Jambi adalah sebuah Provinsi
Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi
adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan
nama provinsinya, selain Bengkulu dan Gorontalo. Provinsi Jambi dibentuk
berdasarkan UU Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 25 Juli 1958. Selama periode
Pembangunan Jangka Panjang Tahap 1 ( PJP 1) Tahun 1969-1993, perekonomian
Provinsi Jambi dapat tumbuh rata- rata 7 persen per tahun. Pertumbuhan yang
tinggi tersebut juga dapat meningkatkan PDRB Perkapita dari Rp. 29.710 pertahun
pada tahun 1969 kemudian meningkat menjadi Rp. 729.390 pada tahun 1990 dan pada
tahun 2004 meningkat menjadi Rp. 1.857.000,- berdasarkan harga konstan. Selang waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi menunjukan kenaikan yang mengembirakan. Pada tahun 1999,
pertumbukan ekonomi Provinsi Jambi hanya sebesar 2,90% tetapi tahun 2003 telah
mencapai laju pertumbuhan sebesar 4,47%, sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun
2004 sebesar 5,42% sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode
1999-2004 sebesar 4,72%. PDRB. Perkapita atas harga berlaku juga menunjukan
peningkatan yang signifikan yaitu dari Rp. 3,39 juta tahun 1999 meningkat
menjadi Rp.7,422 juta per tahun 2004 atau tumbuh rata-rata 13,95% per tahun.
Kenaikan laju pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut juga dibarengi dengan
penurunan tingkat inflasi. Pada tahun 2000, tingkat inflasi Provinsi Jambi
sebesar 8,4%, tahun 2001 dan 2002 tingkat inflasi masing-masing sebesar 10,11%
dan 12,84% tetapi pada tahun 2003 tingkat inflasi dapat diturunkan menjadi 3,7%
dan inflasi tahun 2004 sebesar 4,92%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
diklaim mengalami peningkatan selama satu tahun terakhir. Gubernur Jambi Zumi
Zola Zulkifli menerangkan jika sebelumnya indeks perekonomian Jambi berada di
4,2 namun sekarang meningkata pada level 4,37. Kepala BPS Jambi Dadang Hardiwan
mengatakan, kenaikan ini dialami oleh industri makanan naik sebesar 19,23
persen dan angka pertumbuhan nasional naik sebesar 8,29 persen. “Demikian
pula hal nya dengan industri karet, barang dari karet dan plastik angka
pertumbuhan produksi industri ini naik sebesar 5,14 persen sedangkan angka
pertumbuhan nasional turun sebesar minus 5,47 persen,” katanya seperti dikutip Antara,
Senin (6/2). Berbeda hal nya dengan industri bahan kimia dan barang dari bahan
kimia angka pertumbuhan produksi industrinya turun sebesar minus 25,10 persen
sedangkan angka pertumbuhan nasional naik sebesar 7,07 persen. Untuk industri
makanan naik sebesar 5,53 persen sedangkan angka pertumbuhan nasional turun
sebesar minus 3,63 persen. Jenis industri ini didominasi oleh industri minyak
kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan juga industri minyak mentah dari kelapa. Dadang
mengatakan, trend harga komoditas CPO dan minyak mentah dari kelapa selama
Oktober sampai Desember tahun 2016 cenderung naik dan kenaikan ini cukup
menggairahkan petani. Sementara itu untuk industri bahan kimia dan barang dari
bahan kimia turun sebesar minus 7,03 persen, sedangkan angka pertumbuhan
nasional meningkat sebesar 2,29 persen dimana industri karet, barang dari karet
dan plastik turun sebesar minus 5,32 persen, sedangkan untuk angka pertumbuhan
nasional naik sebesar 4,76 persen. Harga karet pada akhir tahun 2016 mulai
merangkak naik, namun belum diikuti dengan kenaikan volume produksi. Penyebab
utama penurunan ini adalah melemahnya permintaan dan pengaruh perekonomian
global dimana persediaan stok karet untuk industri di beberapa negara tujuan
ekspor masih terpenuhi serta musim hujan yang mengakibatkan kualitas karet
menurun sehingga petani memilih tidak mengambil hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.