.

Selasa, 09 Mei 2017

EKONOMI KEYNESIAN


Ekonomi Keynes adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan yang kemudian akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Teori Keynes ini menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great Depression. http://www.wisegeek.org/what-is-keynesian-economics.htm

Pada Teori Keynes, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara normal. Ketika Great Depression melanda, masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.

Solusi Keynes untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan dari sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus campur tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa oleh pemerintah sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini bagaimanapun merupakan solusi yang tidak populer. Namun demikian, belanja pertahanan pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu pulihnya perekonomian Amerika Serikat.


Inti Pokok Pemikiran Keynes
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:

Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.
Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference).Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas.

Tentang Upah
Kaum klasik mengatakan bahwa sesuai dengan faham laissez faire- laissez passer, tenaga kerja akan dimanfaatkan secara penuh full employment. Walau dalam keadaan tertentu perusahaan harus menurunkan upah. Dan kaum klasik yakin para penganggur tetap akan mau bekerja walau dengan upah yang minimal
Pandangan klasik diatas ditolak Keynes. Menurut Keynes kenyataan pasar tenaga kerja tak demikian. Dimana para tenaga kerja punya serikat kerja (labor union) yang akan memperjuangkan kepentingan mereka.
Selanjutnya Keynes berpendapat bahwa tingkat upah bias turun memang (tapi kemungkinan ini sangat kecil menurutnya). Ketika upah turun, pndapatan masyarakat tentu akan turun, dan daya beli masyarakat tentu akan turun pula. Lalu ketika daya beli masyarakat turun akan diikuti oleh harga- harga yang turun.
Kalau harga-harga turun, kurva nilai produktivitas marginal labor yang dijadikan patokan oleh pengusaha akan turun. Kalau penurunan harga tak begitu besar,kurva nilai ini hanya turun sedikit. Walau begitu tetap saja labor yang tertampung semakin kecil. Yang lebih parah seandainya harga-harga turunya drastis. Ini menyebabkan kurva nilai turun drastic pula. Labor yang tertampung pun semakin kecil dan pengangguran akan meluas.

Tentang Tabungan (Saving)
Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen. Tapi juga tidak baik kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan berdampak pada terjadinya kemerosotan (resesi) perekonomian bahkan terjadi depresi.

PERBEDAAN PANDANGAN KEYNES DAN KAUM KLASIK MENGENAI TABUNGAN DAN INVESTASI

Pendapatan Absolut atas Tabungan dan Investasi
Keynes tidak setuju dengan kaum klasik yang beranggapan bahwa tingkat tabungan sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga. Ia berpendapat bahwa besar kecilnya tingkat tabungan juga ditentukan oleh besar kecilnya tingkat pendapatan dan kecenderungan menabung. Hal itu secara teknis dapat dijabarkan sebagai berikut:

—  Pada kondisi pertama diasumsikan masyarakat memiliki uang sebanyak Rp 100.000 dengan tingkat suku bunga sebesar
20% p.a. Masyarakat tersebut akan menabungkan uangnya sebesar Rp 40.000.-
—  Kemudian suku bunga naik menjadi 40% p.a maka dengan harapan mendapatkan keuntungan masyarakat mengurangi
konsumsinya sebesar Rp 20.000,- sehingga uang yang ditabung menjadi sebesar Rp 60.000
—  Kondisi berikutnya suku bunga naik menjadi 70% p.a. dengan uang sebesar Rp 100.000 apakah ingin mendapatkan
keuntungan yang besar maka masyarakat meniadakan konsumsinya sehingga uang yang ditabung sebesar Rp 100.000,-
—  Bila seandainya suku bunga naik menjadi 100% dengan pendapatan tetap Rp 100.000,- apakah masyarakat dapat
menabung uangnya menjadi 150.000?
—   Apabila tidak ada peningkatan pendapatan disposabel maka tabungan juga tidak akan meningkat meskipun tingkat bunga
terus meningkat.

Tingkat Upah dan Pengangguran
Pertama, Kaum Ekonomi Klasik menyatakan bahwa tingkat upah flexibel terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga pada kondisi tertentu tidak akan ada pengangguran. Jadi upah akan turun apabila jumlah penawaran tenaga kerja naik dan upah turun apabila permintaan tenaga kerja turun. Menurut Keynes, dengan makin terorganisirnya kaum buruh dan pekerja serta semakin kuatnya persatuan tersebut membuat perusahaan tidak lagi dapat dengan mudah merubah tingkat upah.
Kedua, penggunaan asumsi ceteris paribus dalam menganalisa tingkat pengangguran yang digunakan oleh kaum klasik adalah tidak layak. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya tingkat pengangguran adalah satu kejadian yang tidak terlepas dari tingkat perekonomian suatu negara, tingkat inflasi dan lain sebagainya.
Ketiga, mengenai hubungan linier permintaan-penawaran tenaga kerja dan tingkat upah. Keynes berpendapat bahwa jika upah turun, maka tingkat pendapatan akan turun, dan selanjutnya adalah daya beli akan turun sehingga pengeluaran masyarakat semakin berkurang. Bila pengeluaran masyarakat berkuran, maka kelebihan kapasitas produksi yang menghasilkan barang untuk dijual tidak akan bisa diserap pasar. Hal ini selanjutnya akan merugikan perusahaan dan perusahaan akan melakukan perampingan dengan memberhentikan karyawannya sehingga tingkat full employment tidak bisa terjadi.
Fleksibilitas Harga Barang
Salah satu alasan harga tidak segera menyesuaikan dalam jangka pendek adalah adanya biaya penyesuaian harga. Untuk mengubah harga, perusahaan mungkin perlu mengirim daftar harga baru pada konsumen. Biaya penyesuaian harga ini disebut biaya menu (menu costs). Ketika perusahaan mengurangi harganya, ia mengurangi secara marjinal tingkat harga keseluruhan, menaikkan keseimbangan riil. Dampak makro ekonomi dari suatu penyesuaian harga perusahaan pada permintaan akan produk perusahaan lain disebut eksternalitas permintaan agregat (aggregate-demand externality).

Resesi Sebagai Akibat dari Kegagalan Koordinasi
Resesi adalah menurunnya kemampuan ekonomi dan menurunnya tingkat keuntungan produsen dalam skala makro. Secara teoritis menurut mashab ini perekonomian akan selalu mengalami kondisi perbaikan apabila koordinasi antara pengambil keputususan dapat terjalin baik. Karena itu Keynes menekankan perlunya ketegasan dan campur tangan pemerintah dalam mengatur perekonomian terutama menyangkut tingkat harga barang tertentu dan upah nasional dan regional.
Sebagian ekonom Keynesian baru menyatakan resesi berasal dari kegagalan koordinasi di antara pembuat keputusan. Kegagalan koordinasi dapat muncul dalam penetapan upah dan harga, karena yang menetapkannya harus mengantisipasi tindakan pembuat upah dan harga yang lain. Moral dari cerita ini adalah harga bisa kaku karena orang mengharapkannya demikian, meskipun tak ada yang menginginkannya.

Staggering (Kejutan) Terhadap Upah dan Harga
Supaya tidak terjadi kolusi antara beberapa perusahaan besar dalam penentuan harga suatu produk, perlu adanya kejutan terhadap upah dan harga oleh otoritas yang berwenang, atau satu atau dua perusahaan yang menguasai pangsa pasar terbesar atau gabungan dari beberapa perusahaan yang produknya menguasai pasar, dengan tujuan yang baik. Pemerintah berhak mengubah tingkat suku bunga, upah minimum dan tarif serta harga BBM pada saat diperlukan.
Fungsi konsumsi, tabungan dan investasi merupakan fungsi dan teori yang ada dalam perekonomian dua sektor. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dengan soal perhitungan.

Tidak hanya investasi sangat penting dalam menentukan pendapatan nasional, tetapi terdapat kemungkinan bahwa tabungan lebih besar daripada investasi. Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga tidaklah merupakan media untuk menyamakan keduanya.

Daftar Pustaka :
Thorifah, A. 2015. Teori Keynes. http://thoifahasriandini.blogspot.co.id/2015/10/teori-keynes.html. (Dibaca 09-05-2017)
Hidayat, A. 2016. Teori Ekonomi Keynes, neo-keynes, dan new keynes. https://houseprogresblog.wordpress.com/2016/03/24/teori-ekonomi-keynes-neo-keynes-dan-new-keynes/. (Dibaca 09-05-2017)
Wijaya. 2015. Teori Ekonomi Keynes (2). https://wijayanomics.wordpress.com/2015/04/18/teori-ekonomi-keynes-2/. (Dibaca 09-05-2017)

Wijaya. 2015. Teori Ekonomi Keynes. https://wijayanomics.wordpress.com/2013/03/29/teori-ekonomi-keynes/. (Dibaca 09-05-2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.