.

Minggu, 18 Maret 2018

Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Ordinal


@C12-Ridho, @Proyek-03
disusun Oleh Ridho Fatahillah Fadli

ABSTRAK 
Setiap konsumen memiliki perilaku yang berbedabeda dalam memilih jenis konsumsi yang dibutuhkannya. Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir dari seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Perilaku konsumen didasarkan pada teori perilaku konsumen. Pada teori perilaku konsumen terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kardinal dan ordinal.  

KATA KUNCI: Konsumen Perilaku Konsumen, Teori Perilaku Konsumen, Ordinal

PENDAHULUAN:
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut. 
Teori konsumen mengenai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach  dan pendekatan guna ordinal  atau ordinal utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan  asumsi bahwa guna atau  kepuasan seseorang tidak hanya dapat dibandingknakan tetapi juga dapat diukurOleh karena menurut kenyataan  kepuasan seseorng tidak dapat diukur, maka asumsi tersebut dengan  sendirinya dapat dikaitkan tidak realistikInilah yang biasanya ditonjolkansebagai kelemahan dari pada teori konsumen  yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebuah teori konsumen dengan pendekatan gunamarginal klasik atau classical marginal utility approach. Setiap konsumen dalam memilih suatu barang mempunyai beberapa faktor penting untuk memilih suatu barang yang akan dipilihnya. Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan yang ada kaan membentuk pola perilaku konsumen. 

B. RUMUSAN MASALAH 
1.       Apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen? 
2.       Apa yang dimaksud dengan teori perilaku konsumen? 
3.       Apa yang dimaksud dengan teori ordinal? 

C.PEMBAHASAN: 

1.PERILAKU KONSUMEN:
  • Perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. 
  • Perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
  • Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. jd, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Dengan demikian, perilaku konsumen itu sendiri berkaitan dengan Konsep Preferensi dengan didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen. Dimana Konsep Preferensi tersebut menurut Salvatore (1996) dalam Rahayu (2016) berkaitan juga dengan kemampuan konsumen dalam menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Teori perilaku konsumen adalah teori yang mempelajari pola tingkah laku konsumen dalam memilih barang – barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya dapat membeli barang dan jasa sehingga tercapai kepuasaan tertentu (Karolina). 
Konsumen merasa puas apabila harapan mereka terpenuhi dan merasa amat gembira apabila harapan mereka terlampaui. Konsumen yang puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan (Partadiredja,1985). 

2. TEORI ORDINAL: 
     Pendekatan Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam pendekatan ordinal ini, kita akan mengenal konsep sebagai berikut : Garis Anggaran ( Budget Line ) Kurva yang menggambarkan kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama. Kurva Indiferens ( Indifference Curve ) Kurva yang menggambarkan kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama. 
        Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus. 
      Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif). Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama). 

Berbeda dengan teori kardinal, Asumsi dari pendekatan Ordinal ini adalah: 
1.        Konsumen rasional artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya. 
2.        Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna yang artinya konsumen melihat barang dari segi kegunaannya. 
3.        Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu artinya konsumen harus mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhannya. 
4.        Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum artinya konsumen harus berusaha semaksimal mungkin walaupun hanya mempunyai uang terbatas untuk memenuhi kebtuhan mereka. 
5.        Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada B karena A lebih disukai daripada B, tidak berlaku sebaliknya 
6.        Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C 

KESIMPULAN: 
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. 
Menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.