.

Rabu, 13 April 2016

Kenaikan harga beras di Indonesia



Latar Belakang
        Beras adalah salah satu sumber pokok pangan diindonesia,karena diindonesia sendiri beras adalah salah satu bahan pokok yg paling utama untuk menunjang kebutuhan hidup sehari sehari.
maka dari itu indonesia sendiri adalah salah satu negara yg paling banyak penduduknya yg menggunakan beras untuk sumber kehidupan mereka sehari sehari.
namun seiring waktu semakin bertambahnya penduduk diindonesia itu sendiri beras semakin susah dicari karena seiring naiknya harga bahan pokok diindonesia,selain karena faktor cuaca juga beras susah didapatkan karna pendapatan setiap individu kurang mencukupi.karena harga beras yg semakin melonjak

BERAS ADALAH  SALAH SATU SUMBER PANGAN DIINDONESIA,BERAS JUGA DALAH BAHAN POKOK YG OALING UTAMA

JENIS JENIS BERAS 

Beras putih, sesuai namanya, berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.


Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.

Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.

Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.


Di beberapa daerah yang kebetulan sedang panen, misalkan di daerah Demak, begitu dipanen langsung diserbu pembeli beras yang kebanyakan dari luar daerah. Para pedagang pembeli beras ketika ditanya berasal dari daerah Bandung dan Jawa Barat lainnya, dengan alasan karena banjir banyak melanda daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Maka untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan mayoritas penduduk harus memenuhi dari daerah yang sedang panen.



Petani yang baru panen begitu membutuhkan dana segar karena kebanyakan petani Indonesia bukan orang berpunya. Mereka umumnya gali lobang tutup lobang. Untuk memproduksi beras, mereka membutuhkan dana tak sedikit dan umumnya pinjam ke pihak lain. Mahalnya biaya produksi menyebabkan keberhasilan panen merupakan berkah tersendiri. Apalagi bagi petani yang pada periode ini panen merupakan keberuntungan karena banyak tanaman padi gagal panen lantaran terendam banjir. Begitu panen langsung dijual ke pedagang, dan sesuai hukum ekonomi, bagi penawar yang harganya tertinggi, petani akan menjualnya.




Margin keuntungan bagi petani yang panen kali ini cukup besar karena risiko yang tinggi. Risiko yang terjadi karena adanya masalah perubahan iklim global yang tidak menentu. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) menyatakan, temperatur udara global naik 0,6 derajat Celcius sejak 1961. Pemanasan global terjadi karena aktivitas manusia dengan terus menambah gas rumah kaca ke atmosfer. IPPC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global meningkat 1,1 hingga 6,4 derajat Celcius pada 1990 hingga 2100.




Perkembangan teknologi informasi, perhubungan, dan infrastruktur jalan yang lebih baik, membuat pedagang akan gesit mencari daerah yang sedang panen. Keuntungan yang diharapkan tinggi dari aktivitas bisnis beras sesaat ini begitu gencar, tapi keuntungannya lebih banyak pada pedagang pengepul.




Kasus kenaikan harga beras saat ini merupakan pelajaran berharga bagi pemerintahan Jokowi-JK dalam mewujudkan swasembada pangan, termasuk beras. Kenaikan harga beras akan memicu inflasi, yang berdasarkan APBNP 2015 ditarget lima persen, yang termasuk rendah.




Kalau melihat inflasi pada 2014 menurut BPS (2015) sebesar 8,36 persen, kontribusi bahan pangan 2,06 persen, dan 1,31 persen kontribusi oleh pangan olahan dan tembakau. Artinya, pangan secara keseluruhan menyumbang 40,31 persen dari inflasi nasional. Padahal, beras makanan pokok masyarakat Indonesia, maka sumbangan beras terhadap inflasi termasuk penting.




Melihat betapa penting dan strategisnya komoditas beras, dalam jangka pendek masalah stabilisasi harga beras harus dapat tercapai. Tanpa stabilisasi harga beras, target inflasi akan sulit tercapai, yang berarti daya beli masyarakat secara umum mengalami penurunan. Dengan harga beras yang tinggi, sebagian masyarakat ada yang sudah makan singkong dan nasi aking. Keadaan ini kalau dibiarkan akan menjadikan penurunan kualitas sumber daya insani masyarakat Indonesia karena penurunan gizi.




Operasi pasar beras dan pembagian raskin yang tertunda beberapa waktu lalu hendaknya dapat dilakukan optimal. Kebijakan ini bisa dilaksanakan di daerah yang belum panen karena ketidakseimbangan antara persedian dan keperluan masyarakat akan beras yang naik. Kerja sama antara Bulog, pemda, dan dinas terkait dapat dilakukan demi stabilisasi harga beras dan mengurangi munculnya gizi buruk di masyarakat.




 Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan bahwa stok beras nasional masih aman meskipun belakangan ini terjadi kenaikan harga. Sebagai langkah antisipasi agar harga beras tak terus melonjak, Kementerian Perdagangan siap melakukan operasi pasar. 
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan, Srie Agustina menjelaskan, salah satu tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Perdagangan saat ini adalah menjaga kestabilan harga pangan salah satunya harga beras.  "Pak Presiden kan mengatakan stok aman. Ini kan akan didorong terus dengan operasi pasar," kata dia di Jakarta, Senin (28/9/2015).



Dia mengatakan, kenaikan yang terjadi belakangan terhitung masih aman. Pasalnya, kenaikan tak mencapai 2 persen. "Yang jelas trend kenaikannya kita lihat nggak sampai 2 persen. Itu biasanya yang kita lakukan untuk mengembalikan, kestabilannya sebelumnya kita lakukan operasi pasar. Ini sudah jalan mulai Jumat kemarin," tuturnya.




Pihaknya menegaskan, pasokan beras nasional masih cukup untuk mencukupi kebutuhan nasional. "Cukup, cukup, cukup," tandas dia.




Kemarin, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan belum mengelurkan instruksi impor beras meski mendapat ancaman dari El Nino. Pihaknya menegaskan, cadangan beras nasional masih aman.




"Ini masih jalan perhitungan dampak El Nino. Masih dalam perhitungan semuanya. Kita harus punya cadangan yang betul-betul aman untuk semuanya. Yang jelas stok beras ini di Bulog aman yakni 1,7 juta ton dan ditambah produksi sampai November dan Desember 2015 sekitar 200 ribu hingga 300 ribu ton," tutur Jokowi.




Berdasarkan data Kemendag, harga beras mengalami kenaikan dari Rp 10.173 per kg pada 27 September 2015 menjadi Rp 10.330 per kg pada hari ini


faktor faktor kenaikan harga beras yaitu,
  1. faktor cuaca yg tidak mendukung
  2. kelangkaan beras
  3. ekonomi menurun
  4. rutinitas harga bahan pokok yg naik
cara menanggulanginya
  1. memanfaatkan bahan pokok sebagai ganti beras
  2. mengurangi jumlah pengeluaran
  3. mengantisipasi soal kenaikan harga bahan pokok
  4. memanfaatkan sumber daya lain untuk melancarkan tanam padi

sumber ; Refrensi pribadi




1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.