@A19-Fikri
PENDAHULUAN
Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) adalah propinsi terkecil di Jawa dengan penduduk hanya 3,1 juta jiwa (2000). Pada akhir dekade enam puluhan propinsi ini dikenal sebagai propinsi termiskin No.3 dari bawah sesudah propinsi NTT dan NTB, karena 47% wilayahnya yaitu kabupaten Gunung kidul, merupakan wilayah tandus.
Sebagian besar kabupaten Gunung kidul, kabupaten Kulon progo, dan sebagian kecil wilayah kabupaten Bantul adalah daerah kering yang tidak berpengairan, sehingga makanan pokok penduduknya bukan beras tetapi ketela pohon yang dikeringkan yang disebut gaplek.
PEMBAHASAN
Berikut permasalahan ekonomi di Kota Yogyakarta
a.
Masalah Fisik Alam
Letak geografis Kota Yogyakarta yang
terletak antara Gunung Merapi dan Samudera Hindia menimbulkan permasalahan
terkait resiko terjadinya bencana alam berupa gempa bumi vulkanik dan tektonik.
Selain itu, Kota Yogyakarta juga terlewati oleh Sungai Code, Winongo, dan Gajah
Wong yang apabila musim hujan berpotensi menimbulkan banjir dan tanah longsor
di daerah aliran sungai yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh
pemerintah Kota Yogyakarta karena bagian hulu dan penyangga berada di luar
wewenang Kota Yogyakarta.
b.
Masalah Lingkungan dan Sosial
Kota Yogyakarta terus mengalami
perkembangan baik dilihat dari segi aktivitas maupun jumlah penduduknya. Dari Civic
Center (CBD) yang ada kemudian muncul Civic Center baru karena
adanya perkembangan-perkembangan tersebut. Perkembangan inilah yang memberi
implikasi bagi semakin berkurangnya ruang terbuka di Kota Yogyakarta. Apalagi
setelah adanya kebijakan APY antara Kota Yogyakarta yang berdampak bagi semakin
meluasnya kawasan permukiman, komersial, dan berkembanganya jalur transportasi.
Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi juga memberi dampak bagi pertambahan
sarana dan prasarana akibat perkembangan kebutuhan penduduk kota, dimana jika
dalam pengelolaan sarana dan prasarana ini kurang baik, maka masalah perkotaan
seperti lingkungan kumuh, munculnya bangunan liar, menurunnya jumlah kualitas
dan kuantitas, dan permasalahan terkait limbah akan semakin meningkat sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Selain itu, dampak
lainnya dalam kehidupan sosial budaya adalah terjadinya pergeseran tradisi dan mulai
melunturnya tradisi-tradisi kuno diakibatkan masuknya efek-efek moderinasi dan
pengaruh globalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Masalah Transportasi
Permasalahan yang sangat mencolok
yang terjadi di Kota Yogyakarta ini adalah masalah transportasi, dimana masih
sering ditemuinya kemacetan-kemacetan terutama di kawasan pusatnya. Kawasan
pusat yang dijadikan sebagai pusat perkonomian secara tidak langsung memberi
dampak bagi transportasi juga. Banyak ditemukan kendaraan-kendaraan yang parkir
secara on street karena terbatasnya lahan parkir yang ada. Disebabkan
pula oleh kendaraan tidak bermotor seperti dokar dan becak yang parkir secara
sembarangan sehingga menambah tingkat kemacetan lalu lintas. Banyaknya volume
kendaraan yang melintas juga menyebabkan kawasan pusat ini rentan macet.
Permasalahan lainnya seperti masih adanya permukiman padat yang muncul di
sekitar pusat kota Yogyakarta ini. Permukiman ini dimungkinkan merupakan
permukiman kecil yang muncul karena adanya migran dari berbagai daerah yang
ingin menetap di dekat pusat kota sebagai upaya meminimalkan biaya dan jarak
tempuh menuju pusat kota.
Jumlah penduduk yang semakin
bertambah, diikuti dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan
bermotor memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta.
Sumber dari PUSTRAL menyatakan bahwa di Kota Yogyakarta rata-rata setiap
bulannya terjual 6.000 sepeda motor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda
dua di kota Yogyakarta telah menggantikan alat transportasi lain misalnya bus
yang hanya beroperasi sebanyak 591 bus dan dapat kita cermati banyak yang hanya
mengangkut sedikit penumpang. Padahal, panjang jalan di kota hanya
224,86 kilometer. Tak heran, di sejumlah ruas jalan vital, seperti jalan
Malioboro dan sekitarnya kerap terjadi kemacetan yang cukup panjang.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
permasalahan transportasi di kota Yogyakarta dipengaruhi oleh:
- Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan bila dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan yang berakibat pada meningkatnya volume lalu lintas.
- Meningkatnya mobilitas orang, barang, jasa dan pariwisata.
- Kurang disiplinnya pengemudi.
- Menurunnya kondisi fisik angkutan.
- Permasalahan tarif dan rute atau trayek.
- Manajemen lalulintas yang kurang baik
- Ketidakterpaduan pengelolaan sistem transportasi.
- Pengembangan kota yang tidak diikuti dengan sturktur tata guna lahan yang serasi (tata ruang belum terpadu
d. Masalah
Menyempitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Permasalahan yang berkaitan dengan
ruang terbuka publik atau ruang terbuka hijau secara umum terkait dengan
beberapa tantangan tipikal perkotaan, separti menurunnya kualitas lingkungan
hidup di kawasan perkotaan dan di lingkungan permukiman warga, pencemaran udara
yang semakin meningkat dengan semakin tingginya laju pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan bahan bakar minyak, dan perubahan perilaku sosial masyarakat yang
cenderung kontra- produktif dan individual sehingga menurunnya tingkat
kepedulian terhadap lingkungan.
Peningkatan kepadatan lalu lintas di
Kota Yogyakarta berimplikasi bagi meningkatnya tingkat polusi udara di kota
ini. Ini disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang melintas. Masalah penurunan
kualitas udara sehat dan bersih di Kota Yogyakarta juga disebabkan karena
semakin berkurangnya pepohonan sebagai akibat dari adanya alih fungsi lahan
menjadi kawasan budidaya baik untuk kawasan permukiman maupun kawasan
komersial. Berkurangnya daerah penyangga yang walaupun berada di luar wewenang
Kota Yogyakarta juga turut memberi akibat bagi penurunan kualitas udara kota
e.
Masalah Kualitas Air Bersih
Masalah lain terkait prasarana di
Kota Yogyakarta adalah tentang kualitas air bersih. Terjadinya pencemaran air
disebabakan oleh buangan limbah baik limbah rumah tangga maupun industri yang
tidak memperhatikan aturan pembuangan limbah. Selain itu, disebabkan pula oleh
sumber air dari bagian hulu yang airnya bercampur dengan lumpur akibat gerusan
tanah karena erosi dan penggundulan vegetasi di perbukitan dan hutan. Walaupun
pihak pemerintah telah memberikan bantuan jaringan PDAM dengan sistem perpipaan
dan non-perpipaan, namun cakupan pelayanannya baru sekitar 60% saja
f.
Masalah Kependudukan
Tingkat urbanisasi Kota Yogyakarta
cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya daya tarik lokal kota berupa
pariwisata serta pendidikan. Kedua hal inilah yang menyebabkan peningkatan
tingkat migrasi penduduk untuk mau tinggal dan beraktivitas di kota ini. Adanya
migrasi penduduk ini berimplikasi bagi meningkatnya angka kemiskinan dan
pengangguran Kota Yogyakarta.
Tantangan Pembangunan Kota
Yogyakarta
Dari permasalahan yang telah
dijabarkan di atas, dapat disimpulkan mengenai tantangan yang dihadapi dalam
pembangunan Kota Yogyakarta, antara lain :
- Kondisi Fisik
–
Ancaman bahaya yang disebabkan oleh kondisi alam.
–
Minimnya penanganan evakuasi warga saat bahaya tiba.
–
Kurangnya kesadaran masyarakat yang bermukim di area yang memiliki bahaya
geologi tinggi.
- Transportasi
–
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
–
Berkurangnya kedisiplinan pengemudi.
–
Ketidakpedulian pengelolaan sistem transportasi.
–
Menurunnya minat dalam menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi.
–
Buruknya manajemen lalu lintas.
- Ruang Terbuka Hijau
–
Semakin berkurangnya lahan terbuka hijau disebabkan alokasi lahan sebagai lahan
permukiman.
–
Menurunnya tingkat kepedulian masyarakat akan keadaan lingkungan.
Strategi Intervensi Pembangunan Kota
Yogyakarta
Menanggapi tantangan di atas, diperlukan strategi intervensi
yang mampu mengatasi tantangan tersebut. Strategi intervensi tersebut antara
lain :
a. Kondisi fisik
- Meningkatkan evakuasi korban melalui pelatihan-pelatihan agar korban yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut mampu secara cepat dan teoat ditangani.
- Melakukan sosialisasi dan pemberitahuan mengenai lahan-lahan yang berpotensi bahaya sehingga dapat mencegah dan meminimalisir korban akibat bencana.
b. Transportasi
- Membatasi kepemilikan kendaraan bermotor dengan mengadakan regulasi yang ketat.
- Membuat regulasi yang mengikat bagi para pengendara kendaraan bermotor agar dapat tertib berlalu lintas.
- Melakukan perbaikan dalam pengelolaan sistem lalu lintas dan transportasi.
- Pengembangan kualitas kendaraan umum sebagai alat transportasi melalui peremajaan
- Melestarikan dan mendukung keberadaan angkutan-angkutan umum yang bersifat non-motorized seperti andong, becak sebagai salah satu penunjang aktivitas pariwisata sehingga penggunaan angkutan umum bersifat motorized bisa diminimalkan
- Menggiatkan pengadakan event-event khusus seperti car free day dan gerakan gemar bersepeda sebagai salah satu langkah meminimalkan dampak lingkungan akibat transportasi.
c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Membuat dan merealisasikan peraturan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) sebagai produk tata ruang yang mampu mengendalikan aktivitas pembangunan yang secara tak langsung berimplikasi bagi keberadaan RTH yang makin menyempit.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan melalui gerakan-gerakan yang mampu mengajak masyarakat untuk dapat peduli terhadap lingkungan.
- Memultifungsikan RTH yang ada sebagai ruang terbuka publik yang dapat berfungsi sosial dan ekonomis.
PENUTUP
Pelajaran lain yang dapat ditarik dari masyarakat Yogyakarta adalah pengembangan (sistem) ekonomi moral (moral economy) yaitu aturan main hidup berekonomi yang tidak semata-mata efisien, tetapi efisien dan sekaligus adil. Inilah keadilan ekonomi yaitu aturan main hubungan-hubungan ekonomi yang didasarkan pada etika, yang pada gilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, hukum Tuhan, dan sifat-sifat Sosial manusia. John Rawls dalam The Theory of Justice menegaskan bahwa sistem ekonomi yang adil adalah yang dapat menjamin hasil paling besar bagi mereka yang paling miskin atau tertinggal. Jadi untuk masyarakat Yogyakarta, berkembangnya ekonomi rakyat berkat kebijakan pemerintah yang memihak pada rakyat atau orang miskin membuktikan telah berkembangnya (sistem) ekonomi moral yang dimaksud.
Dengan demikian "kontradiksi telah terjawab, dan kontradiksi sebenarnya tidak ada. Rakyat atau penduduk Yogyakarta sebenarnya tidak pernah merasa miskin. Orang Yogya yang tidak terlalu mementingkan atau tidak menomorsatukan kehidupan materi atau pemupukan harta, menempatkan pendidikan dan kesehatan pada urutan teratas pengeluarannya. Hasilnya kualitas SDM-nya tinggi.
Pelajaran lain yang dapat ditarik dari masyarakat Yogyakarta adalah pengembangan (sistem) ekonomi moral (moral economy) yaitu aturan main hidup berekonomi yang tidak semata-mata efisien, tetapi efisien dan sekaligus adil. Inilah keadilan ekonomi yaitu aturan main hubungan-hubungan ekonomi yang didasarkan pada etika, yang pada gilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, hukum Tuhan, dan sifat-sifat Sosial manusia. John Rawls dalam The Theory of Justice menegaskan bahwa sistem ekonomi yang adil adalah yang dapat menjamin hasil paling besar bagi mereka yang paling miskin atau tertinggal. Jadi untuk masyarakat Yogyakarta, berkembangnya ekonomi rakyat berkat kebijakan pemerintah yang memihak pada rakyat atau orang miskin membuktikan telah berkembangnya (sistem) ekonomi moral yang dimaksud.
Dengan demikian "kontradiksi telah terjawab, dan kontradiksi sebenarnya tidak ada. Rakyat atau penduduk Yogyakarta sebenarnya tidak pernah merasa miskin. Orang Yogya yang tidak terlalu mementingkan atau tidak menomorsatukan kehidupan materi atau pemupukan harta, menempatkan pendidikan dan kesehatan pada urutan teratas pengeluarannya. Hasilnya kualitas SDM-nya tinggi.
Sumber web :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.