Pertumbuhan Ekonomi Di Gorontalo
Gubernur
Gorontalo Rusli Habibie, Kamis (4/8/2016) mengatakan bahwa untuk tahun 2016
pada triwulan I pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan
yakni mencapai 6,61 persen, jika dibandingkan periode yang sama tahun 2015 lalu
yang hanya sebesar 4,76 persen.
"Kami terus berupaya agar pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor terus mengalami peningkatan," kata Rusli.
"Kami terus berupaya agar pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor terus mengalami peningkatan," kata Rusli.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi pada sejumlah sektor yakni pertanian sebesar 1,73 persen, jasa keuangan dan asuransi 15,18 persen, informasi da komunikasi 10,14 persen dan sektor pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang serta pengadaan air pertumbuhannya mencapai 10,36 persen.
"Masih
banyak potensi yang bisa meningkatan roda perkonomian di kabupaten dan kota,
yang belum terkelola dengan optimal," kata Rusli.
Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Suryono mengatakan pertumbuhan
ekonomi Gorontalo pada awal tahun 2017 diprediksi meningkat dari triwulan
sebelumnya.
Perekonomian Provinsi Gorontalo pada triwulan I/ 2017 diperkirakan pada kisaran 6,2 hingga 6,6 persen
Sumber utama pertumbuhan perekonomian diperkirakan masih bersumber dari permintaan domestik, sementara perbaikan dari sisi eksternal seperti halnya investasi masih relatif terbatas.
Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) dan ekspor akan menjadi pendorong utama kinerja perekonomian Gorontalo triwulan I 2017, seiring masuknya musim panen raya komoditas pertanian utama Gorontalo dan pelaksanaan Pilkada Gubernur dan Calon Gubernur pada Februari.
Perekonomian Provinsi Gorontalo pada triwulan I/ 2017 diperkirakan pada kisaran 6,2 hingga 6,6 persen
Sumber utama pertumbuhan perekonomian diperkirakan masih bersumber dari permintaan domestik, sementara perbaikan dari sisi eksternal seperti halnya investasi masih relatif terbatas.
Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) dan ekspor akan menjadi pendorong utama kinerja perekonomian Gorontalo triwulan I 2017, seiring masuknya musim panen raya komoditas pertanian utama Gorontalo dan pelaksanaan Pilkada Gubernur dan Calon Gubernur pada Februari.
Disisi lain,
inflasi inti diperkirakan pada tingkat yang relatif stabil.
"Melihat prospek kedepan, perekonomian Gorontalo untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan membaik dibandingkan tahun 2016 dengan tingkat pertumbuhan pada kisaran 6,0 hingga 6,4 persen," tambahnya.
Sumber utama peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 berasal dari masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor.
"Melihat prospek kedepan, perekonomian Gorontalo untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan membaik dibandingkan tahun 2016 dengan tingkat pertumbuhan pada kisaran 6,0 hingga 6,4 persen," tambahnya.
Sumber utama peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 berasal dari masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor.
Faktor Kemiskinan di Gorontalo
Menurut Dwi Faktor Kemiskinan ada 3 macam Yaitu :
Pergeseran arah studi
Menurut Dwi, Dalam banyak kasus, kemiskinan selalu
dipandang dari perspektif makro. Studi-studi kemiskinan pada umumnya lebih
fokus pada aspek relasional antara kebijakan makro dan kemiskinan, misalnya
dampak subsidi BBM terhadap kemiskinan, dampak BLT terhadap taraf hidup
penduduk miskin, dampak kenaikan harga beras terhadap angka kemiskinan, dan
seterusnya.
Pembaharuan desain perencanaan
Pendekatan
terkini dalam perencanaan pembangunan lebih menekankan pada efisiensi dan
efektifitas. Perencanaan tidak lagi bertumpu pada “apa yang akan dilakukan”
melainkan “apa yang mau dicapai”. Dalam ranah perencanaan, ini disebut dengan
“perencanaan berbasis sasaran”, atau biasa juga disebut “perencanaan berbasis
kinerja (performance based planning)”.
Pergeseran cara pandang
Semakin kuat
disadari bahwa masalah kemiskinan tidak akan pernah selesai hanya karena
menggunakan cara pandang ekonomi dan sosial. Dimensi moral penting digunakan
dalam memandang persoalan kemiskinan. Proses pembangunan yang berlangsung
selama ini telah melahirkan fenomena kemiskinan dengan ciri sosial-moral yang
amat kental, misalnya keterbelakangan, keterpencilan, ketidakberdayaan dan
ketersisihan. Ciri ini, bahkan seringkali dianggap sebagai derivasi paling
buruk dari fenomena kemiskinan. Ciri ini hanya bisa dieliminasi jika dimensi
moral lebih dikedepankan dalam memandang persoalan kemiskinan.
Adapun
faktor penyebab kemiskinan di daerah Gorontalo diantaranya, kenaikan harga
beras dan Bahan Bakar Minyak (BBM) secara nasional seiring meningkatnya harga
minyak dunia. Rendahnya pendapatan perkapita, tingkat pendidikan, angka
pengangguran yang tinggi serta derajat kesehatan yang rendah.
Penanggulangan
Menurut Dwi
seharusnya pada tingkatan makro, “pemerintah daerah harus terus mengupayakan
agar pertumbuhan ekonomi tetap berada dikisaran 7% s/d 8% per tahun. Dengan
laju pertumbuhan ekonomi seperti itu, diharapkan kesempatan kerja bisa
ditingkatkan dan angka pengangguran bisa ditekan, sehingga pada gilirannya
angka kemiskinan dapat diturunkan. Bersamaan dengan upaya tersebut, tingkat
kenaikan harga (inflasi), terutama untuk barang-barang konsumsi rumah tangga
penduduk miskin, perlu terus dikendalikan. Ini penting, bukan hanya untuk mempertahankan
“daya beli” masyarakat miskin, tetapi juga untuk menjaga posisi “nilai tukar”
penduduk miskin atas barang-barang konsumsi.”
Pada
tingkatan mikro, “program-program yang diarahkan untuk mendorong peningkatan
produktivitas penduduk miskin harus terus diupayakan dan ditingkatkan
intensitas dan jangkauannya. Bersamaan dengan itu, upaya menurunkan “beban
pengeluaran” penduduk miskin tetap harus dilanjutkan, misalnya melalui
pemberian bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, subsidi beras, bantuan perumahan,
bantuan langsung tunai, dan berbagai bentuk transfer payment lainnya.”
Pada aspek
fokus penanganan,” program penanggulangan kemiskinan perlu diarahkan ke
wilayah-wilayah perdesaan, yang selama ini menjadi tempat bermukim sebagian
besar penduduk miskin. Perbaikan infrastruktur dasar perdesaan (seperti jalan
desa, irigasi, air bersih, listrik, dll.), peningkatan aksessibilitas terhadap
sumberdaya, peningkatan layanan dasar, pemberian skim kredit mikro, pemenuhan
hak-hak dasar, dan sebagainya, merupakan sejumlah program yang layak
direkomendasikan di masa depan. Program semacam ini, di banyak tempat, terbukti
efektif mengurangi angka kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat.”
DAFTAR
PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.