam
rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga
produk tersebut.. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian
ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau
jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat
inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat
disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat
untuk menurunkan menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan
tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang
berbeda antara inflasi dan pengangguan yaitu jumlah orang yang menganggur
adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia
untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah
menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang
dalam angkatan kerja.
Source
:
·
Wikipedia
·
Buku Analisis Ekonomi untuk Bisnis
·
Mangkoesoebroto,guritno.Teori Ekonomi Makro/ Guritno Mangkoesoebroto, Aligipari.Ed.ke-13.ke-1
Yogyakarta: Bagian penerbitan sekolah tinggi ilmu ekonom : BPFE.Yoyakarta.1988.
·
Sukirno,sadono. Makroekonomi Teori Pengantar .Ed.3-17,Jakarta: PT Raja
Grafindo Parsada.2006
·
Mankiw,n,Gregory. Teori Makroekonomi.Imam Nurmawan,S.E. Wisnu C. Krestiaji,SE.Ed
5. Jakarta : Erlangga,2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.