Oleh : @A08-Satria
LAPORAN INFLASI
INDONESIA
1.
Definisi Inflasi
Secara umum,
Pengertian inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara
umum mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat
sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai
inflasi, karena disaat setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali.
Inflasi secara umum dapat terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak
pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan biasanya
hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya.
2.
Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi
Masyarakat
·
Terhadap Konsumen Inflasi menyebabkan
harga-harga barang yang dikonsumsi naik, sementara pendapatan masyarakat tidak
mengalami kenaikan. Sehingga dengan keadaan seperti ini maka akan terjadi
perubahan pola konsumsi pada masyarakat seperti:
a.
Kuantitas konsumsi berkurang
b.
Adanya peralihan merk dari barang yang
dikonsumsi menjadi barang yang murah.Pengurangan jumlah barang dan peralihan
penggunaan barang yang dikonsumsi menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu
barang menurun, dan ini mengakibatkan kelesuan perusahaan dan ini akan mengarah
pada terjadinya PHK.
·
Terhadap Produksi Dampak inflasi terhadap
produsen untuk memproduksi menjadi menurun, penurunan disebabkan oleh alasan
berikut:
a.
Kenaikan harga mengurangi kemampuan produsen
untuk membeli faktor produksi misalnya bahan baku. Kekurangan bahan baku dapat
mengakibatkan jumlah produksi berkurang.
b.
Tingginya tingkat bunga pada saat inflasi
menyebabkan produsen kesulitan memperluas produksi.
c.
Munculnya suatu sikap dari produsen yang
bersifat spekulatif diantaranya mengarahkan modalnya pada investasi baru, dan
kewajiban memproduksi berkurang, akan mengarah terjadinya PHK.
·
Terhadap Distribusi Dampak inflasi terhadap
kegiatan pendistribusian pendapatan masyarakat menjadi terganggu, karena orang
berpenghasilan tetap secara riil pendapatannya mengalami kemerosotan. Untuk
menutupi kebutuhan akibatnya ia harus menggunakan tabungan atau berhutang.
Dengan demikian inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan diantara
anggotaanggota masyarakat, sehingga dampaknya saling berhubungan antara
konsumen, produsen dan pihak-pihak lain.
3.
Inflasi di Indonesia (Indeks Harga Konsumen)
Secara historis,
tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara
berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat
inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014, Indonesia memiliki
rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode yang sama. Bagian
ini mendiskusikan mengapa tingkat inflasi Indonesia tinggi, menyediakan
analisis mengenai tren-tren terbaru, dan memberikan proyeksi untuk inflasi masa
mendatang di Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia
Tenggara.
4.
Inflasi September 2016 Tercatat 0,22 Persen
Jakarta,
04/10/2016 Kemenkeu - Badan Pusat Statistik mencatat, terjadi inflasi sebesar
0,22 persen pada September 2016, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar
125,41. Dari 82 kota IHK, 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami
deflasi.
Secara rinci,
inflasi tertinggi terjadi di Sibolga, sebesar 1,85 persen dengan IHK 129,12.
Sementara, infrasi terendah terjadi di Purwokerto dan Banyuwangi, masing-masing
sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing 121,81 dan 121,84.
“Sementara, deflasi tertinggi terjadi di
Pontianak, sebesar 1,06 persen dengan IHK 133,94 dan terendah terjadi di
Kendari, sebesar 0,01 persen dengan IHK 121,65,” jelas Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan
resminya pada Senin (03/10).
Lebih lanjut ia
mengungkapkan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan
oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau 0,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik,
gas, dan bahan bakar 0,29 persen; kelompok sandang 0,13 persen; kelompok kesehatan
0,33 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,52 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,19 persen. Sementara,
kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok bahan makanan 0,07
persen.
Tingkat inflasi tahun
kalender (Januari–September) 2016 tercatat sebesar 1,97 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 3,07
persen.
Komponen inti pada
September 2016 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen; tingkat inflasi komponen
inti tahun kalender (Januari–September) 2016 sebesar 2,58 persen; dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar
3,21 persen.
5.
Inflasi Terendah : Inflasi Pada Tahun 2015 Hanya
3,35 Persen
JAKARTA,
KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK)
bulan Desember 2015 mengalami inflasi 0,96 persen. Dengan demikian inflasi
Januari-Desember 2015 sebesar 3,35 persen.
Kepala BPS
Suryamin menuturkan, inflasi tahunan 2015 merupakan yang terendah lima tahun
terakhir sejak 2010. Pada 2010, inflasi tahun kalendernya tercatat sebesar 6,96
persen. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat sebesar 3,79 persen.
Pada tahun 2012,
inflasi tahun kalender tercatat sebesar 4,3 persen, dan pada tahun 2013 inflasi
tahun kalendernya sebesar 8,38 persen.
"Pada tahun
2014 inflasi tahun kalender sebesar 8,36 persen. Sehingga inflasi 2015 yang
sebesar 3,35 persen ini masuk dal batas bawah target pemerintah yang sebesar 4
plus minus 1 persen," ujar Suryamin dalam paparan, Senin (4/1/12016).
Adapun inflasi
Desember 2015 yang sebesar 0,96 persen disebabkan utamanya oleh bahan makanan.
Pada bulan
Desember, inflasi bahan makanan paling tinggi dari semua kelompok pengeluaran
yaitu sebesar 3,2 persen. Inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,5 persen, sedangkan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar sebesar 0,4 persen.
Suryamin
menjelaskan lebih jauh, inflasi kelompok sandang sebesar 0,09 persen dan
kesehatan sebesar 0,24 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
inflasinya pada bulan Desember 2015 sebesar 0,06 persen. Dan kelompok
transportasi, telekomunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,45
persen.
Suryamin
menambahkan, inflasi tertinggi pada Desember 2015 terjadi di Merauke sebesar
2,87 persen. Sedangkan, inflasi terendah terjadi di Cirebon sebesar 0,27
persen.
"Inflasi
komponen inti Desember 2015 sebesar 0,23 persen. Sehingga inflasi komponen inti
tahun ke tahun sebesar 3,95 persen," ucap Suryamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ashroji, Annas.
2016. “Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan
Ekonomi Masyarakat”. http://www.kompasiana.com/annasashroji/dampak-inflasi-terhadap-kegiatan-ekonomi-masyarakat_57ff292483afbd451676da74
(diakses pada tanggal 14 Juni 2017)
Anonim. 2015. “Pengertian, Penyebab, Jenis dan Dampak
Inflasi”. http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-inflasi-jenis-dampak-penyebab.html
(diakses pada tanggal 14 Juni 2017)
Bank Dunia.
2017. “Inflasi di Indonesia (Indeks Harga
Konsumen)”. https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-indonesia/item254?
(diakses pada tanggal 14 Juni 2017)
Anonim. 2016. “Inflasi September 2016 Tercatat 0,22 Persen”.
https://www.kemenkeu.go.id/Berita/inflasi-september-2016-tercatat-022-persen
(diakses pada tanggal 14 Juni 2017)
Suryowati, Estu.
2016. “Terendah Lima Tahun Terakhir,
Inflasi 2015 Hanya 3,35 Persen”. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/01/04/114926926/Terendah.Lima.Tahun.Terakhir.Inflasi.2015.Hanya.3.35.Persen
(diakses pada tanggal 14 Juni 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.