.

Minggu, 22 Juni 2025

M13 Latihan Soal : Kebijakan Moneter dan Fiskal

BAGIAN A: PILIHAN BERGANDA

Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E!

1. Tujuan utama kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral adalah...

a. Meningkatkan pendapatan pemerintah b. Menstabilkan harga dan mengendalikan inflasi c. Mengurangi pengangguran struktural d. Meningkatkan ekspor barang manufaktur e. Mengurangi ketimpangan pendapatan

2. Instrumen kebijakan moneter yang paling fleksibel dan sering digunakan oleh bank sentral adalah... a. Mengubah tingkat diskonto b. Mengubah rasio cadangan wajib c. Operasi pasar terbuka d. Himbauan moral kepada bank e. Mengatur kredit selektif

3. Ketika Bank Indonesia menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate, maka dampaknya adalah... a. Meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat b. Mendorong masyarakat untuk lebih banyak meminjam c. Mengurangi likuiditas di sistem perbankan d. Menurunkan nilai tukar rupiah e. Meningkatkan inflasi

4. Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit bekerja dengan cara... a. Perubahan suku bunga → investasi → output b. Kebijakan moneter → kondisi perbankan → ketersediaan kredit → aktivitas ekonomi c. Suku bunga → nilai tukar → ekspor-impor → inflasi d. Suku bunga → harga aset → kekayaan → konsumsi e. Komunikasi kebijakan → ekspektasi → keputusan ekonomi

5. Kebijakan fiskal ekspansif sebaiknya diterapkan ketika... a. Inflasi sedang tinggi b. Ekonomi mengalami overheating c. Defisit anggaran sudah berlebihan d. Ekonomi sedang mengalami resesi e. Nilai tukar sedang menguat

6. Komponen pengeluaran pemerintah yang memiliki efek multiplier terbesar terhadap perekonomian adalah... a. Pembayaran gaji pegawai negeri b. Pembayaran bunga utang c. Investasi infrastruktur d. Pembayaran subsidi BBM e. Belanja operasional rutin

7. Jika Marginal Propensity to Consume (MPC) suatu negara adalah 0,8, maka nilai multiplier fiskalnya adalah... a. 2 b. 3 c. 4 d. 5 e. 6

8. Automatic stabilizer dalam kebijakan fiskal berfungsi untuk... a. Mengurangi fluktuasi ekonomi secara otomatis tanpa intervensi aktif b. Meningkatkan pendapatan pemerintah secara konsisten c. Mengendalikan inflasi melalui mekanisme pasar d. Menstabilkan nilai tukar secara otomatis e. Mengurangi pengangguran struktural

9. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal diperlukan untuk... a. Mengurangi kewenangan bank sentral b. Meningkatkan kontrol pemerintah atas bank sentral c. Mencegah konflik kebijakan dan mengoptimalkan dampak ekonomi d. Mengurangi transparansi kebijakan ekonomi e. Mempercepat proses pengambilan keputusan

10. Target inflasi Indonesia untuk periode 2022-2024 yang ditetapkan dalam Inflation Targeting Framework adalah... a. 2% ± 1% b. 3% ± 1% c. 4% ± 1% d. 5% ± 1% e. 6% ± 1%

11. Ketika pemerintah menerapkan kebijakan fiskal kontraktif, instrumen yang dapat digunakan adalah... a. Meningkatkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak b. Menurunkan pengeluaran pemerintah dan menaikkan pajak c. Meningkatkan pengeluaran pemerintah dan menaikkan pajak d. Menurunkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak e. Mempertahankan tingkat pengeluaran dan pajak

12. Rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratio) yang tinggi akan mengakibatkan... a. Meningkatkan kemampuan bank memberikan kredit b. Menurunkan suku bunga di pasar c. Mengurangi kemampuan bank memberikan kredit d. Meningkatkan investasi swasta e. Menurunkan nilai tukar mata uang

13. Defisit anggaran dapat dibiayai melalui... I. Penerbitan obligasi pemerintah II. Pinjaman dari bank sentral III. Privatisasi BUMN IV. Pinjaman luar negeri

a. I dan II saja

b. I, II, dan III saja

c. I, III, dan IV saja

d. II, III, dan IV saja

e. I, II, III, dan IV

14. Dalam konteks kebijakan moneter Indonesia, yang dimaksud dengan "burden sharing" adalah... a. Pembagian beban pajak antara pusat dan daerah b. Kerjasama BI dan pemerintah dalam pembiayaan defisit anggaran c. Pembagian risiko antara bank konvensional dan syariah d. Kerjasama antar bank dalam penyaluran kredit e. Pembagian kewenangan moneter antara BI dan OJK

15. Efek crowding out dalam kebijakan fiskal terjadi ketika... a. Pengeluaran pemerintah meningkatkan investasi swasta b. Pengeluaran pemerintah mengurangi konsumsi masyarakat c. Pengeluaran pemerintah mengurangi investasi swasta karena menaikkan suku bunga d. Pengeluaran pemerintah meningkatkan ekspor e. Pengeluaran pemerintah menurunkan impor

16. Kebijakan makroprudensial yang diterapkan Bank Indonesia meliputi... a. Mengatur suku bunga deposito bank b. Mengatur Loan to Value (LTV) dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) c. Menetapkan target inflasi tahunan d. Mengatur nilai tukar rupiah e. Menetapkan tingkat pajak penghasilan

17. Ketika ekonomi mengalami stagflasi (inflasi tinggi dan pertumbuhan rendah), pilihan kebijakan yang paling sulit adalah... a. Menerapkan kebijakan moneter dan fiskal ekspansif bersamaan b. Menerapkan kebijakan moneter kontraktif dan fiskal ekspansif c. Menerapkan kebijakan moneter dan fiskal kontraktif bersamaan d. Menerapkan kebijakan moneter ekspansif dan fiskal kontraktif e. Tidak menerapkan kebijakan apapun

18. Aturan fiskal (fiscal rules) Indonesia menetapkan batas maksimal defisit anggaran sebesar... a. 2% dari PDB b. 3% dari PDB c. 4% dari PDB d. 5% dari PDB e. 6% dari PDB

19. Quantitative Easing (QE) adalah kebijakan moneter yang... a. Menaikkan suku bunga acuan secara drastis b. Mengurangi jumlah uang beredar melalui operasi pasar c. Membeli surat berharga jangka panjang dalam jumlah besar d. Meningkatkan rasio cadangan wajib bank e. Mengurangi kredit yang disalurkan bank

20. Lag time atau jeda waktu dalam implementasi kebijakan fiskal umumnya... a. Lebih pendek dibanding kebijakan moneter b. Lebih panjang dibanding kebijakan moneter c. Sama dengan kebijakan moneter d. Tidak ada karena bersifat otomatis e. Tergantung pada kondisi politik

 

BAGIAN B: SOAL ESAI

Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan sistematis!

1. Jelaskan perbedaan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dari segi tujuan, instrumen, dan institusi yang bertanggung jawab! (15 poin)

2. Analisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar. Berikan contoh bagaimana perubahan suku bunga BI dapat mempengaruhi ekspor-impor Indonesia! (15 poin)

3. Mengapa automatic stabilizer dianggap lebih efektif dibanding discretionary policy dalam mengatasi fluktuasi ekonomi jangka pendek? Berikan contoh automatic stabilizer yang diterapkan di Indonesia! (15 poin)

4. Jelaskan konsep multiplier effect dalam kebijakan fiskal. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya nilai multiplier dalam perekonomian? (15 poin)

5. Bandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing instrumen kebijakan moneter (operasi pasar terbuka, tingkat diskonto, dan rasio cadangan wajib) dalam mengendalikan inflasi! (20 poin)

6. Analisis tantangan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia. Berikan contoh kasus dimana koordinasi tersebut berhasil atau gagal dilakukan! (20 poin)

7. Jelaskan bagaimana kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan. Berikan contoh program fiskal redistributif yang telah diterapkan pemerintah Indonesia! (15 poin)

8. Diskusikan pro dan kontra penerapan aturan fiskal (fiscal rules) dalam pengelolaan keuangan negara. Bagaimana dampaknya terhadap fleksibilitas kebijakan fiskal? (20 poin)

9. Jelaskan mengapa kebijakan moneter memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah ekonomi struktural. Berikan contoh masalah ekonomi yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan kebijakan moneter! (15 poin)

10. Analisis efektivitas kebijakan makroprudensial sebagai pelengkap kebijakan moneter konvensional. Mengapa kebijakan ini menjadi penting setelah krisis keuangan global 2008? (20 poin)

 

BAGIAN C: STUDI KASUS

STUDI KASUS 1: DILEMA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA 2022

Latar Belakang: Pada tahun 2022, Indonesia menghadapi tekanan inflasi yang meningkat akibat beberapa faktor: kenaikan harga komoditas global (terutama minyak dan pangan), gangguan rantai pasok global, dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Inflasi Indonesia mencapai 5,51% pada September 2022, melampaui target inflasi 3% ± 1%.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif dengan PDB tumbuh 5,72% pada kuartal II 2022. Namun, terdapat kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan moneter yang terlalu agresif dapat menghambat momentum pemulihan ekonomi yang masih berlangsung.

Data Ekonomi (September 2022):

  • Inflasi: 5,51% (yoy)
  • BI 7-DRR: 4,25%
  • Pertumbuhan PDB: 5,72% (yoy, Q2 2022)
  • Defisit APBN: 2,38% dari PDB
  • Nilai tukar: Rp 15.200/USD (melemah dari Rp 14.300/USD awal tahun)
  • Tingkat pengangguran: 5,86%

Kondisi Global:

  • The Fed menaikkan suku bunga acuan secara agresif
  • Harga minyak dunia masih tinggi di atas USD 90/barrel
  • Konflik Rusia-Ukraina terus berlangsung
  • Aliran modal keluar dari emerging markets

Pertanyaan Analisis:

  1. Identifikasi Masalah (15 poin):
    • Analisis faktor-faktor penyebab inflasi tinggi di Indonesia pada periode tersebut
    • Jelaskan mengapa Bank Indonesia menghadapi dilema dalam pengambilan kebijakan moneter
  2. Analisis Kebijakan (25 poin):
    • Evaluasi kebijakan moneter yang telah ditempuh Bank Indonesia hingga September 2022
    • Analisis dampak potensial jika BI menaikkan suku bunga lebih agresif vs mempertahankan suku bunga
    • Berikan rekomendasi kebijakan moneter yang tepat dengan mempertimbangkan trade-off yang ada
  3. Koordinasi Kebijakan (20 poin):
    • Analisis peran kebijakan fiskal dalam membantu mengatasi tekanan inflasi
    • Jelaskan bagaimana pemerintah dapat mengoordinasikan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter BI
    • Berikan contoh konkret program fiskal yang dapat mendukung pengendalian inflasi
  4. Proyeksi dan Risiko (15 poin):
    • Prediksi dampak jangka pendek dan menengah dari rekomendasi kebijakan Anda
    • Identifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul dari implementasi kebijakan tersebut
    • Jelaskan indikator ekonomi yang perlu dipantau untuk mengevaluasi keberhasilan kebijakan

 

STUDI KASUS 2: PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN) DAN KEBIJAKAN MONETER 2020-2021

Latar Belakang: Pandemi COVID-19 yang dimulai awal 2020 menyebabkan kontraksi ekonomi global yang tidak terduga. Indonesia mengalami resesi teknis dengan PDB kontraksi -5,32% (Q2 2020) dan -3,49% (Q3 2020). Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Indonesia meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan total anggaran mencapai Rp 695,2 triliun pada 2020.

Secara bersamaan, Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter ultra-longgar untuk mendukung pemulihan ekonomi, termasuk penurunan suku bunga dan implementasi burden sharing dengan pemerintah.

Data Ekonomi: Sebelum Pandemi (2019):

  • Pertumbuhan PDB: 5,02%
  • Inflasi: 2,72%
  • BI 7-DRR: 5,00%
  • Defisit APBN: 2,20% dari PDB
  • Tingkat pengangguran: 5,28%

Selama Krisis (2020):

  • Pertumbuhan PDB: -2,07%
  • Inflasi: 1,68%
  • BI 7-DRR: 3,75% (akhir tahun)
  • Defisit APBN: 6,07% dari PDB
  • Tingkat pengangguran: 7,07%

Pemulihan (2021):

  • Pertumbuhan PDB: 3,69%
  • Inflasi: 1,87%
  • BI 7-DRR: 3,50%
  • Defisit APBN: 4,65% dari PDB
  • Tingkat pengangguran: 6,49%

Program PEN 2020-2021:

  1. Kesehatan: Rp 87,55 triliun (penanganan COVID-19)
  2. Perlindungan Sosial: Rp 203,9 triliun (bantuan sosial, kartu prakerja)
  3. Dukungan UMKM: Rp 123,46 triliun (KUR, subsidi bunga)
  4. Insentif Usaha: Rp 120,61 triliun (tax holiday, relaksasi pajak)
  5. Pembiayaan Korporasi: Rp 53,57 triliun (PMN, penjaminan)

Kebijakan Moneter Pendukung:

  • Penurunan BI 7-DRR dari 5,00% ke 3,50%
  • Burden sharing: BI membeli SBN senilai Rp 574,4 triliun
  • Pelonggaran makroprudensial (LTV, DSCR)
  • Moratorium kredit dan restrukturisasi

Pertanyaan Analisis:

  1. Evaluasi Kebijakan Fiskal (25 poin):
    • Analisis efektivitas alokasi anggaran PEN berdasarkan prioritas dan dampak ekonomi
    • Evaluasi trade-off antara stimulus fiskal besar-besaran dengan sustainability fiscal
    • Bandingkan pendekatan fiskal Indonesia dengan negara lain dalam mengatasi pandemi
  2. Evaluasi Kebijakan Moneter (25 poin):
    • Analisis ketepatan timing dan besaran penurunan suku bunga BI selama pandemi
    • Evaluasi kebijakan burden sharing: manfaat, risiko, dan dampak terhadap independensi BI
    • Jelaskan mengapa inflasi tetap rendah meskipun stimulus moneter dan fiskal besar-besaran
  3. Analisis Koordinasi (20 poin):
    • Evaluasi koordinasi antara kebijakan moneter BI dan kebijakan fiskal pemerintah
    • Analisis sinergi antara program PEN dengan kebijakan moneter akomodatif
    • Jelaskan peran Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam koordinasi kebijakan
  4. Pembelajaran dan Rekomendasi (15 poin):
    • Identifikasi keberhasilan dan kekurangan dari respons kebijakan ekonomi Indonesia
    • Berikan rekomendasi untuk menghadapi krisis serupa di masa depan
    • Jelaskan strategi exit strategy dari kebijakan ultra-longgar menuju normalisasi
  5. Dampak Jangka Panjang (15 poin):
    • Analisis dampak jangka panjang dari kebijakan fiskal ekspansif terhadap struktur APBN
    • Evaluasi risiko dan peluang dari peningkatan rasio utang pemerintah
    • Diskusikan implikasi burden sharing terhadap hubungan BI-pemerintah di masa depan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.