Dalam
membuat usaha pasti sebuah perusahaan akan memaksimalkan laba dengan cara
sebuah pedekatan-pedekatan agar laba mencapai maksimal dan mendapatkan untung
yang sesuai. Salah pendekatannya dalah pendekatan rata-rata, bagaimanakah
pendekatan rata-rata tersebut?
Dalam
pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara
biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total
dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.
•
¶ per unit = P – AC
•
¶ total = (P-AC) * Q
Untuk mendapatkan laba,
P harus lebih tinggi dari AC. Agar laba lebih besar perlu ditempuh strategi maximum
selling
Perusahaan akan
mencapai angka impas bila P sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau
tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC.
Bila P lebih kecil atau
sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi.
Implikasi pendekatan
rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum selling) agar laba (π) makin besar.
Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk
singkong akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per
kilogram. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton.
Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini:
a.
Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
b.
b.Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan)
serta tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar.
c.
Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp
1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus
ditanam?
Jawab :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung biaya rata-rata per kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan.
Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya
rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas
diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp.
1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong,
maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per
kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00
sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram,
maka
π =
(P - AC ).Q (7.6)
1.000.000.000 = (150 - 70).Q
Q =
(1.000.000.000: 80) kg
=
12.500.000 kg
= 12.500 ton
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk
mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25
ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata
juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan
gejala penurunan pertambahan hasil (LDR).
Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan
AC berdasarkan skala produksi satu hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar
antara memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada skala produksi satu
hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami
masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi
maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi,
lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup
dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai
500 hektar, pengolahan tanah hams menggunakan peralatan modem, perusahaan
membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai
ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit
sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal.
Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak
dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang
akurat seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC)
pada skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada
skala produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis
(economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00
per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/memaksimumkan-laba-pendapatan-maksimum/
http://harisahmad.blogspot.com/2011/01/pendekatan-perhitungan-laba-maksimum.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.