Oleh: Ari mustofa @A06-ARI
Indonesia
semakin kokoh menguasai pasar motor Asean hingga Oktober 2014, yakni mencapai
73,2 persen. Pangsa pasar Indonesia meningkat dibandingkan posisi Oktober 2013
yang sebesar 70 persen. Thailand mengekor di peringkat kedua, dengan pangsa
pasar 15,8 persen. Disusul kemudian Filipina 9 persen, Malaysia 4 persen, dan Singapura
tak sampai 1 persen. Secara umum, selisih penjualan dengan tingkat produksi
tidak terlalu jauh. Indonesia masih menjadi produsen terbesar dengan tingkap
produksi mencapai 6,7 juta unit. Kemudian Thailand 1,5 juta unit, Filipina
612.444 unit, dan Malaysia 371.394 unit.
Menurut Ketua Asosiasi Industri
Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Shindhuwinata, jumlah sepeda motor di
Indonesia saat ini sebanyak 85 juta unit. "Saat ini populasi sepeda motor
di Indonesia 85 juta unit. Dari jumlah masyarakat Indonesia yang sekira 250
jutaan, artinya satu banding tiga," kata Gunadi kepada VIVA.co.id,
di Kelapa Gading, Jakarta Utara, baru-baru ini. Menurutnya, sepeda motor
diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau ketimbang membeli
sebuah mobil. Fenomena lainnya yang membuat penjualan sepeda motor moncer,
adalah transportasi publik di Tanah Air yang dinilai banyak orang 'bermasalah'.
Kondisi tersebut justru bertolak belakang dengan penjualan motor di negara
produsennya, seperti Amerika Serikat, dan Jepang, di mana, masyarakatnya lebih
pilih naik angkutan publik.
Namun dengan
pesatnya pertumbuhan sepeda motor, permasalahan sosial kerap muncul di
tengah semakin rumitnya masalah Ibu Kota Jakarta. Masalah utama yang sering
mengemuka adalah rendahnya kesadaran berkendaraan di kalangan pengguna sepeda
motor. Banyak aturan-aturan lalu lintas yang diabaikan oleh pengendara roda dua
tersebut, sehingga sikap ini seringkali mengganggu kenyamanan sesama pengguna
jalan. Sikap ugal-ugalan dan seenaknya sendiri dari pengemudi sepeda motor
kerap kita jumpai di jalan raya. Akibatnya, berbagai gesekan, konflik dan
ketegangan di jalan sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Masalah lain yang
ditimbulkan oleh perilaku pengendara sepeda motor adalah kecenderungan
menyerobot trotoar jalan. Meski trotoar di Jakarta tak tertata seperti di
negara-negara lain, trotoar masih berfungsi dan bermanfaat bagi pejalan kaki.
Kehadiran sepeda motor yang sering menyabotase ruang-ruang sempit di sisi jalan
sungguh merugikan dan membahayakan pejalan kaki. Sering kita saksikan bagaimana
pejalan kaki harus memberi jalan bagi sepeda motor yang memanfaatkan trotoar
ketika jalan utama penuh sesak.
Jika tak hati-hati, bukan tidak mungkin
pejalan kaki bisa mengalami cidera akibat diserempet sepeda motor. Kenyamanan
dan keamanan yang seharusnya dinikmati pejalan kaki telah tergerus dengan
kehadiran sepeda motor yang semakin merajalela. Tingginya angka kecelakaan
sepeda motor juga menjadi masalah serius yang muncul bersamaan dengan
membengkaknya jumlah kendaraan roda dua tersebut dalam beberapa tahun
belakangan ini. Data Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan yang
terjadi pada sepeda motor paling tinggi di antara kendaraan jenis lain. Selama
Januari hingga Oktober 2011, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda
motor sebanyak 62%. Padahal kecelakaan yang dialami mobil pribadi hanya sebesar
18%. Disusul oleh kendaraan angkutan barang sekitar 11% dan angkutan umum
sebanyak 8%. Dengan proporsi tersebut, maka jika hitungan rata-rata 22 kasus
kecelakaan dan 3 orang tewas per hari, kita tentu bisa menyimpulkan bahwa
sepeda motor adalah kendaraan yang paling membahayakan dan paling banyak
merenggut nyawa.
Salah satu
penyebab utama mengapa masyarakat memilih kendaraan roda dua tidak lain karena
masih buruknya layanan transportasi publik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
bus umum, angkutan kota, metromini dan Kopaja telah gagal memberikan layanan
transportasi kepada masyarakat menurut standar keamanan dan kenyamanan yang
berlaku. Tidak hanya kualitas kendaraan yang nyaris tak terkontrol, tetapi juga
pengaturan jadwal keberangkatan dan kedatangan yang tak beraturan. Akibatnya,
penumpang tak merasa nyaman dan tak bisa memprediksi waktu tempuh ketika
bepergian dengan transportasi umum. Kerugian waktu dan tenaga dalam hal ini
menjadi tak terhindarkan. Belum lagi isu keamanan yang sering dikeluhkan
masyarakat pengguna angkutan umum. Tidak jarang kasus kekerasaan hadir di dalam
kendaraan umum. Mulai dari pencopetan, penjambretan, penodongan dan pelecehan
seksual. Walaupun tidak ada angka pasti kejahatan yang terjadi di dalam
kendaraan umum, kebanyakan masyarakat Jakarta sudah mafhum soal ini. Kasus
pemerkosaan yang belakangan terjadi di sejumlah angkutan kota bahkan telah
membuat banyak wanita trauma untuk menggunakan jasa angkutan umum.
DAFTAR
PUSTAKA
http://otomotif.news.viva.co.id/news/read/770916-ini-jumlah-sepeda-motor-di-indonesia Rendra Saputra Rabu, 11 Mei 2016 | 11:26 WIB
http://pena.gunadarma.ac.id/ketika-roda-dua-mengepung-jakarta/ July 2nd, 2012 | by Hamdani | in Headline, Jakarta Kita
http://pena.gunadarma.ac.id/ketika-roda-dua-mengepung-jakarta/ July 2nd, 2012 | by Hamdani | in Headline, Jakarta Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.