.

Kamis, 12 Desember 2024

Analisis Perilaku Konsumen: Mengapa Konsumen Berpindah dari Satu Merek ke Merek Lain?

 

Analisis Perilaku Konsumen

Abstract - As time went by, the industrial revolution continued to develop. Today, the world's manufacturing have faced another revolution that is the fourth industrial revolution or the digital revolution. This era is colored by the emergence of various and the changes that occur in technology that result in impact on various fields, one of which is the marketing aspect. Marketing is now shifting from the traditional marketing concept to digital marketing, where trading or trading has reached seconds because all transactions are done online with the help of the internet. The digital revolution helped change consumer behavior towards marketing. Changes in consumer behavior is evident from the way they seek, pay, use to dispose of goods purchased after consumption. Consumer habits in consuming media are also changing drastically, and this is what drives marketers to strategize and innovate in order to find more effective alternative channels to attract consumers.

Keywords: Digital Revolution, Marketing, Consumer Behaviour.

Abstrak - Seiring berjalannya waktu, revolusi industri terus mengalami perkembangan. Kini, perindustrian dan manufaktur dunia telah menghadapi revolusi berikutnya yakni revolusi industri keempat atau revolusi digital. Era ini diwarnai oleh munculnya berbagai dan perubahan yang terjadi dalam teknologi yang mengakibatkan dampak terhadap berbagai bidang, salah satunya adalah aspek pemasaran. Pemasaran saat ini sudah beralih dari konsep pemasaran tradisional menjadi pemasaran digital, dimana perdagangan atau trading sudah mencapai hitungan detik karena segala transaksinya dilakukan secara online dengan bantuan internet. Revolusi digital turut mengubah perilaku konsumen terhadap pemasaran. Perubahan perilaku konsumen tersebut terlihat dari cara mereka mencari, membayar, menggunakan hingga membuang barang-barang yang dibeli setelah dikonsumsi. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi media juga berubah drastis, dan hal ini yang mendorong para pemasar untuk membuat strategi-stragi dan berinovasi guna menemukan saluran alternatif yang lebih efektif untuk menarik konsumen.

Kata Kunci : Revolusi Digital, Pemasaran, Perilaku Konsumen.

Pendahuluan

Revolusi industri terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada setiap revolusi industri tentunya memiliki kelebihan dan tantangan pada status sosial ekonomi dari negara yang mengalami transformasi (Morrar, 2017). Istilah Revolusi Industri pertama kali diperkenalkan oleh Freidrich Engels dan Louis Auguste Blanqui pada abad ke-19. Revolusi industri itu sendiri dimaknai sebagai suatu perubahan cepat di bidang ekonomi  mulai  dari  kegiatan  ekonomi agraris hingga ekonomi industri yang menggunakan teknologi mesin untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Secara garis besar revolusi industri mengubah cara kerja manusia dari menggunakan tangan hingga berubah menggunakan mesin.

Revolusi industri pertama kali ditandai dengan penggunaan mesin sebagai alat untuk pembuatan kapas pada tahun 1760 hingga 1870. Mesin pemintal kapas pertama kali diciptakan oleh James Hargreavers  pada  tahun  1767. Mesin tersebut dikembangkan dua tahun kemudian oleh Ricard Arkwight dan selanjutnya dikembangkan oleh Samuel Croupton dengan mengkolaborasikan alat pemintal Hargreavers dengan kerangka air menjadi sebuah mesin bernama “Mule”. Mesin-tersebut semakin dikembangkan dan menjadi asal muasal terbentuknya sistem pabrik yang pertama kali didirikan oleh Artwright pada tahun 1771.

Seiring berjalannya waktu, muncul pula sebuah mesin baru yakni mesin uap yang dimanfaatkan untuk menggerakan mesin berat dan membuat sistem-sistem di pabrik menjadi berkembang. Sistem- sistem di dalam pabrik ini lah yang mendorong para ahli untuk terus berinovasi dan menemukan jenis mesin- mesin baru dan melahirkan industri- industri besar berikutnya. Di bidang transportasi misalnya yang melahirkan alat-alat transportasi pada masanya seperti kereta api, kendaraan bermesin, kapal uap, alat-alat pertanian, dan juga telegram. Ini semua menjadi cikal-bakal terbentuknya industri-industri baru.

Pada tahun 1860, muncul revolusi industri kedua yang ditandai dengan adanya perkembangan proses pembuatan baja tahun 1856. Selain itu muncul perkembangan dynamo sekitar tahun 1873. Dan yang terakhir adanya penciptaan mesin pembakaran pada tahun 1876. Perkembangan-perkembangan       ini menggambarkan perbedaan signifikan antara revolusi industri pertama dan juga revolusi industri kedua, yakni: (1) adanya penggantian besi menjadi baja yang digunakan sebagai bahan industri pokok (2) adanya pergantian batu arang menjadi minyak dan gas sebagai tenaga listrik yang digunakan menjadi sumber pokok tenaga industri; (3) perkembangan mesin otomatis dan juga peningkatan spesialisasi buruh yang canggih; (4) penggunaan campuran dan metal yang ringan dan hasil industri kimia; (5) perubahan radikal dalam industri komunikasi dan transportasi; (6) organisasi kapitalis yang tumbuh ke berbagai bentuk-bentuk yang baru; dan (7) tersebarnya industrialisasi di Eropa Tengah, Eropa Timur, serta wilayah Timur Jauh.

Dengan           adanya           sumber ketenagalistrikan membuat banyak pabrik memproduksi produknya hingga larut malam demi mencapai permintaan pasar yang semakin meningkat. Hal ini pula lah yang membuat ilmu-ilmu pengetahuan semakin berkembang dan menciptakan teknologi yang jauh lebih canggih. Kemajuan teknologi di bidang elektronik dan teknologi informasi (TI) inilah yang menjadi asal muasal munculnya revolusi industri ketiga sekitar tahun 1970-an, ditandai dengan produksi massal dapat dilakukan secara otomatis. Menurut Raymond R. Tjandrawinata (2016), dunia sudah sangat maju akibat revolusi industri ketiga yang juga disebut sebagai revolusi digital. Pada tahap ini, dunia sudah memperoleh             internet            dengan interkonektivitas yang begitu cepat.

Kini, perindustrian dan manufaktur dunia telah menghadapi revolusi berikutnya yakni revolusi tahap keempat. Klaus Schwab (2017), era revolusi industri keempat diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, serta munculnya inovasi-inovasi dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan mengakibatkan dampak terhadap berbagai bidang, salah satunya adalah aspek pemasaran serta perilaku konsumennya. Phillip Kotler menjelaskan, pemasaran saat ini sudah beralih dari konsep tradisional yang terkenal dengan sales door to door menjadi revolusi digital, dimana perdagangan atau trading sudah mencapai hitungan detik karena segala transaksinya dilakukan secara online dengan bantuan internet.

Revolusi digital, yaitu perubahan budaya komunikasi dan perilaku masyarakat untuk beralih ke media yang cepat dan memudahkan. Revolusi digital terjadi sejak tahun 1980. Revolusi digital telah  berhasil  mengubah  cara  pandang seorang dalam menjalani kehidupan. Revolusi digital atau digitalisasi telah memungkinkan interaksi produk teknologi yang beraneka macam. Data yang ada di peranti kita bisa dipindahkan ke produk teknologi lain dalam bentuk intruksi yang memproduksi tindakan atau sebuah output yang lebih spesifik. Hal ini dikenal sebagai internet of things (IOT) atau teknologi mesin ke mesin (M2M).

 


Permasalahan

1. Ketidakpuasan Terhadap Produk , Salah satu alasan paling mendasar bagi konsumen untuk berpindah merek adalah ketidakpuasan terhadap produk yang mereka gunakan saat ini. Ketidakpuasan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kualitas produk yang tidak sesuai harapan, harga yang dianggap tidak sebanding dengan nilai yang diterima, atau bahkan pengalaman layanan pelanggan yang buruk. Dalam banyak kasus, ketidakpuasan ini bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh ekspektasi awal konsumen terhadap produk.

2. Perubahan Preferensi dan Kebutuhan, Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup, preferensi dan kebutuhan konsumen juga mengalami perubahan. Konsumen mungkin berpindah ke merek lain karena mereka mencari fitur atau manfaat baru yang tidak ditawarkan oleh merek sebelumnya. Misalnya, dalam industri teknologi, konsumen sering berpindah ke merek lain untuk mendapatkan inovasi terbaru atau teknologi yang lebih canggih.

3. Pengaruh Lingkungan Eksternal, Lingkungan eksternal juga memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk berpindah merek. Faktor-faktor seperti iklan, promosi, rekomendasi dari teman atau keluarga, dan tren pasar dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu merek. Dalam era digital saat ini, informasi mengenai produk dan merek sangat mudah diakses melalui media sosial dan platform online lainnya, sehingga memudahkan konsumen untuk membandingkan pilihan mereka.

4. Loyalitas Merek yang Rendah, Dalam beberapa kasus, konsumen mungkin tidak memiliki loyalitas yang kuat terhadap merek tertentu. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya keterikatan emosional atau pengalaman positif dengan merek tersebut. Ketika konsumen tidak merasa terikat dengan merek tertentu, mereka lebih cenderung untuk mencoba alternatif lain ketika muncul tawaran yang lebih menarik.

5. Strategi Pemasaran Perusahaan, Strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan juga berperan penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Jika perusahaan tidak mampu memenuhi ekspektasi konsumen melalui komunikasi pemasaran yang efektif atau tidak memberikan nilai tambah yang jelas dibandingkan pesaing, maka kemungkinan besar konsumen akan beralih ke merek lain.

 

Pembahasan

1. Ketidakpuasan Terhadap Produk

Ketidakpuasan adalah faktor utama dalam perilaku berpindah merek. Ketika konsumen merasa bahwa produk yang mereka gunakan tidak memenuhi harapan atau mengalami masalah kualitas, mereka cenderung mencari alternatif lain. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan dapat muncul dari berbagai sumber

·       Kualitas Produk : Jika produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak sesuai dengan deskripsi yang diberikan, konsumen akan merasa kecewa. Misalnya, jika sebuah smartphone sering mengalami masalah teknis atau tidak memiliki daya tahan baterai yang baik, pengguna mungkin akan mempertimbangkan untuk beralih ke merek lain.

Harga juga merupakan faktor penting dalam keputusan pembelian. Jika konsumen merasa bahwa harga produk terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai atau manfaat yang diterima, mereka mungkin akan mencari alternatif dengan harga lebih kompetitif.

Pengalaman layanan pelanggan yang buruk dapat menyebabkan ketidakpuasan yang signifikan. Jika konsumen merasa diabaikan atau tidak mendapatkan bantuan ketika menghadapi masalah dengan produk, mereka akan lebih cenderung meninggalkan merek tersebut.

2. Perubahan Preferensi dan Kebutuhan

Preferensi konsumen dapat berubah seiring waktu karena berbagai faktor seperti tren mode, perkembangan teknologi, dan perubahan gaya hidup.

·       Inovasi Teknologi, Dalam industri teknologi, inovasi adalah kunci untuk mempertahankan pelanggan. Konsumen sering mencari fitur terbaru dan terbaik dalam perangkat mereka. Jika sebuah merek gagal berinovasi atau memperkenalkan produk baru yang menarik perhatian, mereka berisiko kehilangan pelanggan ke pesaing.

Dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan, banyak konsumen beralih dari makanan olahan ke makanan organik atau sehat lainnya. Merek-merek makanan harus menyesuaikan penawaran mereka agar tetap relevan dengan kebutuhan pasar.

3. Pengaruh Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal memainkan peran penting dalam keputusan berpindah merek

·       Iklan dan Promosi, Iklan yang menarik dapat memengaruhi keputusan pembelian secara signifikan. Konsumen sering kali terpengaruh oleh kampanye pemasaran kreatif yang menyoroti keunggulan produk baru dibandingkan dengan pesaing.

Rekomendasi dari teman atau keluarga sangat berpengaruh pada keputusan pembelian. Dalam era media sosial saat ini, ulasan online dan testimoni pengguna juga menjadi sumber informasi penting bagi calon pembeli.

4. Loyalitas Merek yang Rendah

Loyalitas merek adalah aspek penting dalam mempertahankan pelanggan. Namun, banyak konsumen saat ini memiliki loyalitas rendah terhadap merek tertentu

·       Keterikatan emosional terhadap suatu merek dapat mengurangi kemungkinan berpindah ke merek lain. Merek-merek yang berhasil menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan melalui pengalaman positif cenderung memiliki tingkat loyalitas lebih tinggi.

Kepuasan pelanggan secara langsung berkaitan dengan loyalitas merek. Jika pelanggan merasa puas dengan pengalaman mereka secara keseluruhan—mulai dari pembelian hingga layanan purna jual—mereka lebih cenderung untuk tetap setia pada merek tersebut.

5. Strategi Pemasaran Perusahaan

Strategi pemasaran perusahaan sangat menentukan dalam menciptakan loyalitas pelanggan

Komunikasi Efektif, Perusahaan perlu memastikan bahwa pesan pemasaran mereka jelas dan menarik bagi target audiens mereka. Komunikasi yang efektif dapat membantu membangun citra positif di benak konsumen.

Perusahaan harus fokus pada memberikan nilai tambah kepada pelanggan melalui inovasi produk dan layanan tambahan seperti garansi atau dukungan teknis.

 

Kesimpulan

    Revolusi digital turut mengubah perilaku konsumen terhadap pemasaran. Perubahan perilaku konsumen tersebut terlihat dari cara mereka mencari, membayar, menggunakan hingga membuang barang-barang yang dibeli setelah dikonsumsi. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi media juga berubah drastis, dan hal ini yang mendorong para pemasar untuk membuat strategi-stragi dan berinovasi guna menemukan saluran alternatif yang lebih efektif untuk menarik konsumen.

    Dalam menghadapi era pemasaran digital, saat ini konsumen jauh lebih cerdas dan cenderung lebih banyak menuntut keinginannya dibandingkan pada saat era pemasaran tradisional. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi yang meningkat pesat yang selalu menyediakan informasi melimpah bagi mereka. Saking melimpahnya, terkadang konsumen memiliki lebih banyak pengetahuan dibandingkan para pemasar. Hal inilah yang membuat konsumen tidak terlalu mempercayai penuh pesan yang disampaikan pemasar dalam memasarkan produknya.

 

Saran

    Perusahaan harus terus meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan harapan konsumen. Untuk tetap relevan di pasar yang kompetitif, perusahaan perlu berinvestasi dalam inovasi produk. Membangun hubungan emosional dengan pelanggan melalui pengalaman positif dapat meningkatkan loyalitas. Perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang adaptif untuk merespons perubahan preferensi pasar. Mengawasi umpan balik dari pelanggan melalui media sosial dan platform ulasan online untuk memahami persepsi mereka terhadap produk.

 

Daftar Pustaka

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing Management (13th ed.). Pearson Education.


Kotler, P., & Armstrong, G. (2012). Principles of Marketing (14th ed.). Pearson Education.


Tjandrawinata, R. R. (2016). Revolusi Industri Ketiga dan Dampaknya terhadap Pemasaran. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 15(1), 45-60.


Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Crown Business.


Morrar, R., Arman, H., & Moussa, S. (2017). The Fourth Industrial Revolution: A Social Innovation PerspectiveTechnology Innovation Management Review, 7(11), 12-20.


Wiludjeng, A. (2009). Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi Offset.


 Hurriyati, S. (2005). Strategi Pemasaran dalam Pengembangan Produk Manufaktur. Bandung: Alfabeta.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.