.

Minggu, 19 Maret 2017

Analisa Permintaan Daging Sapi di Indonesia



@A10-Rona 
Oleh : Rona Tasya Oktaviani
41616010023



 
Abstrak
Permintaan daging sapi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningktanya kesejahteraan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan protein hewani juga menjadi penyebab meningkatnya permintaan daging sapi.
Namun, peningkatan tersebut tidak sebanding dengan perkembangan populasi sapi potong. Saat ini terdapat kecenderungan yang menunjukkan semakin lebarnya kesenjangan antara laju permintaan dan laju penawarannya, terutama daging sapi, permasalahan utama di dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional adalah ketidakmampuan sektor produksi domestik untuk mengimbangi laju pertumbuhan konsumsi.
Kata Kunci : Peningkatan permintaan daging sapi


Pendahuluan
Menurut Salvator (2006), Permintaan adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada komoditi itu, pendapatan nominal individu, harga komoditi lain dan cita rasa individu. Menurut Fatmawati dalam JURNAL EKONOMI UHO Vol 1, No 1 (2016), Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor pembentuk PDB. Melalui kontribusi pada PDB tahun 2013 sebesar Rp 2.769.053,00 milyar kemudian, pada tahun 2014 sebesar Rp 2.909.181,50 milyar (BPS, di olah oleh kementrian pertanian). Salah satu sub sektor pertanian adalah peternakan dengan produk yang di hasilkan seperti daging, telur dan susu. Daging merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa.
Menurut Suhardjo (2000), Daging sapi digolongkan sebagai salah satu produk peternakan penghasil bahan pangan.Bahan pangan adalah bahan yang dimakan sehari-hari atau sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan dan pengganti kebutuhan jaringan yang rusak. Menurut Buckle (2000), Bahan pangan merupakan penghasil lemak, energi, sumber kalori untuk menyuplai energi dari dalam. Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan ekonomi penduduk yang sangat luar biasa. Hal ini bisa dibuktikan dengan tingginya tingkat pembelian dari masyarakat Indonesia terhadap suatu produk atau bisa dibilang jika orang Indonesia sangat loyal dalam berbelanja. Namun, pertumbuhan ekonomi ini ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadapt kenaikan harga daging sapi saat ini. 
Berdasarkan stnadar kebutuhan daging sapi di Indonesia, diketahui bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia masih jauh di bawah standar kebutuhan konsumsi daging. Hal ini dikarenakan harga daging yang selalu mengalami kenaikan, perubahan pola konsumsi serta tingkat pendapatan masyarakat yang rendah.
Permasalahan
1.      Bagaimana kondisi daging sapi di Indonesia ?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Indonesia ?
3.      Bagaimana cara mengatasi faktor-faktor permintaan daging sapi di Indonesia?
Pembahasan
Kondisi sapi di Indonesia
Tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2014 mencapai kurang lebih 3,1 juta ekor. Kemungkinan di tahun 2015 tingkat konsumsi sapi akan terus meningkat menjadi 3,4 juta ekor. Namun, sangat diasayangkan tingginya tingkat konsumsi sapi ini tidak dibarengi dengan tingginya produksi sapi dari para peternak yang hanya bisa memasok kurang lebih 2,3 juta ekor. Idealnya, daging sapi yang di import dari luar negeri mencapai 1,1 juta ekor saja untuk menutupi kekurangan pasokan daging sapi di dalam negeri.
Selama ini, kebanyakan impor daging sapi berupa 40% daging sapi beku dan 60% sapi hidup. Nantinya, daging sapi beku ini ditujukan untuk para pengelola hotel, restaurant, dan juga katering. Sedangkan untuk sapi hidup untuk memenuhi kebutuhan sapi segar di dalam negeri. Selain itu, kenaikan akan kebutuhan pemeliharaan sapi juga meningkat seiring meningkatknya pula kebutuhan ekonomi saat ini. Sehingga para peternak juga harus bisa menyiasati biaya untuk pemeliharaan sapi agar tetap mendapatkan keuntungan. Harga sapi hidup dan daging sapi naik menjadi 2 kali lipat dalam waktu 6 tahun (2009-2015). Populasi sapi anjlok dari 14,8 juta pada tahun 2011 menjadi 12,6 juta pada tahun 2013. Populasi kembali naik setelah impor sapi ditambah, hal ini juga menunjukkan bahwa impor sapi bakalan membantu menaikkan populasi sapi dalam negeri.
            Disisi lain konsumsi daging sapi nasional ternyata naik akibat naiknya kelas konsumen yang menginginkan dan mampu membeli daging sapi. Konsumen Indonesia lebih menyukai daging segar yang sapinya baru dipotong malam sebelumnya sehingga kebutuhan akan daging segar terus meningkat.Kementerian Pertanian telah membuat prognosa kebutuhan dan suplai daging sapi nasional untuk tahun 2016 yang menyimpulkan bahwa Indonesia memang kekurangan suplai  daging sapi sebanyak 220 ribu ton atau setara 1,2 juta ekor sapi hidup. Namun antisipasi terhadap kondisi ini lambat sehingga sudah terjadi lagi gejolak harga seperti tahun sebelumnya. Menurut The Jakarta Globe,  Menurut Satia, kenaikan harga paling tinggi pernah terjadi pada saat Idul Fitri 2016, dimana harga daging mencapai batas tertinggi Rp 135 ribu. Namun, pedagang mencatat belum pernah ada penurunan harga daging di bawah Rp 120 ribu. Satia mengakui memang sangat sulit untuk menurunkan harga daging sapi lokal.

Pemerintah Indonesia sekarang mengharapkan untuk mengimpor 100.000 ton daging pada bulan Juni 2017, dan bukannya mengimpor 80.000 ton daging tahun ini. Menurut Satia, walaupun sudah digelontor daging impor harga daging sapi lokal tetap tinggi. Masyarakat konsumen daging sapi lokal tetap setia dan tidak terpengaruh oleh keberadaan daging impor karena berbagai alasan. Melihat perjalanan harga daging selama tahun ini, ia memprediksi harga daging sapi masih tetap Rp 120 ribu pada 2017 mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Indonesia
Peningkatan permintaan daging sapi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya produksi daging sapi, konsumsi daging sapi, dan tingkat pendapatan.
·         Produksi daging sapi di Indonesia
Produksi daging sapi di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah produksi daging sapi tahun 1999 sampai pada tahun 2014 mengalami fluktuasi. Produksi daging tertinggi adalah di tahun 2014 yaitu sebesar 539.965 ton, sedangkan untuk produksi daging terendah adalah sebesar 300.921 ton di tahun 2000, dan untuk persentase perkembangan rata-rata produksi daging sapi pertahun adalah sebesar 4,08% ton. Menurut Kariasa (2005), produksi daging sapi mengalami penurunan dikarenakan adanya berbagai macam permasalahan, diantaranya; usaha kurang diminati, adanya keterbatasan pejantan unggul,ketersediaan pakan yang tidak stabil. Menurut BPS (2007), jumlah pengelolaan ternak yang berasal dari sapi lokal belum bisa memenuhi permintaan daging sapi contohnya peternak lokal bagainama bisa mensuplay rutin ke pasar kalau hanya punya tiga ekor sapi dan turunnya impor sapi juga merupakan salah satu penyebab produksi daging sapi juga menurun. Menurut BPS (2011), peningkatan kebutuhan/permintaan daging sapi belum dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang memadai, baik dari segi mutu maupun jumlahnya.
·         Konsumsi daging sapi di Indonesia
Menurut Direktur Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup (PSDLH) Kemendesa Faizul Ishom,konsumsi daging sapi orang Indonesia hanya 2,2 kg per kapita/tahun dan termasuk masih rendah. Tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2014 mencapai kurang lebih 3,1 juta ekor. Kemungkinan di tahun 2015 tingkat konsumsi sapi akan terus meningkat menjadi 3,4 juta ekor. Namun, sangat diasayangkan tingginya tingkat konsumsi sapi ini tidak dibarengi dengan tingginya produksi sapi dari para peternak yang hanya bisa memasok kurang lebih 2,3 juta ekor. Idealnya, daging sapi yang di import dari luar negeri mencapai 1,1 juta ekor saja untuk menutupi kekurangan pasokan daging sapi di dalam negeri. Konsumsi daging sapi saat ini memang tidak sesuai dengan ketersediaannya di pasaran. 
·         Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia
Tingkat pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat di Indonesia tahun 1999-2014 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pendapatan masyarakat tertinggi adalah di tahun 2014 yaitu sebesar 31.313.200,- ,sedangkan untuk pendapatan terendah adalah sebesar 3.974.200,- di tahun 1999, dan untuk persentase perkembangan rata-rata tingkat pendapatan pertahun adalah sebesar 12,90%. Menurut Lipsey (1997), perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan,tetapi dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang akan dibeli terutama oleh rumah tangga yang tidak mengalami kenaikan atau berkurangnya.
Cara mengatasi faktor-faktor permintaan daging sapi di Indonesia
·         Pemerintah sebaiknya memanfaatkan potensi usaha penggemukan, dengan bantuan modal atau sistem perkreditan yang dapat diakses dan tidak memberatkan peternak.
·         Pemerintah juga menerapkan swasembada daging dalam mengatasi permasalahan akan mahalnya daginng sapi bertujuan untuk mencukupi gizi masyarakat Indonesia dengan mengubah konsumsi daging sapi menjadi ikan atau tahu tempe.
·         Membuka jalur baru transmigrasi yang dikhususkan untuk beternak sapi 
·         Pengaturan pengendalian impor secara konsisten untuk mengendalikan stabilitas harga daging sehingga mampu mendorong motivasi peternak.
·         Perbaikan distribusi sapi dari sentra produsen ke konsumen
·         Penyelamatan sapi betina produktif
·         Melakukan penanganan terhadap gangguan reproduksi hewan

Daftar Pustaka :


Rahardja.P, Mandala.M. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. FE-UI. Jakarta
Anonim. 2016. Indonesia Kekurangan Suplai Daging Sapi. http://gapuspindo.org/2016/07/22/indonesia-kekurangan-suplai-daging-sapi/ (Diakses 22 Juli 2016)





Anonim. 2016. Indonesia Akan Impor 700.000 Sapi Australia Tahun 2017. http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/indonesia-akan-impor-700000-sapi-australia-tahun-2017/7845710. (Diakses 14 September 2016)

Anonim. 2011. Permintaan Daging Sapi. https://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/permintaan-daging-sapi/ (Di akses 11 Mei 2011)
Fatmawati. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di indonesia. JURNAL EKONOMI UHO Vol 1, No 1. (Di akses 24 April 2016)

Dyah. 2015. Konsumsi Daging Sapi Orang Indonesia Masih Rendah. http://www.antaranews.com/berita/527724/konsumsi-daging-sapi-orang-indonesia-masih-rendah  (Di akses 5 November 2015)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.