Inflasi adalah
suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan
dalam waktu yang panjang. Kebijakan moneter adalah proses mengatur
persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu;
seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
PENDAHULUAN
Kebijakan moneter
adalah semua tindakan atau upaya bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan
variabel moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka
tujuan kebijakan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran
makroekonomi antara lain : pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja,
stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut
merupakan tujuan akhir kebijakan moneter.
Idealnya, semua sasaran
akhir kebijakan moneter tersebut dapat dicapai secara bersamaan dan
berkelanjutan. Namun, pengalaman di banyak negara termasuk di Indonesia
menunjukkan hal yang dimaksud sulit dicapai, bahkan ada kecenderungan bersifat
kontradiktif. Misalnya kebijakan moneter yang kontraktif untuk menekan laju
inflasi dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
kesempatan kerja. Di samping itu, pengalaman empiris menunjukkan bahwa
perekonomian memburuk karena kebijakan moneternya memiliki tujuan ganda
(multiple objectives). Untuk alasan ini, mayoritas bank sentral termasuk BI
fokus pada sasaran tunggal (single objective) yaitu mewujudkan dan memelihara
kestabilan moneter (Ismail, 2006).
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
Saja Jenis-Jenis Inflasi
2. Penyebab
Terjadinya Inflasi
3. Bagaimanakah
Kebijakan Moneter Mengatasi Inflasi Itu Sendiri
4. Tujuan
Kebijakan Moneter
5. Bagaimana
Peran dan Fungsi Kebijakan Moneter
PEMBAHASAN
1. Jenis-Jenis
Inflasi
Menururt Riessfelt
(2016), Jenis-jenis inflasi atau macam-macam inflasi dapat dibedakan
berdasarkan tingkat keparahan, sumber dan penyebabnya.
A.) Jenis-Jenis
Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya.
Berdasarkan tingkat
keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan, sedang, berat, dan sangat
berat.
1) Inflasi
ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu
keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah dikendalikan. Harga-harga yang
naik secara umum, namun belum menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi
ringan berada di bawah 10% per tahun.
2) Inflasi
sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini
bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang
berkisar antara 10%-30% per tahun.
3) Inflasi
berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat
ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada umumnya orang
mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga pada tabungan lebih rendah
daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.
4) Inflasi
sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan kondisi
perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100% keatas setiap
tahun.
B.) Jenis-Jenis
Inflasi Berdasarkan Sumbernya.
Berdasarkan sumbernya,
inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar negeri dan inflasi yang
bersumber dari dalam negeri.
1) Inflasi
yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada kenaikan harga
di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara yang saling berhubungan
dalam perdagangan. Bila suatu negara mengimpor barang pada negara yang
mengalami inflasi, maka otomatis kenaikan harga tersebut (inflasi) akan
memengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh,
Indonesia banyak mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara
itu harga barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh
di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi.
2) Inflasi
yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari dalam negeri
dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan
anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri juga dapat terjadi
karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan penawaran pada suatu jenis
barang berkurang, sedangkan permintaan tetap, sehingga harga-harga akan naik.
C.) Jenis-Jenis
Inflasi Berdasarkan Penyebabnya.
Berdasarkan
penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena kenaikan permintaan
dan inflasi karena biaya produksi
1) Inflasi
karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi
produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik. Hal ini sesuai dengan
hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga
cenderung naik.
2) Inflasi
karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga
penawaran barang naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi.
2. Penyebab
Terjadinya Inflasi
Inflasi disebabkan oleh
kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut untuk
kedua penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut :
A.) Inflasi
karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation).
Inflasi seperti ini
terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam
hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat (aggregate demand).
Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada
pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan
permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat
(aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.
B.) Inflasi
karena biaya produksi (Cos Pull Inflation).
Inflasi seperti ini
terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi
terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena
keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga
bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan
terjadilah inflasi.
C.) Inflasi
karena jumlah uang yang beredar bertambah.
Teori ini diajukan oleh
kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar
dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah
dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang
beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem anggaran
defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang baru yang
mengakibatkan harga-harga naik.
3. Kebijakan
Moneter Mengatasi Inflasi
A.) Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation), Operasi pasar terbuka adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah
akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
B.) Fasilitas
Diskonto (Discount Rate), Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit
yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank
umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
C.) Rasio
Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio), Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
D.) Himbauan
Moral (Moral Persuasion), Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
4. Tujuan Kebijakan
Moneter
A.) Menjaga
kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan
pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
B.) Menjaga
kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara
jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar
C.) Mengedarkan
mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
D.) Mempertahankan
keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat
harga.
E.) Distribusi
likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
F.) Membantu
pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui
sumber penerimaan yang normal.
G.) Meningkatkan
kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan
investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan
membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.
H.) Memperbaiki
neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam
negeri atau sebaliknya.
5. Peran dan
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter
memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi kebijakan moneter adalah
sebagai berikut :
A.) Peran
Kebijakan Moneter
1.) Mempertahankan
iklim investasi. Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan
tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah.
Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi atau
usaha baru.
2.) Memperluas
kesempatan kerja. Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi
berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan
tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
3.) Menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta
kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4.) Memperbaiki
kondisi neraca pembayaran. Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika
mengalami surplus atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi
tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs
sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs
maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs
tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah
dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk
dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume ekspor (menciptakan
neraca pembayaran yang surplus).
5.) Menjaga
kestabilan nilai kurs mata uang. Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil
sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa
operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah
merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan
intervensi pasar dengan menjual dollar.
6.) Menjaga
kestabilan harga barang dan jasa. Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga
barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk
menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan
moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang
yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak
stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar
jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa
dapat dikurangi.
7.) Menurunkan
laju inflasi. Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat
melakukan kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB).
Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat
berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk
menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk
itu, dengan kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan
cadangan minimum dari bank-bank umum.
B.) Fungsi
Kebijakan Moneter
1.) Kebijakan
moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan moneter sebagai sebuah cara, dipergunakan untuk mencapai
tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan, di antaranya adalah untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran yang
defisit, dan menjaga stabilitas nilai uang.
KESIMPULAN
Inflasi adalah suatu
keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dalam
waktu yang panjang. Inflasi secara umum dapat terjadi karena jumlah uang
beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala
ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang
dilakukan biasanya hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya.
Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa salah satunya
adalah kebijakan moneter.
DAFTAR PUSTAKA
Natsir. M. 2009.
Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia
Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1. Dalam jurnal
dinamika vol. 13, no. 3, 3 September 2009:288-307. https://ejournal.stiesia.ac.id/ekuitas/article/view/2148/1988
Anonim. 2015. Kebijakan
Moneter dan Kebijakan Fiskal. http://studentshareid.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal.html
Bella. Alvernathea.
2012. Bagaimana Cara Kebijakan Moneter Mengatasau Inflasi. https://anjarbellasgoblog.wordpress.com/2012/10/24/bagaimana-cara-kebijakan-moneter-mengatasi-inflasi/
Ismiyati. Tri. 2017.
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal.
Riessfelt. 2016.
Makalah Inflasi dan Kebijakan Moneter. http://kolaynf.blogspot.co.id/2016/05/makalah-inflasi-dan-kebijakan-moneter.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.