.

Senin, 20 Maret 2017

Permintaan Beras di Provinsi Jambi

@A30-Tania

Oleh : Tania Iswara

Abstrak 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga beras, harga tepung, populasi, pendapatan penduduk dan permintaan beras untuk tahun sebelumnya pada permintaan beras,
elastisitas beras permintaan dan permintaan prediksi beras di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder, termasuk data time series selama 22 tahun dari tahun 1988 hingga 2009.

Kata kunci : Permintaan, Beras, Penduduk Penghasilan

Pendahuluan
Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan aspek ekonomi dan politik di Indonesia.  Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup.  Oleh karenanya pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap penduduk setiap waktu merupakan hak azasi manusia yang harus diupayakan oleh pemerintah.
Konsumsi pangan diperlukan aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Sehingga data konsumsi pangan secara riil dapat menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan dan menggambarkan tingkat kecukupan pangan rumah tangga.
Beras merupakan komoditas pangan yang amat strategis baik bagi Indonesia, terutama negara-negara di wilayah Asia. Peran penting beras melebihi bahan pokok lainnya, seperti gandum, jagung, singkong dan kentang, karena sekitar 95 % penduduk Inonesia masih mengandalkan beras sebagai komoditas pangan utama. Dari tahun ke tahun produksi beras dunia terus meningkat. Kebutuhan beras di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi beras perkapita per tahun. Dalam kondisi demikian, ketersediaan dan distribusi beras serta keterjangkauan daya beli masyarakat merupakan isu sentral yang tidak hanya berperan  penting  bagi  terciptanya stabilitas ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan politik nasional. 
Di Provinsi Jambi permintaan beras belum bisa tergantikan oleh bahan makanan lainnya. Ini terlihat dari jumlah konsumsi beras paling besar dibanding konsumsi bahan makanan lainnya, walaupun pemerintah sudah menggalakkan diversifikasi makanan dari beras ke nonberas, tetapi sebagian masyarakat Jambi merasa belum dianggap makan kalau belum makan nasi. Dalam   rangka memenuhi permintaan beras yang terus meningkat, pemerintah Provinsi Jambi dapat melakukan usaha yaitu:
(1) mengimpor beras dari luar Provinsi Jambi sesuai dengan kebutuhan  
(2) meningkatkan produksi lokal padi.
Jumlah penduduk  Provinsi Jambi yang terus menerus bertambah mengakibatkan bertambahnya permintaan beras. Jika dalam kondisi produksi padi tetap dan permintaan beras bertambah akibat pertambahan penduduk, maka produksi akan tidak mencukupi permintaan beras, yang akibatnya masih dibutuhkan impor beras dari luar Provinsi Jambi.

Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 2009. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan sumber lain, yaitu jurnal dan hasil-hasil penelitian dan kemudian diolah sesuai   dengan model. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan estimasi.
Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif, yakni data yang dapat diukur dengan angka.   Data yang dimaksud terdiri dari  :
1.   Produksi padi tahun 1988 – 2009
2.   Konsumsi beras tahun 1988 – 2009
3.   Jumlah penduduk tahun 1988 – 2009
4.   PDRB  Provinsi  Jambi  Atas  Dasar Harga   Konstan   Menurut Lapangan Usaha tahun
      1988 – 2009
5.   Harga padi tahun 1988 – 2009
6.   Harga  tepung  terigu  tahun  1988 – 2009.

Pengaruh Jangka Pendek
Harga beras memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan beras. Dengan kata lain harga beras meningkat maka permintaan  beras  akan  turun  atau sebaliknya. Setiap kenaikan harga beras sebanyak 1 % akan mengakibatkan permintaan beras turun sebanyak 0,0868 %, dengan asumsi variabel lain nilainya tidak berubah atau tetap. Kondisi ini sesuai dengan teori permintaan, dimana peningkatan harga barang akan menurunkan permintaan barang itu sendiri.
Harga tepung terigu memberi pengaruh positif terhadap permintaan beras. Pengaruh harga tepung terigu sangat kecil, dimana untuk setiap kenaikan harga tepung terigu sebesar 1 %, permintaan beras akan meningkat hanya sebesar 0,0017 % saja dengan asumsi variabel lain memiliki nilai tetap. Atau dengan kata lain perubahan harga tepung terigu tidak akan berpengaruh terhadap permintaan beras.
Jumlah penduduk memberi pengaruh positif terhadap permintaan beras atau pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan beras. Setiap penambahan penduduk 1 %, maka akan meningkatapermintaan beras sebesar 1,2381 %, dengan asumsi variabel lain nilainya tidak berubah. Jumlah penduduk menjadi variabel terbesar pengaruhnya terhadap permintaan beras, dibanding variabel lainnya.
Pendapatan penduduk berpengaruh negatif terhadap permintaan beras atau peningkatan pendapatan akan menurunkan permintaan beras. Peningkatan pendapatan penduduk  sebesar
1 %,  maka permintaan beras akan turun sebesar 0,1953 %, dengan asumsi  variabel  lain  bernilai  tetap. Pengaruh perubahan pendapatan terhadap permintaan beras seuai dengan teori Engel yang menyebutkan bahwa peningkatan pendaptan akan menurunkan permintaan akan makanan (primer).

Pengaruh Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, pengaruhnya meningkat semua dengan arah yang sama dengan pengaruh jangka pendek. Hal ini karenakan koefisien penyesuaian bertanda positif. Harga beras berpengaruh negatif terhadap permintaan beras. Setiap kenaikan harga beras sebesar 1 %, maka permintaan beras turun sebesar 0,2846 %, dengan asumsi variabel lain nilainya tidak berubah atau tetap.
Harga tepung terigu berpengaruh positif terhadap permintaan beras. Pengaruh ini sangat kecil, dimana untuk setiap kenaikan harga tepung terigu sebesar 1%, permintaan beras meningkat sebesar 0,0055% dengan asumsi variabel lain nilainya tetap.
Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras. Setiap terjadi penambahan penduduk 1 %, maka permintaan  beras  akan  meningkat sebesar 4,0619%,  diasumsikan variabel lain nilainya tetap. Pendapatan penduduk berpengaruh negatif. Dimana setiap terjadi peningkatan pendapatan penduduk sebesar 1%, permintaan akan beras turun sebesar 0,6407%, dengan asumsi variable lain nilainya tetap.

Elastistas Permintaan Elastisitas Harga-Permintaan
Elastisitas harga beras menunjukkan hubungan antara harga beras dengan permintaan beras untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pada penelitian ini nilai koefisien elastisitas harga jangka pendesebesar -0,0868 dan jangka panjang sebesar -0,2846, ini memberikan indikasi bahwa elastisitas harga beras terhadap permintaan beras mempunyai sifaelastisitas yang  tidak elasti(inelastis). Artinya,  perubahan harga beras  yang  relatif  besar  tidak  akan mengubapermintaannya dalam jumlah yang banyak. Hal ini sesuai dengan teori permintaan, dimana harga berbanding terbalik dengan jumlah yang diminta.

Elastisitas Pendapatan- Permintaan
Elastisitas pendapataterhadap permintaan untuk jangka pendek diperoleh nilai -0,1953, sedangkan untuk jangka panjang sebesar -0,6407. Nilai elastisitas pendapatan, baik jangka pendek dan jangka panjang lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahw permintaan   beras   bersifa tidak elastis (inelastis) terhadap perubahan pendapatan,  atau  dengan  kata  lain persentase perubahan pendapatan tidak responsif  terhadapermintaan  beras. Karena nilai elastisitas kurang dari 1 maka beras termasuk barang normal.

Elastisitas Harga Silang Permintaan
Elastisitas harga silang dari harga tepung terigu diperoleh sebesar 0,0017 untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka  panjang 0,0055. Angka elastisitas dari harga   tepung terigu nilainya sangat kecil yaitu hamper sama nol pada jangka pendemaupun jangka panjang. Hal ini dapat dijadikan petunjuk bahwa perubahan harga tepung terigu tidak mempengaruhi permintaan beras.

Elastisitas Jumlah Penduduk Terhadap Permintaan
Elastisitas jumlah penduduk diperoleh sebesar 1,2381 untuk jangka pendek dan untuk
jangka panjang sebesar 4,0619. Angka ini mengandung pengertian bahwa apabila jumlah penduduk naik 1%, maka akan mengakibatkan presentase perubahan jumlah permintaan beras meningkat sebesar 1,24% untuk jangka pendek dan naik 4,06% untuk jangka panjang. Nilai elastisitas jumlah penduduk lebih dari 1, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bersifat elastis terhadap permintaan beras.

KESIMPULAN
1.     Keragaman  harga  beras,  harga tepung terigu, jumlah penduduk, pendapatan penduduk dan permintaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan keragaman permintaan beras sebesar 98,05%. Tetapi secara parsial menunjukkan bahwa variable jumlah penduduk, permintaan beras tahun sebelumnya dan pendapatan  penduduk memberi pengaruh  yang  sanganyata terhadap permintaan beras, sedangkan variabel harga beras dan harga tepung terigu menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap permintaan beras.
2.          Elastisitas harga beras, harga silang (harga tepung terigu) dan pendapatan tidak elastis (inelastis) terhadap perubahan permintaan beras. Sedangkan perubahan jumlah penduduk lebih elastis terhadap permintaan beras. Elastisitas permintaan beras dalam jangka panjang (long run) lebih elastis dibanding dengan elastisitas jangka pendek (short run).

Daftar Pustaka :
  1. Riyanto, Wasi ; Ridwansyah, M dan Umiyati, Etik. 2013. Permintaan Beras di Provinsi Jambi. Vol.1 No.1 https://www.academia.edu/13372865/contoh_jurnal_permintaan?auto=download  (diakses 13 Maret 2017)
  2. Abubakar, Mustafa. 2008. Kebijakan Pangan, Peran Bulog dan Kesejahteraan Petani. www.setneg.go.id  (diakses 20 Maret 2017
  3.  Alamsyah Siregar, Alhaji. 2007. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Sumatera Utara.  www.indowebster.com/Analisis_Pe rmintaan_dan_penawaran_Beras_ di_Sumatera_Utara.html (diakses 20 Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.