.

Minggu, 27 Maret 2016

Memaksimalkan Laba (Pendekatan Rata-rata)

Dalam membuat usaha pasti sebuah perusahaan akan memaksimalkan laba dengan cara sebuah pedekatan-pedekatan agar laba mencapai maksimal dan mendapatkan untung yang sesuai. Salah pendekatannya dalah pendekatan rata-rata, bagaimanakah pendekatan rata-rata tersebut?
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.
         ¶ per unit = P – AC
         ¶ total = (P-AC) * Q
Untuk mendapatkan laba, P harus lebih tinggi dari AC. Agar laba lebih besar perlu ditempuh strategi maximum selling
Perusahaan akan mencapai angka impas bila P sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC.
Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi.
Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π) makin besar.

Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini:

a.    Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
b.    b.Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar.
c.    Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?

Jawab :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka
π                      = (P - AC ).Q (7.6)
1.000.000.000 = (150 - 70).Q
Q                     = (1.000.000.000: 80) kg
= 12.500.000 kg
                                    = 12.500 ton

Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR).

Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500 hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.

Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.

sumber :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/memaksimumkan-laba-pendapatan-maksimum/
http://harisahmad.blogspot.com/2011/01/pendekatan-perhitungan-laba-maksimum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.