.

Selasa, 06 Juni 2017

Tingkat Inflasi Di Sumatera Selatan

Inflasi di Sumsel Semester I/2016 Membesar, BPS Beri Peringatan Dini
Bisnis.com, PALEMBANG – Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan dini terhadap laju inflasi di Sumatra Selatan yang tercatat secara kumulatif sudah mencapai level 2,39% hingga Juli 2016. Kepala BPS Sumsel Yos Rusdiansyah mengatakan pemerintah daerah harus memberikan perhatian khusus terhadap perubahan harga komoditas pangan di provinsi itu.
“Secara kumulatif sudah capai 2,39% cukup tinggi dengan sisa waktu sekitar lima bulan lalu, ini sudah early warning [kepada pemerintah daerah],” katanya, Senin (1/8/2016). Yos mengemukakan harga komoditas bahan makanan, terutama daging ayam ras, bawang merah dan cabai merah seringkali menjadi kontributor yang memberi andil tinggi terhadap inflasi di Sumsel. Tak hanya itu, pemerintah juga harus memerhatikan ketersediaan atau stok dari komoditas itu supaya inflasi terkendali.
Berdasarkan catatan BPS, inflasi Sumsel pada Juli 2016 sebesar 1,05% melonjak tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 0,49%. Dilihat dari perkembangannya, laju inflasi kumulatif Sumsel sampai Juli 2016 bahkan lebih tinggi dibanding laju inflasi kumulatif periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,23%. Adapun komoditas yang memberi andil tertinggi terhadap inflasi Juli 2016 adalah daging ayam ras yakni sebesar 0,20%. Selanjutnya, disusul komoditas bawang merah, kentang, wortel, cabai merah dan bawang putih. Tercatat ada 90 komoditas yang mengalami kenaikan harga di Kota Palembang dan 48 komoditas di Kota Lubuk Linggau. “Memang ada komoditas seperti [biaya] sekolah menengah atas dan dasar, angkutan udara dan bimbingan belajar namun itu sifatnya musiman, berbeda dengan komoditas pangan yang terus masuk sebagai penyumbang inflasi,” jelasnya. Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumsel, Hamid Ponco Wibowo, mengatakan tingkat inflasi Sumsel masih sesuai dengan prediksi bank sentral.
Pasalnya, kata dia, pada bulan Juni 2016 maupun Juli 2106 bertepatan dengan sejumlah momen tahunan. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun lalu secara kumulatif tinggi dan diatas tingkat secara nasional. “Dengan sisa waktu sekitar lima bulan lagi, masih ada peluang agar inflasi tetap masuk sesuai koridor yang ditargetkan,” katanya. Adapun target inflasi batas bawah Sumsel sebesar 4+-1%, sementara batas atas diangka 5%. Untuk itu, BI yang merupakan komponen dari Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) akan melakukan koordinasi kembali bersama sejumlah instansi terkait. Ponco menambahkan, berdasarkan karakteristiknya di sisa lima bulan kedepan biasanya ada masa dimana tingkat inflasi rendah yang menjurus kemungkinan terjadinya deflasi. “Khususnya pada September dan Oktober, oleh karena itu kami memprediksi inflasi tahunan akan tetap sesuai target,” katanya.

Inflasi Sumsel Januari Lebih Tinggi dari Nasional

PALEMBANG - Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada tahun ini masih dihadapkan pada tingkat inflasi yang meningkat, bahkan angkannya berada di atas inflansi nasional. Kondisi ini harus segera dibenahi dengan beberapa langkah strategis. Hal ini ditekankan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi usai serah terima jabatan Kepala BI Perwakilan Palembang, di kantor Bank Indonesia (BI) hari ini. Menurutnya, inflasi di daerah terutama seperti Sumsel masih cukup rentan terpengaruh komiditi pangan.  Karena itu, diperlukan beberapa langkah strategis seperti perbaikan distribusi pangan pada masyarakat. Januari ini, inflasi Sumsel sudah menyentuh 3,58%, padahal inflasi nasional hanya sekitar 3,49%.  "Kondisi ini terbilang harus ada langkah perbaikan terutama tata niaga, dilihat betul bagaimana komoditi tersebut bergerak dari titik awal hingga titik akhirnya. Di mana pengaruh besarnya dan harus diperbaiki," terangnya, Jumat (17/2/2017). Menurutnya, inflasi yang berasal dari tata niaga dapat ditangani dengan langkah lainnya, seperti membangun toko tani. Toko tani ini sejenis toko yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang lebih bersaing, karena menciptakan mata rantai distribusi yang lebih sehat. Selain itu, inflasi daerah juga bisa dikendalikan dengan membangun resi gudang (lumbung) yang dapat dipergunakan sebagai stok bersama dalam pengendalian harga. "Ini pekerjaan rumah (PR) bagi Kepala BI yang baru di Sumsel. Saya ingin beliau juga bisa mengendalikan inflasi yang terjadi di Sumsel ini, sebagai putra daerah tentu akan lebih paham permasalahan di daerah," ujarnya.

Angka inflansi yang tinggi di Sumsel diketahui berasal dari dua hal yang paling memengaruhi yakni pembiayaan admnitrasi kendaraan, dan naiknya tarif listrik yang ditetapkan awal tahun ini, termasuk juga harga beberapa komoditi pangan, seperti cabai. "Karena itu, BI perlu bekerja sama dengan berbagai pihak lainnya. Adanya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumsel yang sudah terbentuk di Sumsel dan pernah meraih prestasi harus dilanjutkan lebih baik," ujarnya. Selain inflasi, pihaknya juga menyoroti persentase penyaluran kredit oleh perbankan di Sumsel. Angkanya pada awal tahun ini baru menyentuh 7,9% seharusnya bisa di atas 10%.  Deputi ini juga mengingatkan berbagai event di daerah, terutama adanya sarana olahraga harusnya juga meningkatkan ekonomi Sumsel. Misalnya di kawasan Jakabaring Sport City (JSC) berbagai perbankan daerah dapat memanfaatkannya dengan mendirikan berbagai sarana perbankan, termasuk penyediaan penukaran mata uang asing,  "Sumsel ini ada potensi besar, dan perlu dorongan perbankan. Mengenalkan rupiah kepada yang hadir di Sumsel, hendaknya memperbanyak money charger, agar transanksi terutama nontunai makin naik," kata dia. Sementara, Kepala BI Perwakilan Palembang yang baru Rudi Chairuddin akan terlebih dahulu meningkatkan sinergisitas. Pekerjaan rumah cukup banyak yang harus dibenahi dan ditingkatkan perannya, misalnya keberadaan tim pengendalian inflasi daerah. "Saya masih akan memperbanyak komunikasi dulu," ucapnya.

Kajian Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan November 2016

Sempat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di triwulan II 2016, Ekonomi Sumatera Selatan kembali tumbuh positif di triwulan III 2016 namun melambat. Realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan di triwulan III 2016 tumbuh sebesar 4,78% (yoy) lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2016 yang berada pada level 5,13% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi komponen terbesar penyumbang pertumbuhan di triwulan ini. Progres percepatan pembangunan yang terus meningkat, event-event besar yang diselenggarakan di Sumatera Selatan, dan hari besar keagamaan berdampak positif kepada kinerja kedua komponen tersebut. Namun demikian, dampak penghematan anggaran yang diberlakukan mulai awal Agustus berpengaruh terhadap rendahnya realisasi konsumsi rumah tangga jika dibandingkan dengan proyeksi.
Inflasi periode ini berada pada level 4,38% (yoy) atau sedikit naik dari realisasi di triwulan II 2016 yang sebesar 4,37% (yoy). Sementara itu inflasi Sumatera Selatan masih lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,07% (yoy). Namun demikian, realisasi inflasi Sumatera Selatan di triwulan III 2016 masih wajar yang tercermin dari realisasi inflasi kumulatifnya sebesar 2,42% (ytd). Kinerja ekonomi Sumatera Selatan masih tumbuh lebih baik. Hal ini tercermin dari indikator stabilitas keuangan daerah Sumatera Selatan yang terus mengalami perbaikan. Kinerja kredit tumbuh positif Sedangkan DPK dan aset perbankan mengalami kontraksi.  Ke depan, perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan tracking pada triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan mengalami revisi kebawah akibat adanya penyesuaian asumsi yang tidak sesuai dengan asumsi di awal periode. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai adalah tekanan eksternal seperti risiko ketidakpastian dari hasil pemilu Amerika Serikat, risiko kenaikan suku bunga The Fed, Perlambatan ekspor akibat pengaruh dari Brexit, masih rendahnya harga komoditas dan pemotongan anggaran daerah serta kelangsungan pembiayaan pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung. 

DAFTAR PUSTAKA:

Wulandari. Dinda. Inflasi di Sumsel Semester I/2016 Membesar, BPS Beri Peringatan Dini. http://finansial.bisnis.com/read/20160801/9/571038/inflasi-di-sumsel-semester-i2016-membesar-bps-beri-peringatan-dini (Diakses pada 1 Agustus 2016)

Tasmalinda. Inflasi Sumsel Januari Lebih Tinggi dari Nasional. https://ekbis.sindonews.com/read/1180930/33/inflasi-sumsel-januari-lebih-tinggi-dari-nasional-1487332149 (Diakses pada 17 Februari 2017)

Divisi Asesmen Ekonomi Keuangan. Kajian Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan November 2016 http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sumsel/Pages/Kajian-Ekonomi-Provinsi-Sumatera-Selatan-November-2016.aspx (Diakses pada 21 November 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.