DI BUAT OLEH : NAJIB PASSA A. (41616010003)
Gambar 1
Sumber http://riau.bps.go.id
1. PERTUMBUHAN
EKONOMI PROVINSI RIAU
Tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dengan menggunakan tabel Produk
Domestik Regional Burto (PDRB), di mana jika persentase naik hal itu berarti
ekonomi daerah tersebut tumbuh. Tabel diatas adalah tabel produk domestic bruto
komponen pengeluaran dari tahun 2011-2016 ,jika analisis dari rentang waktu 5
tahun PDRB kepulauan Riau mengalami pertumbuhan yang fluktuatif .s
Komponen
PDRB yang mengalami kenaikan tertinggi adalah ekspor luar negeri dimana mengalami
kenaikan sebesar 30.47% dimana awalnya 7.74% menjadi 38.21% pada tahun 2011-2012.
Lain halnya dengan komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang mengalami penurunan
sebesar 30.19% dari 43.80% - 13.61% pada
tahun 2013 – 2015. Keadaan yang fluktuatir dari tahun- tahun ini di sebab kan
oleh berbgai factor.
Dalam
rentang waktu 2011 – 2016 persentase jumlah komponen tertinggi terjadi pada
tahun 2011 dengan jumlah total seluruh komponen sebesar 5.57%, setelah itu mengalami
penuruna di tahun – tahun berikutnya hingga pada tahun 2016 menyentuh 2.23%
2. KONSTRIBUSI
SEKTORAL
2.1. Pengembangan
sektor pangan
a.
Padi
Sumber pangan
lokal di Provinsi Riau antara lain tanaman pangan dan holtikultura, peternakan,
perkebunan, dan perikanan. Produksi padi di Provinsi Riau tahun 2015 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, dan mencapai 410.268 ton (gambar 2).
Peningkatan produksi ini disebabkan karena bertambahnya luas panen seluas
13.307 hektar dan naiknya produktivitas sebesar 0,05 ton/hektar. Kontribusi
produksi padi di provinsi Riau tahun 2015 sebesar 0,54 persen terhadap produksi
padi Nasional. Panen padi sawah terluas terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir,
sementara panen padi ladang terluas terdapat di Kabupaten Rokan Hulu.
Gambar 2
Sumber :http://simreg.bappenas.go.id
B. Jagung
Produksi jagung di Provinsi Riau
pada tahun 2015 mencapai 25.896 ton, turun sebesar 3.954 ton (9,6 persen) dari
tahun 2014 sebesar 28.651 ton (Gambar 3). Penurunan produksi ini juga
dikarenakan menurunnya luas panen sebesar 1.810 ha (15,01 persen) namun
produktivitasnya tetap meningkat.
C. kedelai
2.2. Pengembangan
Sektor Kemaritiman dan Kelautan
Pembangunan ekonomi bidang maritim
merupakan salah satu prioritas program kerja pembangunan. Riau memiliki wilayah
perbatasan dengan Negara Singapura dan Malayasia dengan arah pengembangan
difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan
berdaulat dengan negara Singapura dan Malaysia. Kawasan perbatasan di Riau akan
dikembangkan menjadi model pusat kegiatan kelautan dan perikanan yang
terintegrasi. Saat ini, untuk mendukung sektor kemaritiman Provinsi Riau memiliki
pelabuhan Utama Dumai dengan aktivitas bongkar muat barang baik domestik maupun
luar negeri, 13 pelabuhan pengumpul untuk aktivitas bongkar muat barang dalam
negeri, dan 19 pelabuhan pengumpan. Transportasi laut bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena
disparitas harga antarwilayah makin rendah. Keberadaan pelabuhan di Provinsi
Riau jumlahnya cukup banyak mengingat aktivitas pelayanan angkutan barang dan
penumpang di Riau melalui laut dan Sungai. Beberapa pelabuhan di Riau merupakan
ikon pertumbuhan perekonomian Riau (tabel 1) dengan fungsinya sebagai pelabuhan
perdagangan, transpor antarpulau, dan lain-lain.
Tabel 1
Sumber : http://simreg.bappenas.go.id
Tabel 1
Sumber : http://simreg.bappenas.go.id
Riau memiliki potensi sumber daya
besar pada wilayah pesisir dan laut. Hal ini didukung dengan wilayah teritorial
perairan yang luas yaitu 470,80 km2, sekaligus memiliki potensi berbagai jenis
biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Sektor perikanan dan kelautan menjadi
salah satu sektor unggulan di Provinsi Riau. Sebagian besar produksi perikanan
di Provinsi merupakan perikanan tangkap laut dengan produksi mencapai 50 persen
dari total produksi perikanan Riau tahun 2013 (Gambar 19). Produksi perikanan
tangkap laut di Riau sebesar 93.279 ton, diikuti perikanan budidaya kolam
sebesar 45.284 ton. Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain udang windu,
udang galah, gurame, mujair, nila dan ikan mas. Hasil produksi perikanan
tangkap laut Riau menyumbang 1,76 persen terhadap hasil produksi perikanan
tangkap laut nasional yang sebesar 5.707.012 ton pada tahun 2013. Potensi
perikanan yang besar di Riau terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dan Rokan
Hilir, didukung dengan perbedaan pasang surut arus laut yang tinggi sehingga
potensi perikanan cukup tinggi.
2.3. Pengembangan
Sektor Pariwisata dan Industri
Kontribusi sektor pariwisata
terhadap perekonomian Provinsi Riau masih rendah dibandingkan dengan potensi
pariwisata yang dimilikinya. Wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke
Riau belum begitu besar. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di
Riau meningkat setiap tahunnya, terlihat dari jumlah tamu yang menginap di
hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi Riau dibandingkan Indonesia secara
keseluruhan Tahun 2010- 2014 (Gambar 20). Sementara itu wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Riau semakin meningkat, berasal dari Malaysia, Singapura,
Thailand, Filipina, dan lain-lain. Jumlah wisatawasn dari ASEAN sebanyak 80
persen, dari Asia selain negara ASEAN sebanyak 13,78 persen. Jumlah wisatawan
lain adalah dari Eropa, Amerika. Oceania, serta Afrika.
Tabel 2
Garis kemiskinan atau batas
kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu
dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Garis kemiskinan di tiap daerah berbeda- beda jumlah nya ,selain
berbeda jumlah garis kemiskinan bias naik atau turun tergangtung keadaan
ekonomi di daerah tersebut.
Pada tabel di atas terdapat data garis
kemiskinan dari tahu 2013-2014 dalam jumlah rupiah. Tiap kota memiliki jumlah
garis kemiskinan nya masing – masing , berdasarkan (tabel 2) garis kemiskinan
tertigi terdapat di kota “pelalawan” yang berjumlah Rp. 438.949 pada tahun 2014
yang sebelumnya berjumlah Rp.371.530 pada tahun 2013. Kenaikan garis kemiskinan
tertinggi juga terjadi di kota “Kuantan Singingi” pada tahun 2014 kenaikan
tersebut berjumlah Rp. 51.161
Jika di lihat dari jumlah total
tabel 2 kenaikan yang terjadi pada tahun 2013-2014 berjumlah sebesar Rp. 68.62
4. TINGKAT KEMISKINAN PENDUDUK KEPULAUAN RIAU
4. TINGKAT KEMISKINAN PENDUDUK KEPULAUAN RIAU
Tingkat
kemiskinan adalah proposi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskina. Tingkat
kemiskinan dapat di ketahui menggunkan data jumlah dan presentase penduduk
miskin seperti pada (tabel 2) yang memiliki data dari tahun 2013-2014 .
Jumlah total
penduduk miskin dari seluruh kota di kepulaun Riau adalah 476 jiwa pada tahun
2013 dan naik 22 jiwa pada tahun 2014 menjadi 498 jiwa , hal ini menandakan
bertambahnya penduduk miskin di kepulaun Riau hanya dalam rentangwaktu satu
tahun
Sedangkan
jumlah total peresentase penduduk miskin menglami penurunan sebesar 0.06%
,dimana pada tahun 2013 berjumlah 8.05% dan turun menjadi 7,99% hal ini berbeda
dengan jumlah penduduk miskin .
5. INFLASI DI KEPULAUAN RIAU
Inflasi
tahunan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat sebesar 3,53 persen. Angka
tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional 3,02 persen. Namun masih dalam
kisaran sasaran inflasi nasional 4±1 persen .
perlambatan laju inflasi Desember
dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas volatile food,
terutama cabai dan aneka sayuran. Setelah mencatatkan inflasi cukup tinggi
sejak September, harga cabai merah turun 11,17 persen (mtm) pada Desember. Ini
sekaligus menjadi pendorong utama kelompok volatile food alami deflasi 0,33
persen (mtm). Sejumlah komoditas sayuran juga mencatatkan penurunan harga
dibanding bulan sebelumnya. Seperti bayam turun 8,59 persen, kangkung 0,04
persen, dan kacang panjang 0,02 persen.
Sementara dari kelompok inti,
inflasi Desember sebesar 0,11 persen (mtm). Sumbangan terbesar bersumber dari
komoditas lemari pakaian dan ketupat atau lontong sayur. Besaran inflasinya
masing-masing 18,78 persen dan 3,37 persen (mtm). Secara keseluruhan tahun,
tingkat inflasi kelompok inti relatif terjaga pada level rendah dan stabil
yaitu 2,52 persen. Di Batam, penyumbang inflasi terbesar adalah cabe. Harganya
semakin tinggi karena persediaan di pasar pun sudah makin menipis. Pantauan
Batam Pos di Pasar Tiban Cipta Puri, harga cabe tetap bertahan di angka yang
tinggi mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 140 ribu.
Tingginya
harga cabe disebabkan persediaannya yang mulai menipis di pasaran. Sedangkan
tingkat permintaan tetap tinggi. Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Perwakilan
Bank Indonesia (BI) Kepri, Gusti Raizal Eka Putera mengatakan tim TPID akan
mengupayakan sejumlah tindakan untuk mencegah agar inflasi tidak bertambah
tinggi lagi.
6. NILAI EKSPOR DAN IMPOR KE[ULAUAN RIAU
Nilai ekspor di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Juni 2016 meningkat sebesar 1,35 persen dibandingkan April 2016, yang mencapai US$876,57 juta. Sementara nilai impor Kepri pada bulan yang sama turun sebesar 8,31 persen dengan capaian US$575,58 juta dibanding impor Mei 2016.
Nilai ekspor di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Juni 2016 meningkat sebesar 1,35 persen dibandingkan April 2016, yang mencapai US$876,57 juta. Sementara nilai impor Kepri pada bulan yang sama turun sebesar 8,31 persen dengan capaian US$575,58 juta dibanding impor Mei 2016.
Nilai ekspor terbesar pada bulan
Juni melalui Pelabuhan Batu Ampar US$333,19 juta, disusul Pelabuhan Sekupang
US$199,3 juta, Pelabuhan Kabil/Panau US$123,91 juta, Pelabuhan Tarempa
US$116,57 juta, dengan kontribusi keempatnya mencapai 88,18 persen. Sementara
itu untuk ekspor migas Juni 2016 mencapai US$ 182,53 juta atau turun 1,29
persen dibanding Mei 2016. Ekspor non -migas Juni 2016 mencapai US$ 694,04 Juta
atau naik 2,06 persen dibanding Mei 2016.
ekspor non-migas HS 2 digit
terbesar Juni 2016 adalah golongan barang mesin/peralatan listrik sebesar
US$189,35 juta, peranannya terhadap ekspor non-migas sebesar 27,28 persen.
Ekspor ke Singapura pada Juni 2016 mencapai nilai terbesar yaitu US$465,97 juta
dengan kontrubusinya mencapai 53,16 persen.
Pelabuhan bongkar barang impor terbesar selama Juni 2016 adalah pelabuhan Batu Ampar dengan nilai impor sebesar US$289,41 juta, disusul Pelabuhan Sekupang dengan nilai impor sebesar US$154,41 persen dengan kontribusi keduanya mencapai 77,11 persen dari total impor. Nilai impor migas pada bukan juni 2016 mencapai US$48,88 Juta atau turun 53,36 53,36 di banding mei. Nilai impor non-migas pada bulan juni 2016 mencapai US$526,70 juta atau naik 0,72 persen dibanding Mei 2016.
Pelabuhan bongkar barang impor terbesar selama Juni 2016 adalah pelabuhan Batu Ampar dengan nilai impor sebesar US$289,41 juta, disusul Pelabuhan Sekupang dengan nilai impor sebesar US$154,41 persen dengan kontribusi keduanya mencapai 77,11 persen dari total impor. Nilai impor migas pada bukan juni 2016 mencapai US$48,88 Juta atau turun 53,36 53,36 di banding mei. Nilai impor non-migas pada bulan juni 2016 mencapai US$526,70 juta atau naik 0,72 persen dibanding Mei 2016.
Selama Juni 2016 impor non-migas
terbesar adalah golongan barang mesin/peralatan listrik dengan nilai US$159,21
juta atau 30,23 persen dari total impor non-migas. Negara pemasok barang impor
terbesar pada bulan Juni 2016 ditempati oleh Singapura dengan nilai US$232,32
juta dengan kontribusi 40,36 persen
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang.Roland.15-juli-2016.Inilah.Nilai.Ekspor.dan.impor.Kepri.selama.Juni.2016
(Di akses pada 17-april-2017)
Anonim.2017. Jumlah.Persentase.Penduduk.Miskin.dan.Garis.Kemiskinan.Provinsi.Riau
(DI akses pada
16-april-2017)
Anonim.2016.Analisi.Pembangunan.Wilayah.Provinsi.Kepulauan.Riau
(Di akses pada 16-april-2017)
http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/Analisis%20Provinsi%20Kep.%20Riau%202015_ok.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.