Raniyah Vanka Dira
ABSTRAK
Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori
Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide
ekonom Inggris abad ke-20, John
Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu
ekonomi campuran, di mana baik negara maupun sektor swasta memegang
peranan penting.
Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Keynes adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John
Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai
1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara
sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas
hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja
(konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan yang kemudian
akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Teori Keynes ini
menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great
Depression.
PENDAHULUAN
Pada
Teori Keynes, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan
menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga
apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan
orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan
secara normal. Ketika Great Depression melanda, masyarakat secara alami
bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung menimbun uangnya. Hal ini
berdasarkan Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang
dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.
Solusi
Keynes untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan
dari sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus campur
tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan
suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa oleh pemerintah
sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini bagaimanapun merupakan solusi
yang tidak populer. Namun demikian, belanja pertahanan pemerintah yang
dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu pulihnya
perekonomian Amerika Serikat.
Aliran
Ekonomi Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut campur tangan dalam
meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini bertentangan dengan
pemikiran ekonomi yang populer saat itu – laizes-faire capitalism (teori
kapitalisme). Kapitalisme murni merupakan teori yang menentang campur tangan
sektor publik dan pemerintah dalam perekonomian. Teori ini percaya bahwa pasar
yang bebas campur tangan akan mencapai keseimbangannya sendiri. Keynes
berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak swasta tidak sepenuhnya diberikan
kekuasaan untuk mengelola perekonomian, karena pada umumnya seperti yang
dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak swasta bertujuan utama untuk
mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan apabila hal itu dibiarkan maka
perekonomian akan menjadi tidak kondusif secara keseluruhan. Oleh karena itu,
agar kegiatan swasta dapat terjamin berada pada jalur yang tepat, maka harus
ada satu otoritas yang mengendalikan dan mengatur perekonomian tersebut.
Otoritas tersebut tentu saja adalah pemerintah.
Teori
Keynes mengecam kebijakan pemerintah yang terlalu mendorong tabungan dan tidak
mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung pendistribusian kekayaan secara
terkendali ketika diperlukan. Teori Keynes kemudian menyimpulkan bahwa ada
alasan pragmatis untuk pendistribusian kemakmuran: jika segment masyarakat yang
lebih miskin diberikan sejumlah uang, mereka akan cenderung membelanjakannya
daripada menyimpannya; yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi. Ide pokok
dari teori Keynes ini adalah “PERANAN PEMERINTAH” yang tadinya
diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik. John Meynard Keynes menjelaskan
teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul “THE GENERAL THEORY OF
EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY”
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pemikiran-pemikiran J.M. Keynes?
2.
Apa saja karya-karya J.M. Keynes?
3.
Bagaimana kritikan J.M. Keynes terhadap teori
klasik?
4.
Bagaimana peran pemerintah dalam perekonomian
saat itu?
PEMBAHASAN
A. Pemikiran J.M. Keynes
John
Maynard Keynes seorang ekonomi asal Inggris yang terkenal dengan model ekonomi
modern yang diusungnya. Beliau seorang penganut teori ekonomi merkantilis,
dimana kebanyakan teori yang dikeluarkannya difokuskan pada upaya pemerintah
negara bersangkutan untuk menjaga kestabilan ekonominya. Beliau merupakan
seorang pegawai di Badan Keuangan Inggris yang mencetuskan beberapa pemikiran
mengenai sistem perekonomian modern yang hingga sekarang karyanya digunakan
sebagai pedoman ekonomi dunia internasional. Idenya berawal pada akhir perang
Dunia I, yang diawali dengan ketidak setujuan Keynes terhadap hukuman yang
dijatuhkan oleh Liga Bangsa- Bangsa terhadap Jerman atas segala kerugian perang
yang berujung pada pelunasan seluruh kerugian dan hutang negara Jerman terhadap
negara- negara pemenang Perang Dunia I termasuk Inggris.
Keynes
beranggapan bahwa hukuman tersebut akan sulit ditepati dan dipenuhi oleh Jerman
dan justru hal tersebut membuat perekonomian negara- negara lain runtuh dan
Jerman sendiri juga akan sengsara memenuhi hukuman tersebut. Hal ini kemudian
terbukti dengan jatuhnya perekonomian Eropa dan terjadinya Perang Dunia II.
Keynes beranggapan bahwa produksi yang terus menerus dilakukan Jerman sebagai
upaya untuk membayar hutang perang semakin menyengsarakan industrinya sendiri.
Negara juga diperlukan untuk melakukan upaya investasi sebagi upaya preventif
agar ekonominya tidak collapse. Dari sinilah kemudian Keynes dikenal
sebagi ekonom modern yang mengajukan isu investasi oleh negara.
Sebagai
seorang ekonom yang mendasarkan teorinya pada teori merkantilis, Keynes
menekankan segala bentuk upaya pen-stabilan ekonomi negara pada kebijakan-
kebijakan pemerintah. Keynes menyebutkan bahwa pemerintah dalam rangka untuk
menghindari dan menangani krisis yang dapat sewaktu- waktu menyerang, perlu
melakukan suatu bentuk investasi dalam bentuk fasilitas publik.
Namun
hal ini tidak selamanya berhasil, karena penambahan nilai investasi yang tidak
diikuti dengan peningkatan kemampuan konsumsi secepat proses produksi juga akan
menimbulkan krisis perekonomian. Sehingga hal ini perlu diseimbangkan dengan
kekuatan ekonomi yang sedang berlangsusng dalam suatu kurun waktu tertentu.
Hubungan antara investasi dan konsumsi ini digambarkan oleh Keynes dalam suatu
siklus model ekonomi yang dimana keduanya berakar dari pendapatan. Di lain
pihak, Keynes juga mencoba menjelaskan mengenai alur investasi pemerintah yang
kemudian bergerak menuju arah tabungan (saving). Saving dapat disebut sebagai
investasi ketika hal tersebut dikaitkan dengan bunga. Sehingga jika tabungan
mencukupi untuk melakukan investasi, maka bunga akan cenderung turun dan dapat
menghasil suatu bentuk investasi baru yang menguntungkan. Namun jika tabungan
tidak dapat memenuhi syarat investasi, maka bunga akan naik dan cenderung
menarik minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.
Di
lain hal, Keynes juga berpendapat mengenai pentingnya suatu negara untuk
terlibat dalam organisasi ekonomi dan perdagangan internasional, seperti
International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Hal tersebut bagi Keynes
dianggap menguntungkan negara karena dengan keterlibatan suatu negara dalam
organisasi tersebut dapat membantu secara langsung perekonomian negara yang
bersangkutan jika suatu saat mengalami krisis. Oleh sebab itu, tidak heran
bahwa Keynes juga merupakan salah satu ekonom yang setuju terhadap pembentukan
sistem moneter global, yakni Bretton Woods System. Sistem inilah yang kemudian
membawa perubahan besar bagi kondisi dan sistem perekonomian dunia. Selain itu,
Keynes juga menyarankan akan adanya kebijakan pendapatan (income policies). Hal
tersbut kemudian dihubungkan pada upaya negara untuk mencapai kondisi full
employment. Hal tersebut disebutkan oleh Keynes dapat dilakukan melaui
perubahan status perusahaan swasta menjadi suatu perusahaan atas nama negara.
Disini dapat terlihat bahwa Keynes mendukung penuh otoritas negara dan
pemerintah dalam mengatur ekonomi di negaranya. Perubahan status ini
dimaksudkan agar negara dapat lebih dapat leluasa dalam mengatur kebijakan yang
dikeluarkan perusahaan sehingga dapat menguntungkan rakyat secara keseluruhan.
Melalui hal inilah negara dapat menciptakan full employment. Sama seperti
para ilmuwan lainnya, Keynes juga menuai kritik dari para pemikir ekonomi
lainnya. Hal tersebut terkait dengan pendapat Keynes yang mengatakan bahwa
inflasi sesungguhnya bukan merupakan masalah dalam bagian ekonomi, namun
inflasi lebih cenderung menjadi persoalan dalam bidang politik. Oleh karena
pandangan ini, Keynes tidak terlalu menyoroti persoalan inflasi sebagai suatu
hal yang perlu diatas melaui upaya ekonomi.
B. Karya-karya Keynes
Sebagai seorang pakar ekonomi
yang ulung, ia telah menulis banyak buku yaitu:
Ø Tahun 1913 ia menulis: Indian Currency and Finance,
yang menjelaskan mengenai masalah moneter.
Ø Tahun 1919 ia menulis: The Economic Consequences of the
Peace. Dalam buku ini ia mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara
yang menang perang dunia pertama dalam menekan negara-negara yang kalah perang.
Negara pemenang perang menekan negara yang kalah dengan syarat pembayaran utang
yang berat. Ia berasumsi bahwa hal itu dapat menimbulkan rasa marah dan dendam
dari masyarakat yang kalah perang.
Ø Tahun 1922 ia menulis: A Revision of The Treaty.
Ø Tahun 1923 ia menulis: A Tract on Monetary Reform
Ø Tahun 1930 ia menulis: A Treatis on Money. Buku
yang terdiri dari dua jilid ini secara berturut-turut membahas teori-teori
murni tentang uang dan penerapannya dalam perekonomian. Dalam hal ini perlu
dicatat, dalam beberapa bukunya yang terbit sebelum The General Theory, Keynes
masih berada dalam jalur pemikiran klasik dan neo klasik. Akan tetapi jalur ini
mulai ditinggalkan saat ia menulisThe General Theory.
Ø Tahun 1936 ia menulis: The General Theory of
Employment, Interest, and Money. Buku ini ditulis sebagai reaksi terhadap
depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan
dengan metode klasik dan neo klasik.
C. Kritikan Keynes terhadap Teori
Klasik
Kaum
klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekasnisme
pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi
keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beliu
untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh
sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji,
suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktor-faktor produksi lainnya.
Dalam
posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan.
Ketidakseimbangan (disequlibrium) dinilai kaum klasik sebagai suatu yang
sifatnya sementara. Nanti akan ada ada suatu taangan tak terlihat ( invisble
hand) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan. Kaum
klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya , termasuk
tenaga kerja, akan digunakan secara penuh ( full-employed).
Jadi,
dalam pasar persaingan sempurna mereka mau bekerja pasti akan memperoleh
pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi mereka yang memilih-milih pekerjaan atau
tingkat upah yang tidak sesuai. Kedua hal tersebut dinilai oleh kaum klasik
sebagai pengangguran sukarela (voluntary unemployment).
Kaum
klasik meyakini bahwa setiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi oleh
permintaan. Sesuai dengan teori Say, “setiap perusahaan berlomba-lomba
menghasilkan barang- barang dan jasa sebanyak-banyaknya”.
Teori
Say yang mengatakan bahwa “penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri” dikritik
oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam kenyataannya, biasanya
permintaan lebih kecil daripada penawaran, hal ini dikarenakan tidak semua
pendapatan masyarakat dilakukan untuk konsumsi, sebagiannya akan ditabung.
Dengan demikian , permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi.
Walaupun kekurangan ini bisa di eliminasi dengan menurunkan harga-hrga, tetap
saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Inilah yang terjadi pada tahu
30-an saat perusahaan berlomba-lomba berproduksi tanpa kendali. Dipihak lain,
daya beli masyarakat terbatas. Akibatnjya banyak stock yang menumpuk. Sehingga
sebagian perusahaan mengurangi produksi bahkan sebgian melakukan rasionalisasi,
yaitu melakukan pengurangan produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Tindakan
rasionalisasi ini menyebabkan sebagian pekerja menganggur, sehingga orang yang
menganggur tidak mendapatkan pendapatan. Akibatnya pendapatan masyarakat
menjadi turun, daya beli masyarakat juga turun , kegiatan produksi macet, dan
terjadi kemerosotan ekonomi (depresi ). Sejak itu, masyarakat mulai curiga
bahwa ada yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang berlaku secara
umum pada saat itu. Menurut keynes dalam pandangan klasiknya, produksi akan
selalu meciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian
tertutup sederhana.
D. Peran pemerintah dalam
perekonomian
Dari
hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-an Keynes
merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme
pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya,
kalau terjadi pengangguran, pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk
proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian tenaga kerja yang
menganggur bisa bekerja, yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah uang beredar dengan
mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak terkendali pun tidak
sampai terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan ekonomi,
pemerintah dapat menjalankan kebijakan pengelolaan pengeluaran dan pengendalian
permintaan efektif dalam bentuk “kontra-siklis” atau “anti-siklis”.
Dari
berbagai kebijakasanaan yang dapat di ambil, Keynes lebih sering mengandalkan
kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal pemerintah bisa mempengaruhi
jalannya perekonomian. Langkah ini dilakukan dengan menyuntikkan dana berupa
pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap tenaga kerja.
Kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam meningkatkan output dan memberantas
pengangguran, terutama pada situasi saat sumber-sumber daya belum dimanfaatkan
secara penuh.
Apakah
Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas sesuai doktrin laissez
faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan anggapan klasik
bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan? Keynes
sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum klasik
tersebut. Akan tetapi, Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbangan dan full-employment tersebut
sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar (lewat tangan tak kentara) yang
akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan, dibutuhkan waktu
yang sangat lama. Keynes pernah menulis: “dalam jangka panjang kita akan mati!”
(In the long run we’re all dead!). jadi, satu-satunya cara untuk membawa
perekonomian kea rah yang diinginkan seadainya ia “lari dari posisi
keseimbangan”’ demikian uraian Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau
campur tangan pemerintah.
Demikianlah,
kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur tangan pemerintah. Bagi
Keynes, campur tangan pemerintah merupakan keharusan. Campur tangan pemerintah
terutama diperlukan kalau perekonomian berjalan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Kalau
diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Marx yang mengatakan bahwa sistem
ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran dan sebagainya.
Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis dan menggantikannya dengan sistem
sosialis. Namun sebaliknya, Keynes justru ingin menyelamatkan sistem liberal
tersebut.
KESIMPULAN
Teori Keynes adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada
ide ekonom Inggris abad ke-20 yaitu John Maynard Keynes. Teori ini
mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana baik negara maupun sektor swasta
memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynes menandai berakhirnya
ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan
bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan
negara.
Teori
ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat mempengaruhi perilaku individu
ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses
ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan
pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian,
terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah
dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk
mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan
pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga
masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya
(sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan
meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi
perekonomian akan kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah
bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan
pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh).
DAFTAR
PUSTAKA :
Cheche, Wardah. 2014. Makalah John
Maynard Keynes. http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/08/makalah-john-maynard-keynes.html
(diakses 9 Mei 2017)
Makro Ekonomi. 2013. Teori Ekonomi
Keynes. https://wijayanomics.wordpress.com/2013/03/29/teori-ekonomi-keynes/
(diakses 9 Mei 2017)
Wikipedia. 2016. Keynesianisme. https://id.wikipedia.org/wiki/Keynesianisme
(diakses 9 Mei 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.