.

Selasa, 31 Mei 2016

SIKLUS EKONOMI

Siklus Ekonomi


Dapat dikatakan adanya pasang-surut kegiatan ekonomi dalam perkembangan keadaan. Fenomena pasang-surut dalam gerak gelombang kegiatan ekonomi itu dalam dunia ilmu ekonomi di Eropa barat lazim disebut konjungtur ekonomi, sedang dalam karya pengarang Inggris mula-mula digunakan istilah Trade Cycle, dan di Amerika Serikat diistilahkan Business Cycle. Dalam telaah tinjauan Prof Soemitro Djojohadikusumo (1991) digunakan istilah “siklus kegiatan ekonomi” atau singkatnya siklus ekonomi.
            Siklus ekonomi secara teratur terus berulang dalam pengembangan ekonomi pasar. Kecenderungan keseluruhan pertumbuhan ekonomi disertai dengan fluktuasi periodik dalam kegiatan ekonomi: Alternatif kontraksi dan ekspansi produksi, mengurangi investasi, dan meningkatkan tingkat pendapatan, pekerjaan, harga, suku bunga, tingkat efek.
            Pengertian tentang teori siklus ekonomi sangat relevan dalam rangka pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang menyangkut kebijakan negara untuk melakukan perubahan struktural dalam tata susunan ekonomi masyarakat yang memakan usaha jangka panjang untuk masa waktu beberapa generasi.
            Siklus bisnis (Bussiness Cycle) atau juga dikenal dengan siklus ekonomi (Economic Cycle) adalah pola jangka panjang pertumbuhan (ekspansi) dan resesi (kontraksi ekonomi).

1.    Anatomi Siklus Ekonomi

            Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik – turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen :

1)    Ekspansi
Setelah mencapai titik terendah dari siklus terdapat tahap pemulihan, yang dicirikan oleh pertumbuhan lapangan kerja dan produksi. Banyak ekonom percaya bahwa tahap ini memiliki inflasi yang rendah sampai perekonomian mulai beroperasi pada kapasitas penuh atau, dengan kata lain, sampai mencapai puncaknya.

2)       Puncak
Sebuah puncak, atau puncak siklus bisnis, adalah titik tertinggi pemulihan ekonomi. Pada titik ini, pengangguran mencapai tingkat terendah atau menghilang seluruhnya dan ekonomi yang beroperasi dengan beban maksimal (atau dekat dengan itu), yaitu seluruh ibukota negara dan sumber daya tenaga kerja yang terlibat dalam produksi. Biasanya, meskipun tidak selalu, selama peningkatan tekanan puncak inflasi.

3)      Resesi
Resesi adalah periode dari mengurangi output dan kegiatan usaha. Sebagai hasil dari kontraktor pasar, penurunan biasanya ditandai dengan menumbuhkan pengangguran. Sebagian besar ekonom percaya bahwa penurunan ekonomi atau resesi hanya penurunan dalam kegiatan usaha, yang berlangsung setidaknya enam bulan.

4)      Bawah
Bawah siklus ekonomi adalah titik terendah dari produksi dan kerja. Hal ini diyakini bahwa pencapaian bawah adalah akhir dari resesi karena fase siklus tidak panjang. Setelah mencapai titik nadir atau titik bawah ini, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.

2.  Durasi Siklus dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

            Waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama menjadi pengamatan para ahli ekonomi. Mereka menemukan beberapa variasi siklus.

a.       Siklus jangka pendek (Kitchin Cycle)

Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Itulah sebabnya siklus ini dinamakan siklus Kitchin (Kitchin cycle).
Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah dan adat – istiadat atau kebiasaan.

b.      Siklus jangka menengah (Juglar Cycle)

Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Jugalar (1860)

c.        Siklus jangka panjang (Kondratief Cycle)

Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief (1925).
Durasi siklusnya berkisar 48-60 tahun. Kadang-kadang mereka disebut dengan nama-nama peneliti mereka.

•    Siklus Investasi (7-11 tahun) yang dipelajari oleh Clement Juglar;
•    Siklus investasi Infrastruktur (15-25 tahun) yang dipelajari oleh Simon Kuznets;
•    Seri Kondratieff (45-60 tahun) yang digambarkan oleh ekonom Rusia Nikolai Kondratiev;
•    Siklus Forrester (200 tahun) dijelaskan oleh insinyur Amerika Jay Forrester.
3.  Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Inflasi

            a.  Siklus ekonomi dan kesempatan kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila analisanya janka pendek. Sebab, dalam janka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja.

            b.  Siklus ekonomi dan inflasi
Jika output riil lebih kecil dari output natural , inflasi cenderung menurun dan begitu pula sebaliknya jia output riil lebih besar dari output natural maka inflasi cenderung meningkat. Karenanya pengaruh siklus sangat berpengaruh terhadap inflasi.

4.    Pengelolaan Siklus Ekonomi

            Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelolah siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak naik – turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat.

            a.  Kebijakan jangka pendek
                 Target utama jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural.

            b.  Kebijakan jangka panjang
                            Target yang ingin dicapai dalam janka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab, simpangan yang kecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
                                                                                            

5.    Siklus Ekonomi Indonesia

Siklus ekonomi Indonesia akan sangat menarik bila dibahasa secara menyeluruh. Namun,
penafsiran siklus tersebut membutuhkan teori-teori tingkat lanjut. Maka dalam penjelasan kali ini, kami hanya melihat siklus ekonomi dari indikator PDB riil dan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1990 Triwulan I – 1999 Triwulan IV ketika krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1988.
Selama periode 1990-an, resesi terjadi pada triwulan pertama dan kedua pada tahun 1998. resesi
ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia, setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pada tahun pertengahan 1997. memasuki tahun 1999, perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan masih dibawah rata-rata 1990-1999.
            Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa perekonomian Indonesia tiba-tiba mengalami krisis,setelah menikmati pertumbuhan jangka panjang selama sekitar tiga dasawarsa?Ada berbagai jawaban atas pertanyaan ini.Salah satu jawabannya adalah krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah.Resiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar (market failure) ,yang disebabkan ketidak sempurnaan informasi (inperfect information) dan atau penyimpangan moral (moral hazard).
            Memasuki periode 1980-an pemerintah mulai menungurangi perannya dalam memacu pertumbuhan ekonomi.Tampaknya secara bertahap pasar diberikan keleluasaan dalam berkerja agar alokasi sumber daya ekonomi makin efisien.Mekanisme pasar juga meningkatkan kemampuan individu (produsen dan atau konsumen) untuk mengoptimalkan dirinya.Kemampuan optimalisasi individu ini dipercaya akan memberikan sumbangan positif terhadap perekonomian.
            Proses peleluasaan pasar dimulai dengan liberalisasi sektor perbankan 1983,yang diikuti langkah-langkah liberalisasi dan deregulasi selanjutnya.Memasuki periode tahun 1990-an langkah-langkah tersebut tampaknya membuahkan hasil,dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Jika lokomotif pertumbuhan periode 1970-an adalah sektor pemerintah,maka lokomotif pertumbuhan periode 1990-an adalah sektor swasta.


            Kunci dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah tingginya investasi selama periode 1990-an yang hampir mencapai 40% PDB.Sebagian besar investasi tersebut merupakan investasi swasta.Investasi ini umumnya berasal dari hutang,baik domestik maupun luar negeri.Selama periode 1990-an pertumbuhan hutang luar negeri swasta melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi.Sedangkan utang sektor swasta terhadap perbankan domestik juga meningkat pesat.
            Membengkaknya utang sektor swasta menunjukan bahwa industri keuangan domestik maupun asing begitu mempercayai sektor swasta Indonesia.Jika kepercayaan ini ternyata salah dapat dijelaskan bahwa dalam dunia nyata informasi yang diterima pemberi pinjaman tidak sempurna (inperfect information) atau telah terjadi penyimpangan moral dikalangan perlaku ekonomi indonesia.Hal-hal ini lah yang meyebabkan kegagalan pasar sebagai alat alokasi sumber daya yang efisien.
                        Salah satu wujud kegagalan pasar adalah salah alokasi investasi.Sebagian besar utang swasta disalurkan untuk kegiatan ekonomi yang tidak menghasilkan devisa,terutama sektor properti.Salah alokasi ini lah yang memicu krisis nilai tuar rupiah,yakni memburuknya nilai tukar rupiah.Krisis nilai tukar rupiah merupakan konsekuensi dari penggunaan mekanisme pasar.Sebab memburuknya nilai tukar rupiah mengindikasikan terjadinya kelebihan permintaan valuta asing,terutama US$.Kelebihan permintaaan ini berkaitan dengan jatuh temponya utang luar negeri swasta,sedangkan kemampuan membayar tidak ada.Krisis nilai tukar rupiah diperburuk oleh krisis kepercayaan dan krisis politik yan g akhirnya bermuara kepada krisis ekonomi.

http://apriyanis.blogspot.co.id/2014/01/siklus-ekonomi.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.