Oleh :
Afifah Indra Pritasari
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan rumah tangga yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya minyak goreng yang digunakan sekarang ini merupakan minyak goreng kelapa sawit. Berdasarkan estimasi statistik tahun 2007, rata-rata konsumsi per kapita di Indonesia mencapai 10,4 kg per tahun. Oleh karena itu, kali ini kita aan membahas tentang permintaan minyak goreng di Indonesia.
Darmawan, Rusastra dan Sjafa'at,
mengungkapkan prospek penawaran dan permintaan minyak goreng pada tahun
1985-2000 dapat diperoleh gambaran sebagai berikut.
Darmawan, Rusastra dan Sjafa’at juga mengungkapkan tentang
proyeksi permintaan minyak goreng di Indonesia bahwa elastisitas permintaan
minyak goreng di Indonesia secara agregat adalah 0.46839. Selan jutnya apabila
diperhitungkan kenaikan pendapatan adalah 5 persen per tahun dan kenaikan
penduduk adalah 2 persen setiap tahunnya maka konsumsi minyak goreng per kapita
akan meningkat dari 4,4892 kg/tahun pada tahun 1978 menjadi 6,81 kg/tahun pada
tahun 1980, dan 10,64 kg/tahun pada tahun 2000.
Rosalina, Hamidi, Jahrizal
(2014), mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan
konsumen terhadap minyak goreng di Kota Dumai, antara lain pendapatan, jumlah penduduk,
dan harga.
a. Faktor
Pendapatan
Perubahan
penghasilan konsumen (dalam arti normal) dengan asumsi ceteris paribus pada
umumnya dapat mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta (konsumsi)
terutama untuk jenis barang normal dan superior. Kenaikkan tingkat pendapatan
konsumen rumah tangga akan mendorong kenaikan konsumsi dan sebaliknya penurunan
pendapatan konsumen rumah tangga akan mendorong berkurangnya konsumsi untuk
barang tersebut.
b. Faktor
Jumlah Penduduk
Jumlah anggota
rumah tangga responden dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang atau
keluarga. Identiknya jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak cenderung
pengeluaran untuk konsumsi jga akan banyak, dan sebaliknya pada anggota rumah
tangga yang sedikit tentu pengeluaran untuk konsumsi juga sedikit.
c. Faktor
Harga
Harga merupakan
tingkat kemampuan suatu barang yang dapat dipertukarkan dengan barang lain yang
nilainya ditentukan dengan satuan uang. Suatu barang dibutuhkan oleh seseorang
karena barang tersebut memiliki nilai guna, bahkan seseorang ingin mengorbankan
apa saja guna memperoleh barang yang disukainya. Hal ini terjadi karena
beberapa alasan, disamping memiliki nilai tambah yang menguntungkan.
Rosalina, Hamidi, Jahrizal (2014), mengungkapkan bahwa
terdapat perbandingan antara minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan
yang ada di pasaran, khusus yang ada di kota Pekanbaru.
Dengan demikian terlihat bahwa pada tingkat pendapatan yang
relatif rendah permintaan responden terhadap minak goreng curah/kiloan lebih
besar apabila dibandingkan dengan minyak goreng kemasan dan sebaliknya semakin
tinggi pendapatan responden maka permintaan terhadap minyak goreng kemasan akan
semakin besar pula dibandingkan dengan minyak goreng kiloan.
Disamping faktor pendapatan, faktor lain yang mempengaruhi
permintaan terhadap minyak goreng adalah harga minyak goreng itu sendiri.
Semakin tinggi harga minyak goreng maka permintaan akan semakin turun.
Dapat disimpulkan bahwa permintaan minyak goreng dari tahun
1978 sampai dengan tahun 2000 terus meningkat. Dan juga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi meningkatnya permintaan dari minyak goreng tersebut
diantaranya adalah pendapatan, jumlah penuduk serta hahrga.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal D. H. A Darmawan, I. W .Rusastra, dan N. Sjafa’at.
Kajian Permintaan Minyak Goreng Pada Berbagai Golongan Pendapatan Dan Segmen
Pasar Di Indonesia.
Jurnal S. Rosalina, W. Hamidi, dan Jahrizal. 2014. Analisis
Konsumen Terhadap Minyak Goreng di Kota Dumai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.