.

Minggu, 16 April 2017

Ekonomi di Jawa Tengah



Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2016 Melambat



SEMARANG - Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama 2016 melambat. Badan Pusat Statistik Jateng mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi ini sebesar 5,28%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,47%. "Namun begitu, performa masih bagus mencapai angka 5,28%. Saya melihat tidak banyak provinsi mencapai angka ini. Pertumbuhan ekonomi Jateng masih di atas angka nasional 5,02%," ujar Kepala BPS Jateng, Margo Yuwono, Senin (6/2/2017). Menurutnya, perekonomian Jateng tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.092.030 miliar. Pertumbuhan ekonomi terjadi pada seluruh lapangan usaha. Pertambangan dan penggalian merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,73%. Jasa perusahaan menyusul di peringkat berikutnya sebesar 10,62% serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,86%. Struktur perekonomian Jateng, lanjut dia, menurut lapangan usaha tahun 2016 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan (34,82%), pertanian, kehutanan dan perikanan (15,05%) dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (13,39%).

Pertumbuhan Ekonomi Jateng 2017 Bisa Sampai 5,7 Persen

TEMPO.CO, Semarang - Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah Iskandar Simorangkir mengatakan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2017 mendatang diperkirakan antara 5,3 persen hingga 5,7 persen. Menurut Iskandar, pertumbuhan itu didukung oleh permintaan domestik dan sektor pertanian. “Sejalan dengan itu, tiga lapangan usaha utama tumbuh dengan baik yang didukung oleh sektor tersier, seperti kontruksi, telekomunikasi dan jasa keuangan,” katanya, Kamis, 15 Desember 2016. Iskandar menjelaskan, analisa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2017 itu juga mengacu kondisi infrastruktur di Jawa Tengah. Di antaranya memodernisasi terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas yang telah yang mampu menunjang ekspor impor. “Begitu pula pengembangan infrastruktur Bandara Ahmad Yani Semarang,” ujarnya. Iskandar menyinggung gejala menurunnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terjadi pada 2016. Itu terjadi akibat efek perlambatan pemintaan dan turunnya ekspor ke luar negeri. Kepanikan bersama akibat munculnya kontraksi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan ketiga 2016 merupakan pertama kali terjadi sejak 13 tahun terakhir. Namun Iskandar mengatakan gejala investasi dan kosumsi rumah tangga yang melambat dibandingkan triwulan kedua 2016 itu akan kembali pulih oleh dukungan sektor pertanian yang cukup membaik. “Setelah mengalami kontruksi tumbuh 3,05 persen di tengah membaiknya produksi pangan,” katanya.

Ekonomi Jawa Tengah Kuartal I Tumbuh 5,1%

SEMARANG - Ekonomi Jawa Tengah (Jateng) kuartal I/2016 secara year on year tumbuh 5,1%, atau melambat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,6%.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 19,8%, dengan andil tertinggi disumbang oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 1,3%.  "Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pertambangan dan penggalian sebesar 19,8% sebagai dampak dari telah beroperasinya secara full capacity lapangan migas," kata Kepala BPS Jateng Margo Yuwono, Jumat (6/5/2016). Menurutnya, ekonomi Jawa Tengah jika diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku kuartal I/2016 mencapai Rp264,01 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp206,32 triliun. Dia menjelaskan, jika dibanding kuartal sebelumnya ekonomi Jawa Tengah kuartal I/2016 secara kuartalan tumbuh 2,1%. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 22,4%.  Sementara, dari sisi pengeluaran didorong peningkatan komponen ekspor yang tumbuh 11,8%. "Lapangan usaha dan Komponen tersebut juga memberi andil terbesar pada pertumbuhan dengan andil masing-masing sebesar 2,5% dan 3,7%," imbuhnya.  Sementara itu, struktur ekonomi Jateng pada kuartal I/2016 didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan 34,9%, pertanian, kehutanan dan perikanan 15,0% serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,4%. "Sedangkan dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh komponen pengeluaran rumah tangga 61,4%," ujarnya.

DPR Tagih Janji Jokowi Soal Target Pertumbuhan Ekonomi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi XI DPR Marwan Cik Asan mendesak agar Presiden Joko Widodo alias Jokowi memenuhi janji politiknya saat kampanye Pilpres 2014 kemarin. Salah satu janjinya yakni pertumbuhan ekonomi dapat mencapai dua digit atau setidaknya 7 - 8 % per tahun. "Kita harapkan capaian tersebut dapat dipenuhi oleh Presiden Jokowi sesuai janjinya. Moment yang tepat perjalanan 100 hari kinerja Presiden Jokowi-JK bisa terealisasikan dengan baik, salah satunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Marwan Cik Asan, Senin(26/1/2015). Menurut politisi Demokrat asal Lampung ini dalam asumsi makro yang diusulkan di APBNP hanya 5,8%. Sebaliknya dalam pembahasan dengan Komisi XI diusulkan lebih rendah pada kisaran 5,6%. "Ini tentu harus di jelaskan ke rakyat Indonesia yang memiliki ekspektasi pertumbuhan tinggi saat memilih Jokowi - JK. Karena pertumbuhan ini akan berpengaruh pada lapangan kerja, kemiskinan dan lain-lain," tegas Marwan. Disamping itu juga Marwan berharap pemerintah dapat melanjutkan program yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah berhasil mengerakan 12 juta UMKM, program PNPM, bantuan pupuk, bantuan bibit. "Bilamana ini tetap dijalankan saya yakin akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Jadi sebaik dan setepatnya jika pemerintah melanjutkannya," ujar Marwan.

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 103 – 124

PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA
EKONOMI DI KABUPATEN/KOTA
PROVINSI JAWA TENGAH

Hadi Sasana
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Jalan Erlangga Tengah No. 17 Semarang 50241 Telp. (024) 8449211, Fax (024)8449212

ABSTRACT

This research is intended to examine
the influence of fisca
l decentralization on
economic growth, poverty, employment, and
welfare at regencies/municipalities level
in Central Java Province. Research population consist of 29 regencies and 6
municipalities, employing secondary data from Central Bureau of Statistic of Central
Java Province and regencies/mu
nicipalities level in Central
Java Province within the
period of 2001 up to 2005. Data analysis is conducted by using path analysis with
AMOS program software. The results of this study indicate that, first fiscal
decentralization has a positi
ve and significant effect on
economic growth. Second,
economic growth has a positive and significant effect on employment rate. Third,
economic growth has a negative and significant effect on poverty. Forth, economic
growth has a positive and significant effect on welfare. Fifth, employment rate has a
negative and significant effect on welfare. Sixth, poverty has a negative and
significant effect on welfare at regencie
s/municipalities level in Central Java
Province.

Keywords:
fiscal decentralization, economic growth, poverty, employment rate

DAFTAR PUSTAKA:

Hapsari. Hendrati. 2017. Pengantar Ilmu Ekonomi. LPFEUI. Semarang. (6 Februari 2017). https://ekbis.sindonews.com/read/1177467/33/pertumbuhan-ekonomi-jawa-tengah-2016-melambat-1486378908
 
Faisol. Edi. 2016. Pengantar Ilmu Ekonomi. LPFEUI. Semarang. (15 Desember 2016). https://m.tempo.co/read/news/2016/12/15/058828078/pertumbuhan-ekonomi-jateng-2017-bisa-sampai-5-7-persen

Sismanto.andik. 2016. Pengantar Ilmu Ekonomi. LPFEUI. Semarang. (6 Mei 2016). https://ekbis.sindonews.com/read/1106591/33/ekonomi-jawa-tengah-kuartal-i-tumbuh-51-1462526660


Sasana. Hadi. 2009. Pengantar Ilmu Ekonomi. LPFEUI. Semarang. (Juni 2009). http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/811/537

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.