.

Senin, 17 April 2017

Kenaikan Harga Cabai Picu Inflasi Padang & Bukittinggi

@A05-Aulia
Oleh : Aulia Silviani Affif
Abstrak
PADANG, HALUAN – Kenaikan harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Sumbar sejak beberapa hari terakhir, diprediksi akan menjadi penyumbang inflasi di daerah dalam beberapa bulan ke depan ini. Pan­tauan hingga Rabu (2/11), harga cabai merah di pasaran menembus angka Rp80 hingga Rp90 ribu per kilogramnya.
Kata kunci : Terjadinya kenaikan harga cabai.
Pendahuluan
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak
konsumen yang mengkonsumsi cabai. Dengan konsumsi cabai yang terus meningkat
dan harus ada pada setiap masakan, maka cabai termasuk produk yang memberikan
keuntungan yang sangat besar bagi petani dan pedagang dalam penjualan produk
pertanian ini. Meskipun cabai bukanlah makanan pokok, namun cabai tidak terlepas
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari terutama sebagai pelengkap untuk
bumbu masakan baik dalam kondisi segar maupun yang telah diolah terlebih dahulu. (Susila, 2016)

Rumusan Masalah
  1.  Apa yang mempengaruhi kenaikan harga cabai?
  2. Bagaimana membudidaya cabai dan pemasarannya?
  3.  Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga cabai bagi masyarakat?
  4.  Apa solusi terbaik untuk mengatasi kenaikan harga cabai?

Pembahasan 
  1.  Lonjakan harga cabai merah dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari cuaca, ketersediaan komuditi hingga permintaan pasar. Inflasi sendiri dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. (Eko Fajri, 2016) (Klikpositif.com)
  2.   Menurut Philip Koetler ada delapan tahap perkembangan perekonomian yang juga menggambarkan perkembangan pemasasaran.  Adapun kedelapan tahap yang dimaksud adalah:

Ø  Tahap Ekonomi Swadaya atau Sendiri, Pada tahap ini individu dan  atau masyarakat bila akan memenuhi setiap kebutuhan hidupnya melakukan usaha secara mandiri seperti memancing, berburu bercocok tanam dan sebagainya. Pada tahap ini belum terjadi proses pertukanan, ini berarti belum terjadi pemasaran.
Ø  Tahap Ekonomi Famili, Pada tahap kedua ini individu dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan secara bersama-sama dengan keluarganya, sehingga antar mereka saling bantu-membantu.  Pada tahap ini juga belum terjadi proses pertukaran atau belum terjadi pemasaran.
Ø  Tahap Barter Sederhana, Pada tahap ini menggambarka kondisi masyarakat yang terdiri dari berbagai suku/kelompok yang lokasinya dapat berbeda dan merekan sekali sekali terjadi /melakukan pertemuanm baik disengaja maupun tanpa direncanakan, mereka umumnya membawa barang-barang yang berasal dari daerah masing-masing dan mereka saling tertarik untuk melakukan pertukaran, maka terjadilah barter (pertukaran) yang sifatnya masih sangat sederhana.  Pada kondisi inilah mulai lahir apa yang dimaksud dengan pemasaran.
Ø  Tahap Pasar Lokal, Kondisi di tahap sebelumnya (barter sederhana) mengalami perkembangan yang pesat berupa ditetapkanya(disepakatinya) tempat tersebut untuk dijadikan tempat pertemuan yang rutin(terus menerus) namun pada masing daerah tertentu. Umumnya pertemuan tersebut disepakati dua atau satu kali dalam satu minggu tergantung pada kesepakatan mereka.  Namun pada pasar lokal inipun masing melakukan pertukaran barang dengan barang (barter).
Ø  Tahap Ekonomi Uang, Tahap ini merupakan tahap yang berusaha untuk mengurangi kelemahan yang ada pada tahap sebelumnya yang melakukan transaksi secara barter seperti mamakan waktu yang lama dan tidak semua orang kemauannya sama untuk mau saling tukar menukar barangnya.  Oleh karenanya dicarikan suatu benda/alat yang dapat digunakan untuk dapat mempermudah proses pertukaran yaoitu berupa mata uang, seperti benda-benda yang dianggap memiliki mu’jizat, kemudian berkembang berupa batu-batuan, perunggu, perak dan emas.  Pada kondisi ini aktivitas pemasaran semakin berkembang.
Ø  Tahap Kapitaslisme Muda, Pada tahap ini kondisi masayarakat ditandai oleh adanya pengelompokan  masyarakat menjadi golongan yang kuat  seperti tuan tanah, kaum ningrat, kaum borjuis, yang umumnya menguasai perekonomian dan selalu berusaha menumpuk kekayaan(kapital).  Kelompok lain  adalah kaum buruh/masyarakat kecil, kaun proletar yang umumnya mengambdi pada kaum ningrat dan sebagai objek oleh kaum penguasa dalam memupuk kakayaan.   Pada kondisi ini pemasaran pemasaran banyak dikuasai oleh pihak tertentu(penguasa/kapitalis).
Ø  Tahap Poduksi Massa, Pada tahap ini ditandai oleh ditemukannya dan digunakannya alat-alat yang dapat menggunakan teknologi (mekanis) sehingga hasil produksi dapat dihasilkan secara massa dan tahap ini dilandasi ol;eh kondisi permintaan yang masing lebih banyak dari pada penawaran.  Akibatnyam kegiatan pemasaran semakin bertambah maju dan berkembang.
Ø  Tahap Ekonomi Makmur, Tahap ini ditandai oleh kondisi perekonomian yang semakin kompleks, seghala macam barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat semakin banyak dan beraneka ragam.  Selain itu juga kondisi penawaran relatif lebih besar dari pada permintaan.  Hal ini menyebabkan kegiatan pemasaran semakin bertambah 

3.  Bagi ekonomi Indonesia, dampak yang terjadi adalah kenaikan harga cabai ini mendorong timbulnya inflasi. Sebagai gambaran, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) , ternyata cabai merah masih melonjaknya harga komoditas cabai merah menyebabkan inflasi dua kota di Sumatra Barat, yakni Padang dan Bukittinggi masing-masing mencatatkan inflasi 0,56% dan 0,37% per Oktober 2016. Kenaikan inflasi ini pada dasarnya merupakan sesuatu yang cukup besar dan cukup mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Dengan kenaikan inflansi ini membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi terhambat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi ini juga berakibat pada penurunan daya beli masyarakat yang turut berkontribusi terhadap menurunnya tingkat permintaan produk industri. Selain itu, dampak lainnya adalah mendorong penurunantingkat penyerapan tenaga kerja yang berarti semakin meningkatnya pengangguran.

Image result for Diagram kenaikan harga cabai 2016 daerah padang dan bukit tinggiSumber : BPS

4. Solusi

Pemerintah perlu melakukan kajian mengenai rantai pemasaran cabai dan bahan panganlainnya sehingga dapat diketahui pada titik mana terjadi inefisiensi pemasaran untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya.

ü  Dilakukan Pengembangan teknologi dan inovasi bidang pertanian
ü  Mengembangkan industri baru pengolahan cabai
ü  Membuat badan logistik pangan
ü  Membuat regulasi pengaturan harga
Kesimpulan
Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor cuaca yang ekstrem (musim hujan yang berkepanjangan). Meningkatnya curah hujan menyebabkan pembusukan sehingga produksi cabai berkurang.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga cabai adalah dengan melakukan stabilisasi harga pangan nasional, memotong mata  rantai tengkulak, mengendalikan stok pangan nasional, mengembangkan industri baru pengolahan cabai, dll.
Daftar Pustaka
  1. http://harianhaluan.com/news/detail/61583/kenaikan-harga-cabai-picu-inflasi
  2. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:e-89D_12VfcJ:scholar.unand.ac.id/19860/2/BAB%2520I.pdf+&cd=1&hl=ban&ct=clnk&gl=id
  3. http://iamalvian.blogspot.co.id/2012/10/makalah-kenaikan-harga-cabai_2673.html
  4. http://m.covesia.com/berita/27307/bps-selama-agustus-2016-padang-dan-bukittinggi-alami-inflasi.html
  5. http://bisnis.klikpositif.com/baca/8469/inflasi-sumbar-banyak-dipengaruhi-gejolak-harga-cabai
  6. http://wardimaneyato.blogspot.co.id/2016/02/dampak-kenaikan-harga-cabairica-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.