.

Rabu, 14 Mei 2025

M08 Artikel (A) : Konsep Konsumsi dalam Perspektif Ekonomi

Pendahuluan

Konsumsi merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang fundamental dalam kehidupan manusia. Secara sederhana, konsumsi dapat didefinisikan sebagai kegiatan menggunakan atau menghabiskan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Konsep konsumsi tidak hanya berhubungan dengan aspek ekonomi semata, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek sosial, budaya, dan psikologis individu. Dalam perkembangan ilmu ekonomi, konsep konsumsi telah mengalami berbagai evolusi pemikiran sejalan dengan perubahan kondisi masyarakat dan kemajuan teori ekonomi itu sendiri.

Definisi dan Ruang Lingkup Konsumsi

Menurut Mankiw (2020), konsumsi adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan mereka. Konsumsi merupakan komponen terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB) di kebanyakan negara, mencapai sekitar 60-70% dari total PDB. Hal ini menjadikan konsumsi sebagai penggerak utama perekonomian suatu negara.

Ruang lingkup konsumsi meliputi:

  1. Konsumsi barang tidak tahan lama (non-durable goods) - barang yang habis dalam sekali pakai atau memiliki umur ekonomis pendek, seperti makanan dan minuman.
  2. Konsumsi barang tahan lama (durable goods) - barang yang dapat digunakan berulang kali dengan umur ekonomis yang panjang, seperti peralatan elektronik dan kendaraan.
  3. Konsumsi jasa (services) - aktivitas yang memberikan manfaat namun tidak berwujud, seperti transportasi, pendidikan, dan kesehatan.

Teori Konsumsi dalam Perspektif Ekonomi

Teori Konsumsi Keynes

John Maynard Keynes, dalam bukunya "The General Theory of Employment, Interest and Money" (1936), mengembangkan teori konsumsi yang dikenal dengan fungsi konsumsi Keynes. Teori ini menjelaskan bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan disposabel (pendapatan setelah pajak). Fungsi konsumsi Keynes dapat diformulasikan sebagai berikut:

C = a + bYd

Di mana:

  • C = Konsumsi
  • a = Konsumsi otonom (konsumsi ketika pendapatan nol)
  • b = Marginal propensity to consume (MPC)
  • Yd = Pendapatan disposabel

Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (MPC) berkisar antara nol dan satu (0 < MPC < 1), yang artinya ketika pendapatan disposabel meningkat sebesar satu unit, konsumsi akan meningkat kurang dari satu unit (Dornbusch et al., 2018).

Teori Pendapatan Permanen

Milton Friedman mengembangkan teori konsumsi yang lebih kompleks, dikenal sebagai Teori Pendapatan Permanen pada tahun 1957. Friedman berpendapat bahwa konsumsi individu tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, tetapi juga oleh ekspektasi pendapatan di masa depan yang disebut sebagai "pendapatan permanen". Menurut teori ini, individu cenderung mengkonsumsi berdasarkan rata-rata pendapatan yang diharapkan dalam jangka panjang, bukan semata-mata berdasarkan fluktuasi pendapatan jangka pendek (Friedman, 1957).

Teori Siklus Hidup

Franco Modigliani, bersama dengan Richard Brumberg dan Albert Ando, mengembangkan teori konsumsi siklus hidup pada tahun 1954. Teori ini mengemukakan bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka selama masa hidup mereka, dengan tujuan untuk mengalokasikan konsumsi secara optimal di sepanjang hidup mereka. Menurut teori ini, orang cenderung meminjam saat muda, menabung pada usia pertengahan, dan menggunakan tabungan mereka di masa pensiun (Case & Fair, 2015).

Teori Konsumsi Relatif

James Duesenberry mengembangkan teori konsumsi relatif pada tahun 1949, yang menekankan pentingnya faktor sosial dalam perilaku konsumsi. Ada dua efek utama dalam teori ini:

  1. Efek Demonstrasi (Demonstration Effect): Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh perilaku konsumsi orang lain di sekitarnya.
  2. Efek Ratchet (Ratchet Effect): Konsumen cenderung mempertahankan standar hidup tertinggi yang pernah mereka capai dan enggan menurunkannya meskipun pendapatan mereka menurun.

Duesenberry menyatakan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan absolut tetapi juga oleh pendapatan relatif terhadap orang lain dan pendapatan tertinggi di masa lalu (Duesenberry, 1949).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Faktor Ekonomi

  1. Pendapatan: Merupakan faktor utama yang mempengaruhi konsumsi. Ketika pendapatan meningkat, konsumsi juga cenderung meningkat, meskipun tidak selalu dalam proporsi yang sama.
  2. Kekayaan: Kepemilikan aset seperti properti, saham, dan tabungan mempengaruhi keputusan konsumsi seseorang.
  3. Tingkat Bunga: Tingkat bunga yang tinggi cenderung mendorong orang untuk menabung lebih banyak dan mengurangi konsumsi.
  4. Ekspektasi Ekonomi: Pandangan tentang kondisi ekonomi di masa depan mempengaruhi keputusan konsumsi saat ini.

Faktor Sosial dan Budaya

  1. Kebiasaan dan Tradisi: Norma sosial dan budaya mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
  2. Referensi Kelompok: Perilaku konsumsi dipengaruhi oleh kelompok sosial yang menjadi referensi bagi seseorang.
  3. Status Sosial: Konsumsi sering menjadi simbol status sosial, mendorong orang untuk mengkonsumsi barang-barang tertentu untuk menunjukkan status mereka.

Faktor Psikologis

  1. Motivasi: Dorongan internal yang mengarahkan perilaku konsumsi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tertentu.
  2. Persepsi: Cara individu menginterpretasikan informasi tentang produk dan jasa mempengaruhi keputusan konsumsi.
  3. Pembelajaran: Pengalaman masa lalu dalam konsumsi mempengaruhi keputusan konsumsi di masa depan.
  4. Sikap dan Keyakinan: Pandangan positif atau negatif terhadap produk atau jasa tertentu mempengaruhi keputusan konsumsi.

Pola Konsumsi Modern

Konsumsi dan Teknologi

Perkembangan teknologi telah mempengaruhi pola konsumsi masyarakat modern. E-commerce dan platform digital memudahkan konsumen untuk membandingkan harga, membaca ulasan, dan membeli produk tanpa harus meninggalkan rumah. Hal ini telah mengubah lanskap ritel dan perilaku belanja konsumen secara signifikan (Laudon & Traver, 2019).

Konsumerisme dan Dampaknya

Konsumerisme, yaitu kecenderungan untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan, telah menjadi fenomena di masyarakat modern. Hal ini didorong oleh iklan yang agresif, kemudahan akses kredit, dan tekanan sosial. Konsumerisme membawa berbagai dampak, termasuk dampak lingkungan (pemborosan sumber daya, polusi), dampak ekonomi (hutang konsumen), dan dampak sosial (ketimpangan sosial, tekanan psikologis) (Baudrillard, 2017).

Konsumsi Berkelanjutan

Sebagai respons terhadap dampak negatif konsumerisme, konsep konsumsi berkelanjutan semakin mendapat perhatian. Konsumsi berkelanjutan didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik, sambil meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan beracun, dan emisi limbah serta polutan. Konsep ini mendorong perubahan perilaku konsumen menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial (Jackson, 2014).

Konsumsi dalam Konteks Makroekonomi

Konsumsi dan Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi memiliki peran vital dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut model pertumbuhan ekonomi Keynesian, peningkatan konsumsi agregat dapat mendorong permintaan agregat, yang pada gilirannya merangsang produksi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan. Namun, keseimbangan antara konsumsi dan tabungan penting untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, karena tabungan menyediakan dana untuk investasi (Samuelson & Nordhaus, 2019).

Konsumsi dan Ketimpangan

Pola konsumsi juga mencerminkan dan berkontribusi pada ketimpangan ekonomi. Di satu sisi, ketimpangan pendapatan menyebabkan perbedaan pola konsumsi antar kelompok masyarakat. Di sisi lain, konsumsi berlebihan oleh sebagian masyarakat dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi (Piketty, 2014).

Tren Konsumsi Global

Pergeseran Pola Konsumsi di Era Digital

Era digital telah mengubah pola konsumsi global dengan munculnya ekonomi berbagi (sharing economy), konsumsi konten digital, dan layanan berlangganan (subscription services). Konsumen semakin tertarik pada akses daripada kepemilikan, mengarah pada munculnya model bisnis baru seperti Airbnb, Uber, dan berbagai layanan streaming (Belk, 2014).

Konsumsi dan Kesadaran Sosial-Lingkungan

Terdapat peningkatan kesadaran konsumen terhadap dampak sosial dan lingkungan dari keputusan konsumsi mereka. Konsumen semakin memilih produk yang ramah lingkungan, etis, dan berkelanjutan. Hal ini telah mendorong bisnis untuk mengadopsi praktik yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan (Kotler et al., 2012).

Kesimpulan

Konsep konsumsi telah berkembang dari sekedar aktivitas pemenuhan kebutuhan dasar menjadi fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, sosial, budaya, dan psikologis. Pemahaman terhadap konsep konsumsi penting tidak hanya bagi ilmu ekonomi tetapi juga bagi pembuat kebijakan, bisnis, dan individu dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Perkembangan teori konsumsi dari Keynes hingga berbagai teori modern menunjukkan kompleksitas perilaku konsumsi manusia yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan pendekatan ekonomi semata.

Di era modern, tantangan terbesar terkait konsumsi adalah bagaimana menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan dan keinginan individu dengan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Konsep konsumsi berkelanjutan menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk menghadapi tantangan ini, dengan mendorong perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.

Daftar Pustaka

Baudrillard, J. (2017). The Consumer Society: Myths and Structures. SAGE Publications.

Belk, R. (2014). You are what you can access: Sharing and collaborative consumption online. Journal of Business Research, 67(8), 1595-1600.

Case, K. E., & Fair, R. C. (2015). Principles of Economics (12th ed.). Pearson Education.

Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2018). Macroeconomics (13th ed.). McGraw-Hill Education.

Duesenberry, J. S. (1949). Income, Saving, and the Theory of Consumer Behavior. Harvard University Press.

Friedman, M. (1957). A Theory of the Consumption Function. Princeton University Press.

Jackson, T. (2014). Prosperity without Growth: Economics for a Finite Planet. Routledge.

Keynes, J. M. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money. Macmillan.

Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2012). Marketing 3.0: From Products to Customers to the Human Spirit. John Wiley & Sons.

Laudon, K. C., & Traver, C. G. (2019). E-Commerce: Business, Technology, Society (15th ed.). Pearson.

Mankiw, N. G. (2020). Principles of Economics (9th ed.). Cengage Learning.

Modigliani, F., & Brumberg, R. (1954). Utility analysis and the consumption function: An interpretation of cross-section data. In K. K. Kurihara (Ed.), Post-Keynesian Economics (pp. 388-436). Rutgers University Press.

Piketty, T. (2014). Capital in the Twenty-First Century. Harvard University Press.

Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2019). Economics (20th ed.). McGraw-Hill Education.

 


5 komentar:

  1. F13

    Artikel ini sangat bermanfaat karena berhasil menjelaskan keterkaitan antara konsumsi dan tabungan dengan cara yang sistematis dan mudah dipahami. Saya sangat terbantu dengan penjelasan bahwa konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tabungan adalah sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi. Penjelasan mengenai pengaruh tingkat pendapatan terhadap pola konsumsi dan tabungan juga sangat relevan dengan kondisi ekonomi saat ini. Selain itu, pembahasan tentang fungsi konsumsi dan tabungan dalam pertumbuhan ekonomi, serta bagaimana perubahan suku bunga dan ekspektasi masa depan dapat memengaruhi perilaku masyarakat, menambah wawasan saya secara menyeluruh. Artikel ini sangat cocok sebagai bahan pembelajaran dasar bagi mahasiswa ekonomi maupun pembaca umum yang ingin memahami peran penting konsumsi dan tabungan dalam perekonomian. Terima kasih telah menghadirkan konten edukatif yang berkualitas!

    BalasHapus
  2. F09
    Desta Kalih Putra

    Artikel ini bagus banget karena bahas konsumsi dari berbagai sudut nggak cuma ekonomi, tapi juga sosial, budaya, dan psikologis. Relevan banget sama kehidupan kita sehari-hari di Indonesia.

    Kalau dipikir-pikir, konsumsi tuh emang udah jadi bagian dari hidup kita setiap hari. Bangun tidur langsung buka aplikasi ojek online buat beli sarapan, scrolling TikTok atau Shopee, terus kadang-kadang checkout barang cuma karena diskonan. Tapi banyak dari kita juga kadang nggak sadar kalau cara kita konsumsi itu dipengaruhi banyak hal mulai dari gaji, lingkungan sekitar, sampai iklan dan gaya hidup teman-teman kita.

    Di Indonesia sekarang, pola konsumsi juga makin berubah gara-gara digitalisasi. Contohnya, makin banyak orang belanja online lewat marketplace kayak Tokopedia atau Shopee. Apalagi sejak pandemi, orang makin nyaman belanja dari rumah. Tapi, walaupun e-commerce berkembang pesat, banyak juga masyarakat di pedesaan atau pinggiran kota yang masih konsumsi lewat warung atau pasar tradisional. Jadi polanya beda-beda tergantung tempat dan kelas sosial.

    Yang paling menarik dari artikel ini menurut saya adalah soal “konsumerisme” dan “konsumsi berkelanjutan.” Di kota-kota besar, sekarang gaya hidup konsumtif itu udah kayak jadi tren. Banyak orang beli barang bukan karena butuh, tapi karena pengen keliatan keren atau ikut-ikutan. Ini keliatan banget di medsos ada FOMO (fear of missing out), jadi orang beli barang demi eksistensi, bukan fungsi.

    Tapi di sisi lain, banyak juga masyarakat yang justru masih kesulitan buat konsumsi barang-barang dasar karena penghasilan pas-pasan. Artinya, konsumsi itu juga jadi cermin ketimpangan. Ada yang bisa belanja iPhone baru, ada yang buat beli beras aja harus mikir dua kali.

    Makanya, pas artikel ini bahas konsumsi berkelanjutan, menurut saya itu penting banget buat Indonesia ke depannya. Kita butuh dorongan buat konsumsi yang lebih sadar: yang nggak cuma mikirin gaya hidup, tapi juga dampaknya ke lingkungan dan orang lain. Misalnya, mulai dari hal kecil: beli produk lokal, bawa tas belanja sendiri, atau lebih mikir sebelum checkout barang yang sebenernya nggak dibutuhin.

    Bisa di bilang, konsumsi itu emang hal pribadi, tapi dampaknya luas banget. Buat Indonesia yang ekonominya masih berkembang, penting banget buat masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha kerja bareng biar konsumsi tetap bisa jadi motor ekonomi, tapi juga nggak merusak lingkungan atau ninggalin kelompok masyarakat tertentu.

    BalasHapus
  3. F17
    Andrean Rizki Effendi

    Artikel ini menjelaskan tentang Konsumsi menurut Mankiw (2020) adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup, yang menjadi komponen terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) di banyak negara, mencapai sekitar 60-70%. Konsumsi mencakup barang tidak tahan lama seperti makanan, barang tahan lama seperti kendaraan, dan jasa seperti pendidikan dan kesehatan. Berbagai teori ekonomi menjelaskan perilaku konsumsi, antara lain teori Keynes yang mengaitkan konsumsi dengan pendapatan disposabel, teori pendapatan permanen Friedman yang menekankan konsumsi berdasarkan ekspektasi pendapatan jangka panjang, teori siklus hidup Modigliani yang memandang konsumsi sebagai perencanaan sepanjang hidup, serta teori konsumsi relatif Duesenberry yang menyoroti pengaruh sosial dalam pola konsumsi. Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, dan psikologis. Di era modern, perkembangan teknologi digital telah mengubah pola konsumsi dengan kemudahan belanja online, namun konsumerisme yang berlebihan menimbulkan dampak negatif lingkungan dan sosial. Sebagai respons, konsep konsumsi berkelanjutan muncul untuk mendorong perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab. Dalam konteks makroekonomi, konsumsi berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan ketimpangan sosial, sementara tren global menunjukkan pergeseran ke ekonomi berbagi dan peningkatan kesadaran sosial-lingkungan konsumen.

    BalasHapus
  4. Fo6
    Arthamevia Pramuditha

    Artikel ini membahas konsep konsumsi secara menyeluruh dari perspektif ekonomi klasik hingga modern. Dimulai dari definisi dasar hingga teori-teori penting seperti konsumsi Keynesian, pendapatan permanen, hingga siklus hidup, artikel ini juga mengupas pengaruh sosial, budaya, dan psikologis dalam perilaku konsumsi.

    Selain teori, artikel ini relevan dengan kondisi saat ini, membahas tren digital, konsumerisme, serta pentingnya konsumsi berkelanjutan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kontekstual, artikel ini memberikan pemahaman mendalam mengenai konsumsi, baik dalam skala individu maupun dampaknya terhadap makroekonomi dan lingkungan.

    BalasHapus
  5. F16
    Fikri Ubaidillah

    Artikel ini menyajikan pembahasan yang terstruktur dan informatif mengenai konsep konsumsi dan tabungan dalam ekonomi makro. Dengan pendekatan teoritis yang dikombinasikan dengan contoh perhitungan sederhana, penulis berhasil menggambarkan hubungan antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan secara logis dan mudah dipahami.

    Penjelasan mengenai fungsi konsumsi dan tabungan linear, serta konsep MPC (Marginal Propensity to Consume) dan MPS (Marginal Propensity to Save), memberikan pemahaman yang kuat tentang bagaimana perilaku konsumen memengaruhi perekonomian. Artikel ini juga membahas faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keputusan konsumsi, serta menyertakan teori dari para ekonom seperti Keynes dan Modigliani.

    Dengan penyampaian yang sistematis dan bahasa yang jelas, artikel ini sangat bermanfaat bagi pelajar dan mahasiswa ekonomi dalam memahami dasar-dasar perilaku ekonomi rumah tangga. Materi yang disajikan relevan untuk pembelajaran sekaligus sebagai dasar analisis ekonomi makro yang lebih lanjut.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.