@A36-Josephine
NIM : 41616010078
Oleh : Josephine Aurillia
Perekonomian di Sulawesi
Tengah
Pendahuluan
Tingginya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah turut didukung oleh pemanfaatan sumberdaya alam yang
melimpah di wilayah ini. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan pusat pengolahan hasil pertanian, perkebunan,
perikanan, serta pertambangan nikel, dengan hasil perkebunan yang dominan di
provinsi ini yaitu kakao.
Pembahasan
(Menurut Burhannudin Hasan, Tahmil) Ekonomi Sulawesi
Tengah pada 2017 mendatang diproyeksikan akan mengalami peningkatan. Ditopang oleh
industri manufaktur dan sektor pertambangan yang menjadi sumber utama,
pertumbuhan ekonomi Sulteng diperkirakan bisa mencapai 12,2 persen.
Menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah, tantangan ekonomi, potensi daerah, serta sinergi pelaksanaan kebijakan yang akan ditempuh pemerintah dan BI tentu akan mewarnai prospek perekonomian Sulteng ke depan.
Melalui upaya perbaikan struktur ekonomi, diyakininya kondisi ekonomi daerah ini kedepan akan semakin membaik (Menurut Burhannudin Hasan, Tahmil).
Menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah, tantangan ekonomi, potensi daerah, serta sinergi pelaksanaan kebijakan yang akan ditempuh pemerintah dan BI tentu akan mewarnai prospek perekonomian Sulteng ke depan.
Melalui upaya perbaikan struktur ekonomi, diyakininya kondisi ekonomi daerah ini kedepan akan semakin membaik (Menurut Burhannudin Hasan, Tahmil).
(Menurut Simreg.Bappenas) Sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan maupun di perairan,
memiliki keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentangan alam, gejala alam seperti terbentuknya pusat laut, peninggalan sejarah dan budaya
berupa patung-patung megalitikum. Selain sebagai media pendidikan dan
pelestarian lingkungan, obyek wisata ini merupakan sumber daya ekonomi yang
bernilai tinggi. Upaya
pengembangan pariwisata di Sulawesi Tengah didasarkan pada potensi yang
dimilikinya. Sektor pariwisata mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja dan menjadi
multiplier effect untuk
pengembangan sektor perekonomian yang lain. Objek wisata yang dimiliki Sulawesi
Tengah belum ditata dengan baik menjadi daya tarik wisata unggulan, padahal
potensinya sangat besar karena alam yang dimiliki masih asli dan memiliki
budaya asli Sulawesi Tengah.
Untuk sektor industri, salah satu tantangan yang dihadapi industri nasional
saat ini adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya daya saing tersebut antara lain adanya
peningkatan biaya energi, tingginya biaya ekonomi, serta belum memadainya
layanan birokrasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah masih lemahnya
keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun antara industri
besar dengan industri kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi
barang setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri
berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antardaerah, serta
ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu.Sektor industri Sulawesi
Tengah berkontribusi sebesar 6 persen terhadap pembentukan walaupun mengalami
peningkatan nilai tambah pada tahun 2014. Pertumbuhan ini didukung oleh adanya
peningkatan aktivitas dan produksi semua subsektornya. Potensi sumberdaya alam
Sulawesi Tengah yang besar dalam perekonomian harus berimbas pada kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan usaha mandiri, seperti keberadaan industri
rakyat karena keberadaan industri menjadi indikator kemajuan suatu daerah.
Suatu daerah dianggap maju
jika kelompok sektor sekunder menjadi penopang bingkai perekonomiannya.
Sektor industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang diharapkan
peranannya semakin meningkat dalam perekonomian daerah maupun nasional. Jumlah
perusahaan industri manufaktur besar dan sedang di Provinsi Sulawesi Tengah
selama tahun 2009 sampai tahun 2013 cenderung mengalami peningkatan, walaupun
pada tahun 2011-2012 tampak stagnan terhadap tahun sebelumnya. Jumlah
perusahaan industri manufaktur besar dan sedang di Sulawesi Tengah cenderung
meningkat jumlahnya jumlah, yaitu dari 70 perusahaan tahun 2012 menjadi 80
perusahaan tahun 2013. Namun demikian antar golongan industri terjadi
penambahan maupun pengurangan jumlah perusahaan di beberapa golongan industri
besar dan sedang. Sektor
industri usaha mikro, kecil, dan menengah perannya tidak begitu besar dalam
pembentukan ekonomi Sulawesi Tengah, namun berperan dalam menciptakan lapangan
kerja dan pemerataan pendapatan di provinsi ini Pelatihan dan ketrampilan
berwirausaha perlu diberikan kepada masyarakat di wilayah ini untuk
meningkatkan daya saing saat memiliki industri mandiri. Pada tahun 2013 jumlah
industri manufaktur terbesar adalah industri makanan dan minuman. Industri
makanan sebanyak 27 perusahaan atau sebesar
38 persen dari total perusahaan industri manufaktur besar sedang.
Sementara golongan industri lainnya yang juga potensi di daerah ini adalah
perusahaan industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk alat-alat rumah
tangga yang terbuat dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman yakni
sebanyak 17 perusahaan atau 24 persen dari seluruh perusahaan industri
manufaktur besar dan sedang (Menurut Simreg.Bappenas).
Daftar Pustaka
Burhannudin Hasan, Tahmil, 2016, 2017 Ekonomi Sulteng
Diprediksi Tumbuh Hingga 12 Persen. Dalam link http://www.metrosulawesi.com/article/2017-ekonomi-sulteng-diprediksi-tumbuh-hingga-12-persen (
Diunduh pada 17 Desember 2016).
Simreg.Bappenas, 2017. Seri Analisis Pembangunan Wilayah. Dalam link http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/Analisis%20Provinsi%20Sulawesi%20Tengah%202015_ok.pdf
Journal. PENGARUH GANDA KOMODITI UBI KAYU DALAM
PEREKONOMIAN
SULAWESI TENGAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.