.

Sabtu, 18 Maret 2017

Permintaan Kedelai di Indonesia

@A27-Shiffa

Oleh : Shiffa Ramadhani


Abstrak 
Apabila kita membicarakan pasar tentunya tidak luput dari perdagangan. Perdangan yang paling sering terjadi adalah perdangan di pasar. Di dalam perekonomian pasar tentunya ada yang disebut permintaan dan penawaran.Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada jumlah dalam waktu tertentu,sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu.


Pendahuluan
Industri tempe saat ini sedang mengalami kesulitan, disebabkan oleh harga kedelai fluktuatif namun cenderung naik, sedangkan harga jual tempe sukar untuk dinaikan. Pada tahun 2012, harga kedelai meningkat terus sampai rata-rata mencapai 6.25% di pasar domestic. Sementara sampai bulan Juli 2012, menurut kementrian perdagangan ada peningkatan harga rata-rata import kedelai sampai 7.6% (Statistik Kementrian Perdagangan, 2012). Jika dibandingkan dengan data GEM-Bank Dunia (2012), mulai bulan Juni 2012 sampai akhir Juli 2012 menunjukkan harga pasar kedelai di perdagangan internasional meningkat 26.8%. Kenaikan harga tersebut diduga karena perubahan iklim global terutama di negara pengekspor terbesar kedelai yaitu Amerika Latin.


Rumusan Masalah
1. Permintaan Konsumsi Kedelai
2. Penyebab Kenaikan Harga Kedelai
3. Dampak Harga Kenaikan Kedelai
4. Solusi Masalah Kenaikan Kedelai

Pembahasan 

Permintaan Konsumsi Kedelai
Pertumbuhan permintaan kedelai selama lima tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri. Sehingga mau tidak mau harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar.

Harga kedelai impor yang murah dan tidak adanya tarif impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di dalam negeri. Harga kedelai kembali mencapai rekor dengan harga Rp9.500 per kilogram, bahkan di beberapa daerah di seluruh Indonesia ada yang menembus Rp10.000 per kilogram.

Seperti dikutip dari data Balitbang Kementrian Pertanian (Kementan) mengenai Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai, Rabu (11/9/2013), bahwa total kebutuhan konsumsi kedelai terus meningkat dari 2,02 juta ton pada tahun 2003 menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2005 dan 3,35 juta ton pada tahun 2025.

Adapun, jika sasaran produktivitas rata-­rata nasional 5 ton per hektare bisa dicapai, maka kebutuhan areal tanam kedelai diperkirakan sebesar 8 juta ha pada tahun 2005, dan 2,24 juta ha pada tahun 2025.

Akan tetapi, hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah, bagaimana mencapai areal tanam seluas itu. Sementara lahan yang tersedia terbatas dan digunakan untuk berbagai tanaman palawija, terutama yang lebih kompetitif.
Lambat laun, total kebutuhan konsumsi kedelai terus meningkat dari 2,02 juta ton pada tahun 2003 menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2005 dan 3,35 juta ton pada tahun 2025. (wan) 


Penyebab Kenaikan Harga Kedelai
1.        Rupiah terus melemah terhadap dolar AS

Saat ini harga beli kacang kedelai melonjak dari Rp 6.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 8000 per kg. "Harga kacang kedelai bisa seharga Rp 8.500 per kg. Kita terpaksa mengurangi jumlah produksi untuk menghindari rugi, modalnya juga besar. Saya harap pemerintah bisa mengendalikan harga kedelai,karena stoknya sekarang sedikit sulit," ujarnya. Sekedar informasi, pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang saat ini masih bergerak di 14.000 ternyata mulai menimbulkan keresahan bagi para pengusaha. Tak hanya pengusaha-pengusaha besar, para pengusaha kecil pun mulai terancam, seperti halnya pengusaha tahu tempe.

2.        Cuaca buruk

Harga komoditi Kacang Kedelai mengalami fluktuasi, akibat cuaca buruk. Bahkan, dua hari terakhir harganya mengalami kenaikan mencapai Rp 200 per kilogram. Akibat kenaikan ini, permintaan akan komoditi tersebut mengalami penurunan. 

3.        Produksi kedelai dalam negeri masih minim

Berdasarkan survey Menteri Perdagangan, produksi kedelai di tanah air masih sangatlah minim,   beberapa waktu lalu ketika menteri perdagangan mengunjungi tempat tempat produsen tahu dan tempe di beberapa daerah disana sama sekali tidak ditemukan kedelai kedelai lokal yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe. Dari pengamatan ini tentu dapat disimpulkan bahwa produksi kedelai lokal yang masih minim mengharuskan Negara ini mengimpor kedelai dari luar negeri dalam skala yang besar demi memenuhi pasokan kedelai bagi para perajin.



Dampak Kenaikan Harga Kedelai
1.       Ukuran tahu dan tempe mengecil

Harga kedelai yang terus melambung membuat pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Majalengka menjerit. Untuk mensiasatinya para pengusaha memperkecil ukuran tahu dan tempe produksi tanpa menaikkan harga jual. Menurut salah seorang pengusaha tempe, H. Dodo (51), kenaikan tersebut dirasakan sejak awal 2011. "Harganya terus naik, sementara kita ngga mungkin menaikan harga jual," katanya saat ditemui di Desa Cisameng Kecamatan Palasah, Kamis (10/2).Hal yang sama pun dirasakan oleh Udin (36), pengusaha tahu di Desa Cisameng Kecamatan Palasah. Udin mengatakan, sejak kenaikan harga kedelai, keuntungannya berkurang. "Yah cuma cukup buat makan saja. Yang penting bisa tetap bertahan," tuturnya. (A-177/A-147)***

2.       Pengusaha tahu terancam gulung tikar

Bagi usaha kecil rumahan, kenaikan harga kedelai cukup memberatkan. Pasalnya, penjualan tahu produksinya mengalami penurunan cukup drastis karena sepinya pembeli. Namun, sejak kenaikan harga kedelai jumlah produksi turun hingga 50% yakni hanya 30 kg per hari. Selain mengurangi jumlah produksi untuk menghindari kerugian yang cukup besar para perajin memperkecil ukuran tahu.
Meski ukuran tahu lebih kecil dari biasanya, namun harga tahu tidak mengalami kenaikan yakni Rp200 per biji. Sayangnya, mereka tetap mengalami kerugian karena tahu yang di produksi setiap harinya selalu tersisa alias sepi pembeli.

3.       Mogok produksi

Lonjakan harga kedelai itu berimbas pada kelangkaan produk tempe dan tahu di pasar. Perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) akhirnya merealisasikan ancamannya untuk mogok produksi pada Senin 9 September 2013 hingga tiga hari ke depan.
Ketua Gakoptindo, Aip Syarifudin, mengatakan, mogok produksi dilakukan lantaran harga kedelai sudah melambung tinggi. Gakoptindo meminta agar pemerintah dapat lebih fokus dalam mengendalikan harga kedelai.
Menurut Aip, lonjakan harga kedelai sebagai bahan baku telah membebani
ongkos produksi yang dikeluarkan perajin tempe dan tahu. Sudah banyak pula perajin yang merugi, bahkan sampai mengurangi jumlah karyawan. Beberapa perajin yang mogok produksi pada Senin kemarin itu di antaranya dari Depok, Jawa Barat. Sejumlah pabrik tahu dan tempe memilih tak beroperasi alias tutup selama tiga hari. Akibatnya, makanan khas Indonesia ini pun langka di sejumlah pasar tradisional kota tersebut.


Solusi Masalah Kenaikan Harga Kedelai
Gita menuturkan, upaya mengatasi kenaikan harga kedelai dalam

1.       Jangka panjang = melalui kenaikan produksi kedelai dalam negeri.

"Produksi yang di dalam negeri tidak ada yang digunakan dalam pembuatan kedelai. Kedepannya kita akan tingkatkan produksi kedelai dalam negeri," kata Gita saat menjumpai pengrajin tempe dan tahu di Kawasan Primer Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (PRIKOPTI) Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (9/9/2013).
Menurut Gita, kenaikan produksi dalam negeri juga untuk menghemat pengeluaran pemerintah terkait impor kedelai dari luar negeri yang berlangsung tiap tahun.
Seperti diketahui, impor kacang kedelai untuk produksi tahu dan tempe mengikuti kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jika nilai tukar rupiah naik terhadap dolar, maka harga impor kacang kedelai juga ikut terkerek.

2.       Jangka pendeknya = melibatkan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk urusan tata jual kedelai.
Saat ini kepengurusan tata jual kedelai masih dipegang pihak swasta.
"Saya sepakat dengan aspirasi dan himbauan para perajin (tempe dan tahu) di sini bahwa Bulog segera dilibatkan dalam tata jual kedelai. Tapi jika Bulog diberdayakan nanti, saya juga menghimbau kepada petani-petani untuk tidak lupa meningkatkan produksi," tegas dia. (Han/Nur)



Kesimpulan
Permintaan kedelai di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat sehingga harus dilakukan untuk mengimpor dalam jumlah yang cukup besar.Penyebab naiknya harga kedelai yaitu rupiah terus melemah, cuaca buruk dan produksi kedelai masih minim. Dampak kenaikan kedelai terhadap konsumen adalah pengusaha tahu terancam gulung tikar, ukuran tahu tempe mengecil dan mogok produksi. Solusi yang diberikan oleh pemerintah yaitu dalam jangka panjang melalui kenaikan produksi dalam negeri dan melalui jangka pendek melalui melibatkan bulog dalam jual beli.


Daftar Pustaka


Kusuma,Hendra.2013.Permintaan Kedelai VS Produksi Dalam Negeri.okezone.com


Liputan6.2015.Harga Kedelai Mahal, Produksi Tahu Tempe Merosot.Jakarta.Liputan6.com

http://bisnis.liputan6.com/read/2307451/harga-kedelai-mahal-produksi-tahu-tempe-merosot (Diakses 2 september 2015)

 Murwanti,Sri dan Sholahuddin M.2014. STRATEGI DAN DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP LABA USAHA PENGRAJIN TEMPE DI SUKOHARJO.JAWA TENGAH.Portal garuda



Raharja,Pratama dan Mandala, Manurung.2008.Pengantar Ilmu Ekonomi.LPFFUI.Jakarta


Rumantris,Fitri.2011.Dampak Kenaikan Harga Kedelai.Pikiranrakyat.com



Salim, H.J.2013.Dua Jurus Mendag Buat Atasi Kenaikan Harga Kedelai.Jakarta.Liputan6.com



Susanto,Heri.2014.Harga Kedelai Naik Pengusaha Tahu Terancam Gulung Tikar.Jakarta.Sindonews.com




Wibowo,T.A dan Jihad,Akbar.2013.Harga Kedelai Melonjak Tahu Tempen pun Langka.Jakarta.Viva.co.id


(diakses tahun 9 september 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.