.

Minggu, 11 Maret 2018

Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Negri Ini


OLEH: M. ABI HAYKAL
@C04-Abi




ABSTRAK
Permintaan uang mempunyai peranan yang penting bagi otoritas kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Analisis permintaan uang merupakan suatu analisis besaran-besaran ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah di bidang moneter. Terdapat sebuah penelitian yang bertujuan untuk megetahui determinan dari fungsi permintaan uang di Indonesia periode 1990-2014. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Error Correction Model (ECM). Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) tidak signifikan mempengaruhi permintaan uang. Variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS (Kurs), dan tingkat harga berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi permintaan uang dalam jangka pendek. Sedangkan tingkat suku bunga deposito 3 bulan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang permintaan uang di Indonesia dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat harga. Sedangkan varibel Kurs dan suku bunga berpengaruh negatif.
Kata Kunci: Permintaan Uang, Error Correction Mode.

PENDAHULUAN
Menurut Prawoto (2010) permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi otoritas kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Analisis permintaan. uang merupakan suatu analisis besaran-besaran ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah di bidang moneter. Pemerintah, dalam hal ini adalah Bank Indonesia dapat menempuh suatu kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas moneter. Mengingat pentingnya kestabilan permintaan uang, maka banyak literatur yang membahas aspek teoritis maupun empiris mengenai permintaan uang di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang, telah menjadi pekerjaan hampir semua ekonom untuk mampu memprediksi perekonomian, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 
Menurut Friedman (1980), dalam kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam menentukan kestabilan ekonomi dengan kontrol besaran-besaran ekonomi yang kuat (Prawoto, 2010). Sehingga, studi empiris dan pengembangan model mengenai permintaan uang menjadi penting dilakukan baik di negara maju maupun berkembang untuk menjaga kestabilan moneter dan kestabilan ekonomi pada umumnya. Dengan melihat keadaan ekonomi negara berkembang yang rentan akan ketidakstabilan, maka studi untuk memperkirakan kondisi ekonomi dan moneter di negara berkembang menjadi hal yang urgent untuk dilakukan, bahkan hal itu juga dilakukan oleh negara maju.
Dengan melihat keadaan ekonomi negara berkembang yang rentan akan ketidakstabilan, maka studi untuk memperkirakan kondisi ekonomi dan moneter di negara berkembang menjadi hal yang urgent untuk dilakukan, bahkan hal itu juga dilakukan oleh negara maju. Seperti Hwang (2002) yang melakukan penelitian tentang permintaan uang di Korea, menemukan bahwa dalam keseimbangan jangka panjang pendapatan riil masyarakat dan tingkat bunga tetap berpengaruh terhadap M2, sedangkan untuk M1 variabel tersebut tidak terlalu berpengaruh. Kesimpulan yang penting dari penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa M2 sangat berkaitan dengan pendapatan dan tingat bunga dan keterkaitan ini menjadi acuan dalam kestabilan permintaan uang (Bahmani-Oskooe dan Wang, 2007). 
Dengan demikian, fenomena moneter permintaan uang menarik untuk diteliti. Identifikasi besaran-besaran ekonomi yang mempengaruhi permintaan uang melalui berbagai kajian teori, studi empiris dan fenomena data yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan pentingnya pengembangkan penelitian permintaan uang di Indonesia. Dengan mengembangkan penelitian-penelitian yang telah lalu, penulis menyimpulkan bahwa peranan dan faktorfaktor makroekonomi yang mempengaruhi permintaan uang masih penting untuk membangun keadaan yang perekonomian yang kondusif.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada 1990-1994 adalah sebagai berikut:
1)      Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Terhadap Permintaan Uang
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Kaum Klasik (Teori Kuantitas Uang), bahwa permintaan uang dipengaruhi secara positif oleh pendapatan. Salah satu tokohnya adalah Fisher, yang mengatakan bahwa permintaan uang merupakan kepentingan yang sangat likuid untuk memenuhi motif transaksi (Insukindro, 1997). Karena itu, pendapatan merupakan faktor yang berpengaruh dalam permintaan uang untuk motif transaksi. Selain Teori Klasik, hasil tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes tentang motif memegang uang yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan, pada saat pendapatan tinggi lebih banyak uang yang diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga, sehingga pada saat pendapatan naik akan menyebabkan peningkatan permintaan uang.

2)      Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Terhadap Permintaan Uang
Artinya bahwa apabila nilai tukar rupiah —secara nominal— mengalami kenaikan (terdepresiasi) terhadap dollar AS, maka akan berpengaruh pada peningkatanharga barang-barang impor, mengingat Indonesia masih sangat tergantung dengan barang-barang impor, ketika rupiah tertekan (terdepresiasi) akan sangat memberikan pengaruh terhadap harga barang impor. Sedangkan dengan naiknya harga barang impor menyebabkan permintaan uang akan meningkat untuk melakukan transaksi impor transaksi tersebut.

3)      Pengaruh Tingkat Bunga Deposito Terhadap Permintaan Uang
Hal ini sesuai dengan teori Cambridge yang mengatakan, apabila tingkat bunga naik ada kecenderungan masyarakat akan mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Karena uang kas memiliki opportunity cost of holding money, maka ketika suku bunga mengalami kenaikan, masyarakat cenderung akan menyimpan uangnya di bank sebab lebih menguntungkan daripada memegang uang kas. Hal ini juga selaras dengan studi empiris tentang pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang, seperti penelitian Achasani (2010) mengenai permintaan uang di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa dalam suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan uang.


SIMPULAN
Hasil analisis pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Permintaan Uang dengan model Error Correction Model baik jangka pendek tidak berpengaruh terhadap permintaan uang. Hal ini disebabkan karena uang yang digunakan dalam rangka penyimpan kekayaan (store of value), sedangkan dalam jangka panjang, menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Kaum Klasik (Teori Kuantitas Uang), bahwa permintaan uang dipengaruhi secara positif oleh pendapatan. Salah satu tokohnya adalah Fisher, yang mengatakan bahwa permintaan uang merupakan kepentingan yang sangat likuid untuk memenuhi motif transaksi.
 Pengaruh Kurs terhadap permintaan uang berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan dalam jangka pendek. Sementara itu, dalam jangka panjang variabel Kurs mempunyai pengaruh yang negatif dan siginifikan terhadap permintaan uang. Hubungan Kurs yang negatif terhadap Permintaan uang dalam jangka panjang di Indonesia bisa terjadi, ketika nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi (tertekan), masyarakat akan lebih memilih untuk memegang mata uang dolar AS. 
Tingkat Suku Bunga Deposito berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang. Hal ini sesuai dengan teori Cambridge yang mengatakan, apabila tingkat bunga naik ada kecenderungan masyarakat akan mengurangi uang kas karena memiliki opportunity cost of holding money, maka ketika suku bunga mengalami kenaikan, masyarakat cenderung akan menyimpan uangnya di bank sebab lebih menguntungkan daripada memegang uang kas.
Inflasi berpengaruh terhadap Permintaan Uang dengan model Error Correction Model baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kenaikan harga barang-barang (inflasi) menyebabkan nilai riil uang turun, yang berarti bahwa untuk membiayai transaksi diperlukan uang dalam jumlah yang lebih banyak, karena itu permintaan uang naik.


DAFTAR PUSTAKA
Prawoto, N. (2010). Money demand: A Study on the Indonesian influental factors. Economic Journal of Emerging Markets.
Prawoto, N. (2000). Permintaan uang di Indonesia: Konsep Keynesian dengan pendekatan PAM. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Vol. 1 No. 1
Insukindro. (1997). Ekonomi uang dan bank. Yogyakarta: BPFE UGM.
Hwang, J-K. (2002). The demand for money in Korea: evidence from the cointegration test. IAER: August 2002, Vol. 8, No. 3
ahmani-Oskooee, M dan Wang, Y. (2007). How stable is the demand for money in China?. Journal of Economic Development, Volume 32, No. 1,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.