.

Minggu, 16 April 2017

ANALISIS KEADAAN EKONOMI PROVINSI RIAU













DI BUAT OLEH : NAJIB PASSA A. (41616010003)

Gambar 1



1.       PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI RIAU
                Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dengan menggunakan tabel Produk Domestik Regional Burto (PDRB), di mana jika persentase naik hal itu berarti ekonomi daerah tersebut tumbuh. Tabel diatas adalah tabel produk domestic bruto komponen pengeluaran dari tahun 2011-2016 ,jika analisis dari rentang waktu 5 tahun PDRB kepulauan Riau mengalami pertumbuhan yang fluktuatif .s
                Komponen PDRB yang mengalami kenaikan tertinggi adalah ekspor luar negeri dimana mengalami kenaikan sebesar 30.47% dimana awalnya 7.74% menjadi 38.21% pada tahun 2011-2012. Lain halnya dengan komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang mengalami penurunan sebesar 30.19%  dari 43.80% - 13.61% pada tahun 2013 – 2015. Keadaan yang fluktuatir dari tahun- tahun ini di sebab kan oleh berbgai factor.
                Dalam rentang waktu 2011 – 2016 persentase jumlah komponen tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah total seluruh komponen sebesar 5.57%, setelah itu mengalami penuruna di tahun – tahun berikutnya hingga pada tahun 2016 menyentuh 2.23%

2.       KONSTRIBUSI SEKTORAL
2.1. Pengembangan sektor pangan
a.       Padi
Sumber pangan lokal di Provinsi Riau antara lain tanaman pangan dan holtikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Produksi padi di Provinsi Riau tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dan mencapai 410.268 ton (gambar 2). Peningkatan produksi ini disebabkan karena bertambahnya luas panen seluas 13.307 hektar dan naiknya produktivitas sebesar 0,05 ton/hektar. Kontribusi produksi padi di provinsi Riau tahun 2015 sebesar 0,54 persen terhadap produksi padi Nasional. Panen padi sawah terluas terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, sementara panen padi ladang terluas terdapat di Kabupaten Rokan Hulu.
Gambar 2

Sumber :http://simreg.bappenas.go.id
B. Jagung
Produksi jagung di Provinsi Riau pada tahun 2015 mencapai 25.896 ton, turun sebesar 3.954 ton (9,6 persen) dari tahun 2014 sebesar 28.651 ton (Gambar 3). Penurunan produksi ini juga dikarenakan menurunnya luas panen sebesar 1.810 ha (15,01 persen) namun produktivitasnya tetap meningkat.
Gambar 3
Sumber :http://simreg.bappenas.go.id

C. kedelai
Untuk komoditas kedelai, kontribusi Provinsi Riau terhadap nasional berfluktuatifnamun cenderung menurun dan mencapai 1.900 ton, menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 2.332 ton (Gambar 4). Menurunnya produksi kedelai dipengaruhi oleh berkurangnya luas panen kedelai walaupun produktivitasnya tetap meningkat.
Gambar 4
Sumber : http://simreg.bappenas.go.id

2.2. Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan
Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas program kerja pembangunan. Riau memiliki wilayah perbatasan dengan Negara Singapura dan Malayasia dengan arah pengembangan difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Singapura dan Malaysia. Kawasan perbatasan di Riau akan dikembangkan menjadi model pusat kegiatan kelautan dan perikanan yang terintegrasi. Saat ini, untuk mendukung sektor kemaritiman Provinsi Riau memiliki pelabuhan Utama Dumai dengan aktivitas bongkar muat barang baik domestik maupun luar negeri, 13 pelabuhan pengumpul untuk aktivitas bongkar muat barang dalam negeri, dan 19 pelabuhan pengumpan. Transportasi laut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena disparitas harga antarwilayah makin rendah. Keberadaan pelabuhan di Provinsi Riau jumlahnya cukup banyak mengingat aktivitas pelayanan angkutan barang dan penumpang di Riau melalui laut dan Sungai. Beberapa pelabuhan di Riau merupakan ikon pertumbuhan perekonomian Riau (tabel 1) dengan fungsinya sebagai pelabuhan perdagangan, transpor antarpulau, dan lain-lain.

Tabel 1

Sumber : http://simreg.bappenas.go.id

Riau memiliki potensi sumber daya besar pada wilayah pesisir dan laut. Hal ini didukung dengan wilayah teritorial perairan yang luas yaitu 470,80 km2, sekaligus memiliki potensi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan di Provinsi Riau. Sebagian besar produksi perikanan di Provinsi merupakan perikanan tangkap laut dengan produksi mencapai 50 persen dari total produksi perikanan Riau tahun 2013 (Gambar 19). Produksi perikanan tangkap laut di Riau sebesar 93.279 ton, diikuti perikanan budidaya kolam sebesar 45.284 ton. Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain udang windu, udang galah, gurame, mujair, nila dan ikan mas. Hasil produksi perikanan tangkap laut Riau menyumbang 1,76 persen terhadap hasil produksi perikanan tangkap laut nasional yang sebesar 5.707.012 ton pada tahun 2013. Potensi perikanan yang besar di Riau terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dan Rokan Hilir, didukung dengan perbedaan pasang surut arus laut yang tinggi sehingga potensi perikanan cukup tinggi.

2.3. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Riau masih rendah dibandingkan dengan potensi pariwisata yang dimilikinya. Wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke Riau belum begitu besar. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Riau meningkat setiap tahunnya, terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi Riau dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010- 2014 (Gambar 20). Sementara itu wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Riau semakin meningkat, berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan lain-lain. Jumlah wisatawasn dari ASEAN sebanyak 80 persen, dari Asia selain negara ASEAN sebanyak 13,78 persen. Jumlah wisatawan lain adalah dari Eropa, Amerika. Oceania, serta Afrika.


Tabel 2

Sumber : https://riau.bps.go.id

3. GARIS KEMISKINAN PENDUDUK KEPULAUAN RIAU

Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Garis kemiskinan di tiap daerah berbeda- beda jumlah nya ,selain berbeda jumlah garis kemiskinan bias naik atau turun tergangtung keadaan ekonomi di daerah tersebut.
 Pada tabel di atas terdapat data garis kemiskinan dari tahu 2013-2014 dalam jumlah rupiah. Tiap kota memiliki jumlah garis kemiskinan nya masing – masing , berdasarkan (tabel 2) garis kemiskinan tertigi terdapat di kota “pelalawan” yang berjumlah Rp. 438.949 pada tahun 2014 yang sebelumnya berjumlah Rp.371.530 pada tahun 2013. Kenaikan garis kemiskinan tertinggi juga terjadi di kota “Kuantan Singingi” pada tahun 2014 kenaikan tersebut berjumlah Rp. 51.161
Jika di lihat dari jumlah total tabel 2 kenaikan yang terjadi pada tahun 2013-2014 berjumlah sebesar Rp. 68.62

4. TINGKAT KEMISKINAN PENDUDUK KEPULAUAN RIAU
                Tingkat kemiskinan adalah proposi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskina. Tingkat kemiskinan dapat di ketahui menggunkan data jumlah dan presentase penduduk miskin seperti pada (tabel 2) yang memiliki data dari tahun 2013-2014 .

                Jumlah total penduduk miskin dari seluruh kota di kepulaun Riau adalah 476 jiwa pada tahun 2013 dan naik 22 jiwa pada tahun 2014 menjadi 498 jiwa , hal ini menandakan bertambahnya penduduk miskin di kepulaun Riau hanya dalam rentangwaktu satu tahun

                Sedangkan jumlah total peresentase penduduk miskin menglami penurunan sebesar 0.06% ,dimana pada tahun 2013 berjumlah 8.05% dan turun menjadi 7,99% hal ini berbeda dengan jumlah penduduk miskin .

5. INFLASI DI KEPULAUAN RIAU

 Inflasi tahunan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat sebesar 3,53 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional 3,02 persen. Namun masih dalam kisaran sasaran inflasi nasional 4±1 persen .
perlambatan laju inflasi Desember dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas volatile food, terutama cabai dan aneka sayuran. Setelah mencatatkan inflasi cukup tinggi sejak September, harga cabai merah turun 11,17 persen (mtm) pada Desember. Ini sekaligus menjadi pendorong utama kelompok volatile food alami deflasi 0,33 persen (mtm). Sejumlah komoditas sayuran juga mencatatkan penurunan harga dibanding bulan sebelumnya. Seperti bayam turun 8,59 persen, kangkung 0,04 persen, dan kacang panjang 0,02 persen.
Sementara dari kelompok inti, inflasi Desember sebesar 0,11 persen (mtm). Sumbangan terbesar bersumber dari komoditas lemari pakaian dan ketupat atau lontong sayur. Besaran inflasinya masing-masing 18,78 persen dan 3,37 persen (mtm). Secara keseluruhan tahun, tingkat inflasi kelompok inti relatif terjaga pada level rendah dan stabil yaitu 2,52 persen. Di Batam, penyumbang inflasi terbesar adalah cabe. Harganya semakin tinggi karena persediaan di pasar pun sudah makin menipis. Pantauan Batam Pos di Pasar Tiban Cipta Puri, harga cabe tetap bertahan di angka yang tinggi mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 140 ribu.
Tingginya harga cabe disebabkan persediaannya yang mulai menipis di pasaran. Sedangkan tingkat permintaan tetap tinggi. Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Gusti Raizal Eka Putera mengatakan tim TPID akan mengupayakan sejumlah tindakan untuk mencegah agar inflasi tidak bertambah tinggi lagi.


6. NILAI EKSPOR DAN IMPOR KE[ULAUAN RIAU


Nilai ekspor di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Juni 2016 meningkat sebesar 1,35 persen dibandingkan April 2016, yang mencapai US$876,57 juta. Sementara nilai impor Kepri pada bulan yang sama turun sebesar 8,31 persen dengan capaian US$575,58 juta dibanding impor Mei 2016.
Nilai ekspor terbesar pada bulan Juni melalui Pelabuhan Batu Ampar US$333,19 juta, disusul Pelabuhan Sekupang US$199,3 juta, Pelabuhan Kabil/Panau US$123,91 juta, Pelabuhan Tarempa US$116,57 juta, dengan kontribusi keempatnya mencapai 88,18 persen. Sementara itu untuk ekspor migas Juni 2016 mencapai US$ 182,53 juta atau turun 1,29 persen dibanding Mei 2016. Ekspor non -migas Juni 2016 mencapai US$ 694,04 Juta atau naik 2,06 persen dibanding Mei 2016.
ekspor non-migas HS 2 digit terbesar Juni 2016 adalah golongan barang mesin/peralatan listrik sebesar US$189,35 juta, peranannya terhadap ekspor non-migas sebesar 27,28 persen. Ekspor ke Singapura pada Juni 2016 mencapai nilai terbesar yaitu US$465,97 juta dengan kontrubusinya mencapai 53,16 persen.




Pelabuhan bongkar barang impor terbesar selama Juni 2016 adalah pelabuhan Batu Ampar dengan nilai impor sebesar US$289,41 juta, disusul Pelabuhan Sekupang dengan nilai impor sebesar US$154,41 persen dengan kontribusi keduanya mencapai 77,11 persen dari total impor. Nilai impor migas pada bukan juni 2016 mencapai US$48,88 Juta atau turun 53,36 53,36 di banding mei. Nilai impor non-migas pada bulan juni 2016 mencapai US$526,70 juta atau naik 0,72 persen dibanding Mei 2016.
Selama Juni 2016 impor non-migas terbesar adalah golongan barang mesin/peralatan listrik dengan nilai US$159,21 juta atau 30,23 persen dari total impor non-migas. Negara pemasok barang impor terbesar pada bulan Juni 2016 ditempati oleh Singapura dengan nilai US$232,32 juta dengan kontribusi 40,36 persen


DAFTAR PUSTAKA
Aritonang.Roland.15-juli-2016.Inilah.Nilai.Ekspor.dan.impor.Kepri.selama.Juni.2016
(Di akses pada 17-april-2017)

Anonim.2017. Jumlah.Persentase.Penduduk.Miskin.dan.Garis.Kemiskinan.Provinsi.Riau
(DI akses pada 16-april-2017)

Anonim.2016.Analisi.Pembangunan.Wilayah.Provinsi.Kepulauan.Riau
(Di akses pada 16-april-2017)

http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/Analisis%20Provinsi%20Kep.%20Riau%202015_ok.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.