Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga
beras, harga tepung, populasi, pendapatan penduduk dan permintaan beras untuk
tahun sebelumnya pada permintaan beras,
elastisitas beras permintaan dan permintaan prediksi beras di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder, termasuk data time series selama 22 tahun dari tahun 1988 hingga 2009.
elastisitas beras permintaan dan permintaan prediksi beras di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder, termasuk data time series selama 22 tahun dari tahun 1988 hingga 2009.
Kata kunci : Permintaan, Beras, Penduduk Penghasilan
Pendahuluan
Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan
aspek ekonomi dan politik di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan hidup. Oleh karenanya
pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap penduduk setiap waktu merupakan hak
azasi manusia yang harus diupayakan oleh pemerintah.
Konsumsi pangan diperlukan aksesibilitas fisik dan ekonomi
terhadap pangan. Aksesibilitas tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga. Sehingga data
konsumsi pangan secara
riil dapat menunjukkan kemampuan rumah
tangga dalam mengakses pangan
dan menggambarkan tingkat
kecukupan pangan rumah
tangga.
Beras merupakan komoditas pangan yang amat strategis baik bagi
Indonesia, terutama negara-negara
di wilayah Asia. Peran penting beras
melebihi bahan pokok lainnya, seperti gandum, jagung,
singkong dan
kentang,
karena
sekitar 95 % penduduk Inonesia masih mengandalkan beras sebagai
komoditas pangan utama. Dari tahun ke tahun produksi beras dunia terus meningkat. Kebutuhan
beras di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk dan
peningkatan konsumsi beras perkapita per tahun. Dalam kondisi demikian, ketersediaan
dan distribusi beras serta
keterjangkauan
daya beli masyarakat merupakan isu sentral yang
tidak
hanya
berperan penting bagi terciptanya stabilitas ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan politik nasional.
Di Provinsi Jambi permintaan beras belum bisa tergantikan
oleh bahan makanan lainnya. Ini
terlihat dari
jumlah konsumsi beras paling besar dibanding konsumsi bahan makanan lainnya,
walaupun pemerintah sudah menggalakkan diversifikasi makanan dari
beras ke
nonberas,
tetapi sebagian masyarakat Jambi merasa
belum
dianggap makan kalau belum makan nasi.
Dalam rangka
memenuhi permintaan beras yang terus meningkat, pemerintah Provinsi
Jambi dapat melakukan usaha yaitu:
(1) mengimpor beras
dari
luar Provinsi Jambi sesuai dengan kebutuhan
(2) meningkatkan
produksi lokal padi.
Jumlah penduduk Provinsi
Jambi yang terus menerus bertambah mengakibatkan bertambahnya permintaan beras.
Jika dalam kondisi produksi padi tetap dan permintaan beras bertambah akibat
pertambahan penduduk, maka produksi akan tidak mencukupi permintaan beras, yang
akibatnya masih dibutuhkan impor beras dari luar Provinsi Jambi.
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
runtun waktu (time series) mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 2009. Data
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan sumber lain,
yaitu jurnal dan hasil-hasil penelitian dan kemudian diolah sesuai dengan model. Data yang dikumpulkan mencakup
semua variabel yang relevan untuk keperluan estimasi.
Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif, yakni data yang
dapat diukur dengan angka. Data yang dimaksud
terdiri dari :
1. Produksi padi tahun
1988 – 2009
2. Konsumsi beras tahun
1988 – 2009
3. Jumlah penduduk tahun
1988 – 2009
4. PDRB Provinsi
Jambi Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha
tahun
1988 – 2009
5. Harga padi tahun 1988 –
2009
6. Harga tepung
terigu tahun 1988 – 2009.
Pengaruh Jangka
Pendek
Harga beras memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan
beras. Dengan kata
lain harga beras meningkat maka
permintaan beras akan turun atau sebaliknya. Setiap kenaikan harga
beras
sebanyak 1 % akan mengakibatkan permintaan
beras turun
sebanyak 0,0868 %, dengan
asumsi
variabel lain nilainya tidak berubah atau tetap. Kondisi ini
sesuai dengan teori permintaan, dimana peningkatan
harga
barang
akan
menurunkan
permintaan barang itu sendiri.
Harga tepung
terigu memberi pengaruh positif terhadap permintaan
beras.
Pengaruh harga tepung terigu sangat kecil,
dimana untuk setiap
kenaikan harga tepung
terigu sebesar 1 %, permintaan beras akan meningkat hanya sebesar 0,0017 % saja dengan asumsi variabel lain memiliki nilai tetap. Atau dengan
kata lain
perubahan
harga tepung
terigu tidak akan berpengaruh terhadap permintaan
beras.
Jumlah penduduk
memberi pengaruh positif terhadap permintaan beras atau pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan
beras.
Setiap
penambahan penduduk 1 %, maka
akan
meningkatan permintaan
beras sebesar
1,2381 %, dengan asumsi variabel
lain nilainya tidak berubah. Jumlah penduduk menjadi variabel terbesar
pengaruhnya terhadap permintaan beras, dibanding
variabel lainnya.
Pendapatan penduduk berpengaruh
negatif terhadap permintaan
beras atau peningkatan pendapatan akan
menurunkan
permintaan beras.
Peningkatan pendapatan penduduk
sebesar
1 %, maka permintaan
beras akan turun sebesar 0,1953 %, dengan
asumsi variabel lain
bernilai tetap. Pengaruh
perubahan pendapatan terhadap permintaan beras seuai dengan teori Engel yang
menyebutkan bahwa peningkatan pendaptan akan menurunkan permintaan akan makanan
(primer).
Pengaruh Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, pengaruhnya
meningkat semua dengan arah yang sama dengan pengaruh jangka pendek. Hal ini
karenakan koefisien penyesuaian bertanda positif. Harga beras berpengaruh negatif
terhadap permintaan beras. Setiap kenaikan harga beras sebesar 1 %, maka
permintaan beras turun sebesar 0,2846 %, dengan asumsi variabel lain nilainya
tidak berubah atau tetap.
Harga tepung terigu berpengaruh
positif terhadap permintaan beras. Pengaruh ini sangat kecil, dimana untuk
setiap kenaikan harga tepung terigu sebesar 1%, permintaan beras meningkat
sebesar 0,0055% dengan asumsi variabel lain nilainya tetap.
Jumlah penduduk berpengaruh positif
terhadap permintaan beras. Setiap terjadi penambahan penduduk 1 %, maka
permintaan beras akan
meningkat sebesar 4,0619%,
diasumsikan variabel lain nilainya tetap. Pendapatan penduduk
berpengaruh negatif. Dimana setiap terjadi peningkatan pendapatan penduduk
sebesar 1%, permintaan akan beras turun sebesar 0,6407%, dengan asumsi variable
lain nilainya tetap.
Elastistas Permintaan Elastisitas Harga-Permintaan
Elastisitas harga beras
menunjukkan hubungan antara harga beras dengan permintaan
beras
untuk
jangka
pendek dan jangka panjang. Pada penelitian ini nilai koefisien
elastisitas harga
jangka pendek sebesar -0,0868 dan
jangka panjang sebesar -0,2846, ini memberikan indikasi bahwa elastisitas harga beras terhadap permintaan
beras
mempunyai sifat elastisitas yang
tidak
elastis (inelastis).
Artinya, perubahan harga
beras
yang relatif besar tidak
akan
mengubah permintaannya
dalam jumlah yang banyak.
Hal ini sesuai dengan
teori
permintaan,
dimana harga berbanding terbalik dengan jumlah yang
diminta.
Elastisitas Pendapatan- Permintaan
Elastisitas pendapatan terhadap permintaan
untuk jangka pendek
diperoleh nilai -0,1953, sedangkan untuk jangka panjang
sebesar -0,6407. Nilai elastisitas
pendapatan,
baik
jangka pendek
dan jangka
panjang
lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahwa permintaan
beras bersifat tidak
elastis (inelastis) terhadap perubahan
pendapatan, atau dengan kata lain persentase perubahan pendapatan tidak responsif terhadap permintaan
beras. Karena nilai elastisitas kurang
dari 1 maka beras termasuk
barang normal.
Elastisitas Harga Silang Permintaan
Elastisitas harga silang
dari harga tepung terigu diperoleh sebesar 0,0017
untuk jangka pendek, sedangkan untuk
jangka panjang 0,0055. Angka elastisitas dari harga tepung terigu nilainya sangat kecil
yaitu hamper sama nol pada jangka pendek maupun
jangka
panjang. Hal ini dapat
dijadikan petunjuk bahwa perubahan harga tepung terigu tidak mempengaruhi
permintaan
beras.
Elastisitas Jumlah
Penduduk Terhadap Permintaan
Elastisitas jumlah penduduk
diperoleh sebesar 1,2381
untuk jangka pendek dan untuk
jangka panjang sebesar
4,0619. Angka ini mengandung
pengertian bahwa apabila
jumlah penduduk naik 1%,
maka akan mengakibatkan presentase
perubahan jumlah permintaan
beras
meningkat sebesar 1,24% untuk jangka pendek dan naik 4,06% untuk
jangka panjang.
Nilai elastisitas jumlah penduduk lebih dari
1, ini menunjukkan
bahwa jumlah penduduk
bersifat elastis terhadap permintaan
beras.
KESIMPULAN
1. Keragaman
harga
beras, harga
tepung terigu, jumlah penduduk,
pendapatan penduduk dan
permintaan beras
tahun sebelumnya
dapat menjelaskan keragaman
permintaan beras
sebesar 98,05%. Tetapi
secara parsial menunjukkan
bahwa variable
jumlah penduduk, permintaan beras
tahun sebelumnya
dan pendapatan
penduduk memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap permintaan
beras, sedangkan variabel harga beras dan
harga tepung terigu menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap
permintaan beras.
2. Elastisitas harga beras, harga
silang (harga tepung terigu) dan pendapatan tidak
elastis (inelastis)
terhadap
perubahan permintaan
beras. Sedangkan
perubahan jumlah penduduk
lebih elastis terhadap permintaan
beras. Elastisitas permintaan
beras dalam jangka
panjang (long run) lebih elastis dibanding dengan elastisitas
jangka pendek (short
run).
Daftar Pustaka :
- Riyanto, Wasi ; Ridwansyah, M dan Umiyati, Etik. 2013. Permintaan Beras di Provinsi Jambi. Vol.1 No.1 https://www.academia.edu/13372865/contoh_jurnal_permintaan?auto=download (diakses 13 Maret 2017)
- Abubakar, Mustafa. 2008. Kebijakan Pangan, Peran Bulog dan Kesejahteraan Petani. www.setneg.go.id (diakses 20 Maret 2017
- Alamsyah Siregar, Alhaji. 2007. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Sumatera Utara. www.indowebster.com/Analisis_Pe rmintaan_dan_penawaran_Beras_ di_Sumatera_Utara.html (diakses 20 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.