BAGIAN A: PILIHAN BERGANDA
Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan
memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E!
1. Tujuan utama kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral adalah...
a. Meningkatkan pendapatan pemerintah b. Menstabilkan harga dan mengendalikan inflasi c. Mengurangi pengangguran struktural d. Meningkatkan ekspor barang manufaktur e. Mengurangi ketimpangan pendapatan2. Instrumen kebijakan moneter yang paling fleksibel dan
sering digunakan oleh bank sentral adalah... a. Mengubah tingkat diskonto
b. Mengubah rasio cadangan wajib c. Operasi pasar terbuka d. Himbauan moral
kepada bank e. Mengatur kredit selektif
3. Ketika Bank Indonesia menaikkan BI 7-Day Reverse Repo
Rate, maka dampaknya adalah... a. Meningkatkan jumlah uang beredar di
masyarakat b. Mendorong masyarakat untuk lebih banyak meminjam c. Mengurangi
likuiditas di sistem perbankan d. Menurunkan nilai tukar rupiah e. Meningkatkan
inflasi
4. Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur
kredit bekerja dengan cara... a. Perubahan suku bunga → investasi → output
b. Kebijakan moneter → kondisi perbankan → ketersediaan kredit → aktivitas
ekonomi c. Suku bunga → nilai tukar → ekspor-impor → inflasi d. Suku bunga →
harga aset → kekayaan → konsumsi e. Komunikasi kebijakan → ekspektasi →
keputusan ekonomi
5. Kebijakan fiskal ekspansif sebaiknya diterapkan
ketika... a. Inflasi sedang tinggi b. Ekonomi mengalami overheating c.
Defisit anggaran sudah berlebihan d. Ekonomi sedang mengalami resesi e. Nilai
tukar sedang menguat
6. Komponen pengeluaran pemerintah yang memiliki efek
multiplier terbesar terhadap perekonomian adalah... a. Pembayaran gaji
pegawai negeri b. Pembayaran bunga utang c. Investasi infrastruktur d.
Pembayaran subsidi BBM e. Belanja operasional rutin
7. Jika Marginal Propensity to Consume (MPC) suatu negara
adalah 0,8, maka nilai multiplier fiskalnya adalah... a. 2 b. 3 c. 4 d. 5
e. 6
8. Automatic stabilizer dalam kebijakan fiskal berfungsi
untuk... a. Mengurangi fluktuasi ekonomi secara otomatis tanpa intervensi
aktif b. Meningkatkan pendapatan pemerintah secara konsisten c. Mengendalikan
inflasi melalui mekanisme pasar d. Menstabilkan nilai tukar secara otomatis e.
Mengurangi pengangguran struktural
9. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal diperlukan
untuk... a. Mengurangi kewenangan bank sentral b. Meningkatkan kontrol
pemerintah atas bank sentral c. Mencegah konflik kebijakan dan mengoptimalkan
dampak ekonomi d. Mengurangi transparansi kebijakan ekonomi e. Mempercepat
proses pengambilan keputusan
10. Target inflasi Indonesia untuk periode 2022-2024 yang
ditetapkan dalam Inflation Targeting Framework adalah... a. 2% ± 1% b. 3% ±
1% c. 4% ± 1% d. 5% ± 1% e. 6% ± 1%
11. Ketika pemerintah menerapkan kebijakan fiskal
kontraktif, instrumen yang dapat digunakan adalah... a. Meningkatkan
pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak b. Menurunkan pengeluaran
pemerintah dan menaikkan pajak c. Meningkatkan pengeluaran pemerintah dan
menaikkan pajak d. Menurunkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak e.
Mempertahankan tingkat pengeluaran dan pajak
12. Rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratio) yang
tinggi akan mengakibatkan... a. Meningkatkan kemampuan bank memberikan
kredit b. Menurunkan suku bunga di pasar c. Mengurangi kemampuan bank
memberikan kredit d. Meningkatkan investasi swasta e. Menurunkan nilai tukar
mata uang
13. Defisit anggaran dapat dibiayai melalui... I.
Penerbitan obligasi pemerintah II. Pinjaman dari bank sentral III. Privatisasi
BUMN IV. Pinjaman luar negeri
a. I dan II saja
b. I, II, dan III saja
c. I, III, dan IV saja
d. II, III, dan IV saja
e. I, II, III, dan IV
14. Dalam konteks kebijakan moneter Indonesia, yang
dimaksud dengan "burden sharing" adalah... a. Pembagian beban
pajak antara pusat dan daerah b. Kerjasama BI dan pemerintah dalam pembiayaan
defisit anggaran c. Pembagian risiko antara bank konvensional dan syariah d.
Kerjasama antar bank dalam penyaluran kredit e. Pembagian kewenangan moneter antara
BI dan OJK
15. Efek crowding out dalam kebijakan fiskal terjadi
ketika... a. Pengeluaran pemerintah meningkatkan investasi swasta b.
Pengeluaran pemerintah mengurangi konsumsi masyarakat c. Pengeluaran pemerintah
mengurangi investasi swasta karena menaikkan suku bunga d. Pengeluaran
pemerintah meningkatkan ekspor e. Pengeluaran pemerintah menurunkan impor
16. Kebijakan makroprudensial yang diterapkan Bank
Indonesia meliputi... a. Mengatur suku bunga deposito bank b. Mengatur Loan
to Value (LTV) dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) c. Menetapkan target
inflasi tahunan d. Mengatur nilai tukar rupiah e. Menetapkan tingkat pajak
penghasilan
17. Ketika ekonomi mengalami stagflasi (inflasi tinggi
dan pertumbuhan rendah), pilihan kebijakan yang paling sulit adalah... a.
Menerapkan kebijakan moneter dan fiskal ekspansif bersamaan b. Menerapkan
kebijakan moneter kontraktif dan fiskal ekspansif c. Menerapkan kebijakan
moneter dan fiskal kontraktif bersamaan d. Menerapkan kebijakan moneter
ekspansif dan fiskal kontraktif e. Tidak menerapkan kebijakan apapun
18. Aturan fiskal (fiscal rules) Indonesia menetapkan
batas maksimal defisit anggaran sebesar... a. 2% dari PDB b. 3% dari PDB c.
4% dari PDB d. 5% dari PDB e. 6% dari PDB
19. Quantitative Easing (QE) adalah kebijakan moneter
yang... a. Menaikkan suku bunga acuan secara drastis b. Mengurangi jumlah
uang beredar melalui operasi pasar c. Membeli surat berharga jangka panjang
dalam jumlah besar d. Meningkatkan rasio cadangan wajib bank e. Mengurangi
kredit yang disalurkan bank
20. Lag time atau jeda waktu dalam implementasi kebijakan
fiskal umumnya... a. Lebih pendek dibanding kebijakan moneter b. Lebih
panjang dibanding kebijakan moneter c. Sama dengan kebijakan moneter d. Tidak
ada karena bersifat otomatis e. Tergantung pada kondisi politik
BAGIAN B: SOAL ESAI
Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas
dan sistematis!
1. Jelaskan perbedaan antara kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dari segi tujuan, instrumen, dan institusi yang bertanggung
jawab! (15 poin)
2. Analisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
jalur nilai tukar. Berikan contoh bagaimana perubahan suku bunga BI dapat
mempengaruhi ekspor-impor Indonesia! (15 poin)
3. Mengapa automatic stabilizer dianggap lebih efektif
dibanding discretionary policy dalam mengatasi fluktuasi ekonomi jangka pendek?
Berikan contoh automatic stabilizer yang diterapkan di Indonesia! (15 poin)
4. Jelaskan konsep multiplier effect dalam kebijakan
fiskal. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya nilai
multiplier dalam perekonomian? (15 poin)
5. Bandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing
instrumen kebijakan moneter (operasi pasar terbuka, tingkat diskonto, dan rasio
cadangan wajib) dalam mengendalikan inflasi! (20 poin)
6. Analisis tantangan koordinasi antara kebijakan moneter
dan fiskal di Indonesia. Berikan contoh kasus dimana koordinasi tersebut
berhasil atau gagal dilakukan! (20 poin)
7. Jelaskan bagaimana kebijakan fiskal dapat digunakan
untuk mengurangi ketimpangan pendapatan. Berikan contoh program fiskal
redistributif yang telah diterapkan pemerintah Indonesia! (15 poin)
8. Diskusikan pro dan kontra penerapan aturan fiskal
(fiscal rules) dalam pengelolaan keuangan negara. Bagaimana dampaknya terhadap
fleksibilitas kebijakan fiskal? (20 poin)
9. Jelaskan mengapa kebijakan moneter memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah ekonomi struktural. Berikan contoh masalah
ekonomi yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan kebijakan moneter! (15 poin)
10. Analisis efektivitas kebijakan makroprudensial
sebagai pelengkap kebijakan moneter konvensional. Mengapa kebijakan ini menjadi
penting setelah krisis keuangan global 2008? (20 poin)
BAGIAN C: STUDI KASUS
STUDI KASUS 1: DILEMA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA 2022
Latar Belakang: Pada tahun 2022, Indonesia menghadapi
tekanan inflasi yang meningkat akibat beberapa faktor: kenaikan harga komoditas
global (terutama minyak dan pangan), gangguan rantai pasok global, dan
pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Inflasi Indonesia mencapai 5,51% pada
September 2022, melampaui target inflasi 3% ± 1%.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren
positif dengan PDB tumbuh 5,72% pada kuartal II 2022. Namun, terdapat
kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan moneter yang terlalu agresif dapat
menghambat momentum pemulihan ekonomi yang masih berlangsung.
Data Ekonomi (September 2022):
- Inflasi:
5,51% (yoy)
- BI
7-DRR: 4,25%
- Pertumbuhan
PDB: 5,72% (yoy, Q2 2022)
- Defisit
APBN: 2,38% dari PDB
- Nilai
tukar: Rp 15.200/USD (melemah dari Rp 14.300/USD awal tahun)
- Tingkat
pengangguran: 5,86%
Kondisi Global:
- The
Fed menaikkan suku bunga acuan secara agresif
- Harga
minyak dunia masih tinggi di atas USD 90/barrel
- Konflik
Rusia-Ukraina terus berlangsung
- Aliran
modal keluar dari emerging markets
Pertanyaan Analisis:
- Identifikasi
Masalah (15 poin):
- Analisis
faktor-faktor penyebab inflasi tinggi di Indonesia pada periode tersebut
- Jelaskan
mengapa Bank Indonesia menghadapi dilema dalam pengambilan kebijakan
moneter
- Analisis
Kebijakan (25 poin):
- Evaluasi
kebijakan moneter yang telah ditempuh Bank Indonesia hingga September
2022
- Analisis
dampak potensial jika BI menaikkan suku bunga lebih agresif vs
mempertahankan suku bunga
- Berikan
rekomendasi kebijakan moneter yang tepat dengan mempertimbangkan
trade-off yang ada
- Koordinasi
Kebijakan (20 poin):
- Analisis
peran kebijakan fiskal dalam membantu mengatasi tekanan inflasi
- Jelaskan
bagaimana pemerintah dapat mengoordinasikan kebijakan fiskal dengan
kebijakan moneter BI
- Berikan
contoh konkret program fiskal yang dapat mendukung pengendalian inflasi
- Proyeksi
dan Risiko (15 poin):
- Prediksi
dampak jangka pendek dan menengah dari rekomendasi kebijakan Anda
- Identifikasi
risiko-risiko yang mungkin timbul dari implementasi kebijakan tersebut
- Jelaskan
indikator ekonomi yang perlu dipantau untuk mengevaluasi keberhasilan
kebijakan
STUDI KASUS 2: PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN)
DAN KEBIJAKAN MONETER 2020-2021
Latar Belakang: Pandemi COVID-19 yang dimulai awal
2020 menyebabkan kontraksi ekonomi global yang tidak terduga. Indonesia
mengalami resesi teknis dengan PDB kontraksi -5,32% (Q2 2020) dan -3,49% (Q3
2020). Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Indonesia meluncurkan Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan total anggaran mencapai Rp 695,2
triliun pada 2020.
Secara bersamaan, Bank Indonesia menerapkan kebijakan
moneter ultra-longgar untuk mendukung pemulihan ekonomi, termasuk penurunan
suku bunga dan implementasi burden sharing dengan pemerintah.
Data Ekonomi: Sebelum Pandemi (2019):
- Pertumbuhan
PDB: 5,02%
- Inflasi:
2,72%
- BI
7-DRR: 5,00%
- Defisit
APBN: 2,20% dari PDB
- Tingkat
pengangguran: 5,28%
Selama Krisis (2020):
- Pertumbuhan
PDB: -2,07%
- Inflasi:
1,68%
- BI
7-DRR: 3,75% (akhir tahun)
- Defisit
APBN: 6,07% dari PDB
- Tingkat
pengangguran: 7,07%
Pemulihan (2021):
- Pertumbuhan
PDB: 3,69%
- Inflasi:
1,87%
- BI
7-DRR: 3,50%
- Defisit
APBN: 4,65% dari PDB
- Tingkat
pengangguran: 6,49%
Program PEN 2020-2021:
- Kesehatan:
Rp 87,55 triliun (penanganan COVID-19)
- Perlindungan
Sosial: Rp 203,9 triliun (bantuan sosial, kartu prakerja)
- Dukungan
UMKM: Rp 123,46 triliun (KUR, subsidi bunga)
- Insentif
Usaha: Rp 120,61 triliun (tax holiday, relaksasi pajak)
- Pembiayaan
Korporasi: Rp 53,57 triliun (PMN, penjaminan)
Kebijakan Moneter Pendukung:
- Penurunan
BI 7-DRR dari 5,00% ke 3,50%
- Burden
sharing: BI membeli SBN senilai Rp 574,4 triliun
- Pelonggaran
makroprudensial (LTV, DSCR)
- Moratorium
kredit dan restrukturisasi
Pertanyaan Analisis:
- Evaluasi
Kebijakan Fiskal (25 poin):
- Analisis
efektivitas alokasi anggaran PEN berdasarkan prioritas dan dampak ekonomi
- Evaluasi
trade-off antara stimulus fiskal besar-besaran dengan sustainability
fiscal
- Bandingkan
pendekatan fiskal Indonesia dengan negara lain dalam mengatasi pandemi
- Evaluasi
Kebijakan Moneter (25 poin):
- Analisis
ketepatan timing dan besaran penurunan suku bunga BI selama pandemi
- Evaluasi
kebijakan burden sharing: manfaat, risiko, dan dampak terhadap
independensi BI
- Jelaskan
mengapa inflasi tetap rendah meskipun stimulus moneter dan fiskal
besar-besaran
- Analisis
Koordinasi (20 poin):
- Evaluasi
koordinasi antara kebijakan moneter BI dan kebijakan fiskal pemerintah
- Analisis
sinergi antara program PEN dengan kebijakan moneter akomodatif
- Jelaskan
peran Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam koordinasi kebijakan
- Pembelajaran
dan Rekomendasi (15 poin):
- Identifikasi
keberhasilan dan kekurangan dari respons kebijakan ekonomi Indonesia
- Berikan
rekomendasi untuk menghadapi krisis serupa di masa depan
- Jelaskan
strategi exit strategy dari kebijakan ultra-longgar menuju normalisasi
- Dampak
Jangka Panjang (15 poin):
- Analisis
dampak jangka panjang dari kebijakan fiskal ekspansif terhadap struktur
APBN
- Evaluasi
risiko dan peluang dari peningkatan rasio utang pemerintah
- Diskusikan
implikasi burden sharing terhadap hubungan BI-pemerintah di masa depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.