Dalam kehidupan rumah tangga, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi. Faktor-faktor tersebut kemudian dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1. Faktor-faktor Ekonomi
kemudian dalam faktor-faktor ekonomi terbagi pula menjadi 6 faktor yang menentukan tingkat konsumsi, seperti :
1) Pendapatan rumah tangga (Household income)
Pendapatan rumah tangga sangat mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga itu sendiri. Semakin besar tingkat pendapatan, maka semakin besar pula kemampuan rumah tangga untuk membeli produk atau jasa. Contohnya jika awalnya pendapatan per-bulan Rp 2.500.000 bisa membayar sewa rumah, makan setiap hari ikan asin, sayur asem, dll. Kemudian ketika pendapatan per-bulan nya meningkat menjadi Rp 3.000.000, kemampuan membelinya pun meningkat, bisa mengganti menu makanan sebulan 4 kali makan daging sapi, dan masih banyak contoh yang lainnya.
2) Kekayaan rumah tangga (Household weatlh)
Yang dimaksud dalam kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (rumah, tanah dan mobil) dan kekayaan finansial (deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan rumah tangga dapat meningkatkan konsumsi karena menambah pendapatan disposabel. Misal, mobil disewakan, bunga deposito, hal ini biasanya untuk tambahan biaya konsumsi per-bulan.
3) Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama juga dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi, dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Contohnya, gas dapat mengurangi pengeluaran konsumsi jika dibandingkan dengan kompor minyak. Hal ini karena gas lebih irit dan lebih murah daripada kompor minyak.
4) Tingkat bunga (interest rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mempengaruhi seseorang yang kaya atau miskin untuk mengurangi keinginan untuk konsumsi. Semakin tinggi tingkat bunga, bagi orang yang kekurangan uang, jika ingin membeli rumah dengan uang meminjam di bank maka ia harus mengurangi konsumsi untuk membayar bunga uang pinjaman yang besar. kemudian bagi orang kaya jika ia memiliki tabungan di bank, maka uang nya akan bertambah karena bunga yang besar.
5) Perkiraan tentang masa depan (household expectation about the future)
Seseorang yang memperkirakan tentang masa depan dapat mengurangi atau juga dapat menambah pengeluaran konsumsi. Contohnya jika sesorang membeli emas 30 gram, kemudian ia memperkirakan 2 tahun kemudian emas tersebut akan meningkat 10%, hal tersebut membuat seseorang akan membuat seseorang lebih konsumtif karena berfikiran masih memiliki cadangan emas. Kemudian jika sesorang yang berencana untuk memiliki anak, maka ia harus mengurangi pengeluaran konsumsi untuk keperluan dimasa yang akan datang.
6) Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan
Usaha pemerintah dalam kebijakan pendapatan nasional yang sama dapat menyebabkan konsumsi masyarakat menjadi lebih besar. Misalnya, 100 jt yang ditarik pemerintah dari pajak dengan MPC sebesar 0,65 dikenakan kepada masyarakat berpendapatan tinggi hal ini akan menyebabkan masyarakat kalangan tinggi akan mengurangi pengeluaran konsumsi. Kemudian tambahan uang yang ditarik 100 jt itu akan diterima oleh masyarakat kalangan rendah, sehingga pengeluaran pendapatan mereka menjadi meningkat.
2. Faktor-Faktor Demografi (Kependudukan)
Yang termasuk dalam faktor-faktor demografi disini adalah jumlah penduduk dan komposisi penduduk.
1) Jumlah Penduduk
Jika dibandingkan negara indonesia dengan negara singapura, pengeluaran konsumsi negara indonesia secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan singapura, walaupun jika dirata-rata pengeluaran konsumsi nilainya lebih besar singapura. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk indonesia 50x lebih banyak dari singapura.
2) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Usia
Semakin banyak usia produktif masyarakat yang bekerja di suatu negara, maka semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah pengeluaran konsumsi masyarakat.
b. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Makin tinggi tingkat pendidikan suatu penduduk, hal tersebut juga akan meningkatkan pengeluaran konsumsi. Semakin tinggi jenjang pendidikan keperluan hidupnya menjadi semakin lebih tinggi, seperti keperluan tugas menjadi lebih banyak, besosialisasi, ber-fashion dan lain-lain.
c. Wilayah
Wilayah yang didiami penduduk juga mempengaruhi pengeluaran konsumsi. Jika banyak penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, banyak penduduknya yang memelukan biaya tambahan untuk keperluan hidupnya di kota tersebut. Sebaliknya jika penduduknya banyak di perdesaan maka akan mengurangi pengeluaran konsumsi. Hal ini karena di desa belum memiliki kebutuhan yang super lengkap seperti di kota.
3. Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor-faktor non-Ekonomi yang dimaksud adalah faktor sosial-budaya masyarakat seperti kebiasaan makan di rumah menjadi makan di restoran, perubahan etika dan tata nilai. Contoh lain, seperti biasa membeli pakaian di pasar malam jadi membeli pakaian di mall besar. Hal ini karena dipengaruhi peasaan “ingin menjadi/meniru orang lain”.
Daftar Pustaka :
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008.Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.