Analisis Perilaku Konsumen
Abstract - As time went by, the industrial
revolution continued to develop. Today, the world's manufacturing have faced
another revolution that is the fourth industrial revolution or the digital
revolution. This era is colored by the emergence of various and the changes
that occur in technology that result
in impact on various fields, one of which is the marketing aspect. Marketing is
now shifting from the traditional marketing concept to digital marketing, where
trading or trading has reached seconds because all transactions are done online
with the help of the internet. The digital revolution helped change consumer
behavior towards marketing. Changes in consumer behavior is evident from the
way they seek, pay, use to dispose of goods purchased after consumption.
Consumer habits in consuming media are also changing drastically, and this is
what drives marketers to strategize and innovate in order to find more
effective alternative channels to attract consumers.
Keywords: Digital
Revolution, Marketing, Consumer
Behaviour.
Abstrak - Seiring berjalannya waktu, revolusi
industri terus mengalami perkembangan. Kini, perindustrian dan manufaktur dunia
telah menghadapi revolusi berikutnya yakni revolusi industri keempat atau
revolusi digital. Era ini diwarnai oleh munculnya berbagai dan perubahan yang
terjadi dalam teknologi yang mengakibatkan dampak terhadap berbagai bidang,
salah satunya adalah aspek pemasaran. Pemasaran saat ini sudah beralih dari
konsep pemasaran tradisional menjadi pemasaran digital, dimana perdagangan atau
trading sudah mencapai hitungan detik
karena segala transaksinya dilakukan secara online dengan bantuan internet.
Revolusi digital turut mengubah perilaku konsumen terhadap pemasaran. Perubahan
perilaku konsumen tersebut terlihat dari cara mereka mencari, membayar,
menggunakan hingga membuang barang-barang yang dibeli setelah dikonsumsi.
Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi media juga berubah drastis, dan hal ini yang mendorong para pemasar untuk membuat strategi-stragi dan
berinovasi guna menemukan saluran alternatif yang lebih efektif untuk menarik
konsumen.
Kata Kunci : Revolusi
Digital, Pemasaran, Perilaku
Konsumen.
Pendahuluan
Revolusi industri terus mengalami perkembangan dari masa ke masa.
Pada setiap revolusi industri tentunya memiliki kelebihan dan tantangan pada
status sosial ekonomi dari negara yang mengalami transformasi (Morrar, 2017).
Istilah Revolusi Industri pertama kali diperkenalkan oleh Freidrich Engels dan
Louis Auguste Blanqui pada abad ke-19. Revolusi industri itu sendiri dimaknai
sebagai suatu perubahan cepat di bidang ekonomi mulai dari kegiatan ekonomi agraris hingga ekonomi industri
yang menggunakan teknologi mesin untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan siap
pakai. Secara garis besar revolusi industri mengubah cara kerja manusia dari
menggunakan tangan hingga berubah menggunakan mesin.
Revolusi industri pertama kali ditandai dengan penggunaan mesin sebagai alat untuk pembuatan kapas pada
tahun 1760 hingga 1870. Mesin pemintal kapas pertama kali diciptakan oleh James
Hargreavers
pada tahun 1767.
Mesin tersebut dikembangkan
dua tahun kemudian oleh Ricard Arkwight dan selanjutnya dikembangkan oleh
Samuel Croupton dengan mengkolaborasikan alat pemintal Hargreavers dengan
kerangka air menjadi sebuah mesin bernama “Mule”. Mesin-tersebut semakin
dikembangkan dan menjadi asal muasal
terbentuknya sistem pabrik yang pertama kali didirikan oleh Artwright pada
tahun 1771.
Seiring berjalannya waktu, muncul pula sebuah mesin baru yakni mesin
uap yang dimanfaatkan untuk menggerakan mesin berat dan membuat sistem-sistem
di pabrik menjadi berkembang. Sistem- sistem di dalam pabrik ini lah yang
mendorong para ahli untuk terus berinovasi
dan menemukan jenis mesin- mesin baru dan melahirkan industri- industri besar
berikutnya. Di bidang transportasi misalnya yang melahirkan alat-alat transportasi pada masanya
seperti kereta api, kendaraan bermesin, kapal uap, alat-alat pertanian, dan
juga telegram. Ini semua menjadi cikal-bakal terbentuknya industri-industri
baru.
Pada tahun 1860, muncul revolusi industri kedua yang ditandai dengan
adanya perkembangan proses pembuatan baja tahun 1856. Selain itu muncul
perkembangan dynamo sekitar
tahun 1873. Dan yang terakhir
adanya penciptaan mesin pembakaran
pada tahun 1876. Perkembangan-perkembangan ini menggambarkan
perbedaan signifikan antara revolusi industri pertama dan juga revolusi
industri kedua, yakni: (1) adanya penggantian besi menjadi baja yang digunakan sebagai
bahan industri pokok
(2) adanya pergantian batu arang menjadi minyak dan gas sebagai tenaga listrik yang digunakan menjadi sumber pokok
tenaga industri; (3) perkembangan mesin otomatis dan
juga peningkatan spesialisasi buruh yang canggih; (4) penggunaan campuran dan
metal yang ringan dan hasil industri kimia; (5) perubahan radikal dalam industri komunikasi dan transportasi; (6)
organisasi kapitalis yang tumbuh ke berbagai bentuk-bentuk yang baru; dan (7) tersebarnya industrialisasi di Eropa
Tengah, Eropa Timur, serta wilayah
Timur Jauh.
Dengan adanya sumber ketenagalistrikan membuat banyak
pabrik memproduksi produknya hingga larut malam demi mencapai permintaan pasar
yang semakin meningkat. Hal ini pula lah yang membuat ilmu-ilmu pengetahuan
semakin berkembang dan menciptakan teknologi yang jauh lebih canggih. Kemajuan
teknologi di bidang elektronik dan teknologi informasi (TI) inilah yang menjadi
asal muasal munculnya revolusi industri ketiga sekitar tahun 1970-an, ditandai
dengan produksi massal dapat dilakukan secara otomatis. Menurut Raymond R. Tjandrawinata
(2016), dunia sudah sangat maju akibat revolusi industri ketiga yang juga
disebut sebagai revolusi digital. Pada tahap ini, dunia sudah memperoleh internet dengan
interkonektivitas yang begitu cepat.
Kini, perindustrian dan manufaktur dunia telah menghadapi revolusi
berikutnya yakni revolusi tahap keempat. Klaus Schwab (2017), era revolusi industri keempat diwarnai oleh
kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer,
rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, serta munculnya
inovasi-inovasi dan perubahan
yang terjadi dalam kecepatan
eksponensial yang akan mengakibatkan dampak terhadap berbagai bidang, salah
satunya adalah aspek pemasaran serta perilaku konsumennya. Phillip Kotler
menjelaskan, pemasaran saat ini sudah beralih dari konsep
tradisional yang terkenal dengan sales
door to door menjadi revolusi
digital, dimana perdagangan atau trading
sudah mencapai hitungan detik karena segala transaksinya dilakukan secara
online dengan bantuan internet.
Revolusi digital, yaitu perubahan budaya komunikasi dan perilaku
masyarakat untuk beralih ke media yang cepat dan memudahkan. Revolusi digital
terjadi sejak tahun 1980. Revolusi digital telah berhasil mengubah cara pandang seorang dalam menjalani kehidupan.
Revolusi digital atau digitalisasi telah memungkinkan interaksi produk teknologi
yang beraneka macam. Data yang ada di peranti kita bisa dipindahkan ke produk
teknologi lain dalam bentuk intruksi yang memproduksi tindakan atau sebuah output yang lebih spesifik. Hal ini dikenal
sebagai internet of things
(IOT) atau teknologi mesin ke mesin
(M2M).
Permasalahan
1. Ketidakpuasan Terhadap Produk , Salah satu alasan
paling mendasar bagi konsumen untuk berpindah merek adalah ketidakpuasan
terhadap produk yang mereka gunakan saat ini. Ketidakpuasan ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kualitas produk yang tidak sesuai
harapan, harga yang dianggap tidak sebanding dengan nilai yang diterima, atau
bahkan pengalaman layanan pelanggan yang buruk. Dalam banyak kasus,
ketidakpuasan ini bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh ekspektasi awal
konsumen terhadap produk.
2. Perubahan Preferensi dan Kebutuhan, Seiring dengan
perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup, preferensi dan kebutuhan konsumen
juga mengalami perubahan. Konsumen mungkin berpindah ke merek lain karena
mereka mencari fitur atau manfaat baru yang tidak ditawarkan oleh merek
sebelumnya. Misalnya, dalam industri teknologi, konsumen sering berpindah ke
merek lain untuk mendapatkan inovasi terbaru atau teknologi yang lebih canggih.
3. Pengaruh Lingkungan Eksternal, Lingkungan eksternal
juga memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk berpindah
merek. Faktor-faktor seperti iklan, promosi, rekomendasi dari teman atau
keluarga, dan tren pasar dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu
merek. Dalam era digital saat ini, informasi mengenai produk dan merek sangat
mudah diakses melalui media sosial dan platform online lainnya, sehingga
memudahkan konsumen untuk membandingkan pilihan mereka.
4. Loyalitas Merek yang Rendah, Dalam beberapa kasus,
konsumen mungkin tidak memiliki loyalitas yang kuat terhadap merek tertentu.
Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya keterikatan emosional atau pengalaman
positif dengan merek tersebut. Ketika konsumen tidak merasa terikat dengan merek
tertentu, mereka lebih cenderung untuk mencoba alternatif lain ketika muncul
tawaran yang lebih menarik.
5. Strategi Pemasaran Perusahaan, Strategi pemasaran
yang diterapkan oleh perusahaan juga berperan penting dalam mempengaruhi
perilaku konsumen. Jika perusahaan tidak mampu memenuhi ekspektasi konsumen
melalui komunikasi pemasaran yang efektif atau tidak memberikan nilai tambah
yang jelas dibandingkan pesaing, maka kemungkinan besar konsumen akan beralih
ke merek lain.
Pembahasan
1. Ketidakpuasan Terhadap Produk
Ketidakpuasan adalah faktor utama dalam perilaku
berpindah merek. Ketika konsumen merasa bahwa produk yang mereka gunakan tidak
memenuhi harapan atau mengalami masalah kualitas, mereka cenderung mencari
alternatif lain. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan dapat muncul dari
berbagai sumber
· Kualitas
Produk : Jika produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak sesuai
dengan deskripsi yang diberikan, konsumen akan merasa kecewa. Misalnya, jika
sebuah smartphone sering mengalami masalah teknis atau tidak memiliki daya
tahan baterai yang baik, pengguna mungkin akan mempertimbangkan untuk beralih
ke merek lain.
Harga juga merupakan faktor penting
dalam keputusan pembelian. Jika konsumen merasa bahwa harga produk terlalu
tinggi dibandingkan dengan nilai atau manfaat yang diterima, mereka mungkin
akan mencari alternatif dengan harga lebih kompetitif.
Pengalaman layanan pelanggan yang buruk dapat menyebabkan ketidakpuasan yang signifikan. Jika konsumen merasa diabaikan atau tidak mendapatkan bantuan ketika menghadapi masalah dengan produk, mereka akan lebih cenderung meninggalkan merek tersebut.
2. Perubahan Preferensi dan Kebutuhan
Preferensi konsumen dapat berubah seiring waktu karena
berbagai faktor seperti tren mode, perkembangan teknologi, dan perubahan gaya
hidup.
· Inovasi
Teknologi, Dalam industri teknologi, inovasi adalah kunci untuk mempertahankan
pelanggan. Konsumen sering mencari fitur terbaru dan terbaik dalam perangkat
mereka. Jika sebuah merek gagal berinovasi atau memperkenalkan produk baru yang
menarik perhatian, mereka berisiko kehilangan pelanggan ke pesaing.
Dengan meningkatnya kesadaran akan
kesehatan, banyak konsumen beralih dari makanan olahan ke makanan organik atau
sehat lainnya. Merek-merek makanan harus menyesuaikan penawaran mereka agar
tetap relevan dengan kebutuhan pasar.
3. Pengaruh Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal memainkan peran penting dalam
keputusan berpindah merek
· Iklan
dan Promosi, Iklan yang menarik dapat memengaruhi keputusan pembelian secara
signifikan. Konsumen sering kali terpengaruh oleh kampanye pemasaran kreatif
yang menyoroti keunggulan produk baru dibandingkan dengan pesaing.
Rekomendasi dari teman atau keluarga
sangat berpengaruh pada keputusan pembelian. Dalam era media sosial saat ini,
ulasan online dan testimoni pengguna juga menjadi sumber informasi penting bagi
calon pembeli.
4. Loyalitas Merek yang Rendah
Loyalitas merek adalah aspek penting dalam
mempertahankan pelanggan. Namun, banyak konsumen saat ini memiliki loyalitas
rendah terhadap merek tertentu
· Keterikatan
emosional terhadap suatu merek dapat mengurangi kemungkinan berpindah ke merek
lain. Merek-merek yang berhasil menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan
melalui pengalaman positif cenderung memiliki tingkat loyalitas lebih tinggi.
Kepuasan pelanggan secara langsung
berkaitan dengan loyalitas merek. Jika pelanggan merasa puas dengan pengalaman
mereka secara keseluruhan—mulai dari pembelian hingga layanan purna jual—mereka
lebih cenderung untuk tetap setia pada merek tersebut.
5. Strategi Pemasaran Perusahaan
Strategi pemasaran perusahaan sangat menentukan dalam menciptakan loyalitas pelanggan
Komunikasi Efektif, Perusahaan perlu memastikan bahwa pesan pemasaran mereka jelas dan menarik bagi target audiens mereka. Komunikasi yang efektif dapat membantu membangun citra positif di benak konsumen.
Perusahaan harus fokus pada
memberikan nilai tambah kepada pelanggan melalui inovasi produk dan layanan
tambahan seperti garansi atau dukungan teknis.
Kesimpulan
Revolusi digital turut mengubah perilaku konsumen terhadap pemasaran. Perubahan perilaku konsumen tersebut terlihat dari cara mereka mencari, membayar, menggunakan hingga membuang barang-barang yang dibeli setelah dikonsumsi. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi media juga berubah drastis, dan hal ini yang mendorong para pemasar untuk membuat strategi-stragi dan berinovasi guna menemukan saluran alternatif yang lebih efektif untuk menarik konsumen.
Dalam menghadapi era pemasaran digital, saat ini konsumen jauh lebih cerdas dan cenderung lebih banyak menuntut keinginannya dibandingkan pada saat era pemasaran tradisional. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi yang meningkat pesat yang selalu menyediakan informasi melimpah bagi mereka. Saking melimpahnya, terkadang konsumen memiliki lebih banyak pengetahuan dibandingkan para pemasar. Hal inilah yang membuat konsumen tidak terlalu mempercayai penuh pesan yang disampaikan pemasar dalam memasarkan produknya.
Saran
Perusahaan harus terus meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan harapan konsumen. Untuk tetap relevan di pasar yang kompetitif, perusahaan perlu berinvestasi dalam inovasi produk. Membangun hubungan emosional dengan pelanggan melalui pengalaman positif dapat meningkatkan loyalitas. Perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang adaptif untuk merespons perubahan preferensi pasar. Mengawasi umpan balik dari pelanggan melalui media sosial dan platform ulasan online untuk memahami persepsi mereka terhadap produk.
Daftar Pustaka
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing Management (13th ed.). Pearson Education.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2012). Principles of Marketing (14th ed.). Pearson Education.
Tjandrawinata, R. R. (2016). Revolusi Industri Ketiga dan Dampaknya terhadap Pemasaran. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 15(1), 45-60.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Crown Business.
Morrar, R., Arman, H., & Moussa, S. (2017). The Fourth Industrial Revolution: A Social Innovation Perspective. Technology Innovation Management Review, 7(11), 12-20.
Wiludjeng, A. (2009). Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi Offset.
Hurriyati, S. (2005). Strategi Pemasaran dalam Pengembangan Produk Manufaktur. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.