.

Senin, 20 Maret 2017

Permintaan Minyak Goreng di Indonesia

@A13-Afifah

Oleh :
Afifah Indra Pritasari

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan rumah tangga yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya minyak goreng yang digunakan sekarang ini merupakan minyak goreng kelapa sawit. Berdasarkan estimasi statistik tahun 2007, rata-rata konsumsi per kapita di Indonesia mencapai 10,4 kg per tahun. Oleh karena itu, kali ini kita aan membahas tentang permintaan minyak goreng di Indonesia.

Darmawan, Rusastra dan Sjafa'at, mengungkapkan prospek penawaran dan permintaan minyak goreng pada tahun 1985-2000 dapat diperoleh gambaran sebagai berikut.



Darmawan, Rusastra dan Sjafa’at juga mengungkapkan tentang proyeksi permintaan minyak goreng di Indonesia bahwa elastisitas permintaan minyak goreng di Indonesia secara agregat adalah 0.46839. Selan jutnya apabila diperhitungkan kenaikan pendapatan adalah 5 persen per tahun dan kenaikan penduduk adalah 2 persen setiap tahunnya maka konsumsi minyak goreng per kapita akan meningkat dari 4,4892 kg/tahun pada tahun 1978 menjadi 6,81 kg/tahun pada tahun 1980, dan 10,64 kg/tahun pada tahun 2000.

Rosalina, Hamidi, Jahrizal (2014), mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap minyak goreng di Kota Dumai, antara lain pendapatan, jumlah penduduk, dan harga.

a.       Faktor Pendapatan
Perubahan penghasilan konsumen (dalam arti normal) dengan asumsi ceteris paribus pada umumnya dapat mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta (konsumsi) terutama untuk jenis barang normal dan superior. Kenaikkan tingkat pendapatan konsumen rumah tangga akan mendorong kenaikan konsumsi dan sebaliknya penurunan pendapatan konsumen rumah tangga akan mendorong berkurangnya konsumsi untuk barang tersebut.

b.      Faktor Jumlah Penduduk
Jumlah anggota rumah tangga responden dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang atau keluarga. Identiknya jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak cenderung pengeluaran untuk konsumsi jga akan banyak, dan sebaliknya pada anggota rumah tangga yang sedikit tentu pengeluaran untuk konsumsi juga sedikit.

c.       Faktor Harga
Harga merupakan tingkat kemampuan suatu barang yang dapat dipertukarkan dengan barang lain yang nilainya ditentukan dengan satuan uang. Suatu barang dibutuhkan oleh seseorang karena barang tersebut memiliki nilai guna, bahkan seseorang ingin mengorbankan apa saja guna memperoleh barang yang disukainya. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, disamping memiliki nilai tambah yang menguntungkan.

Rosalina, Hamidi, Jahrizal (2014), mengungkapkan bahwa terdapat perbandingan antara minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan yang ada di pasaran, khusus yang ada di kota Pekanbaru.




Dengan demikian terlihat bahwa pada tingkat pendapatan yang relatif rendah permintaan responden terhadap minak goreng curah/kiloan lebih besar apabila dibandingkan dengan minyak goreng kemasan dan sebaliknya semakin tinggi pendapatan responden maka permintaan terhadap minyak goreng kemasan akan semakin besar pula dibandingkan dengan minyak goreng kiloan.

Disamping faktor pendapatan, faktor lain yang mempengaruhi permintaan terhadap minyak goreng adalah harga minyak goreng itu sendiri. Semakin tinggi harga minyak goreng maka permintaan akan semakin turun.
Dapat disimpulkan bahwa permintaan minyak goreng dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2000 terus meningkat. Dan juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya permintaan dari minyak goreng tersebut diantaranya adalah pendapatan, jumlah penuduk serta hahrga.


DAFTAR PUSTAKA

Jurnal D. H. A Darmawan, I. W .Rusastra, dan N. Sjafa’at. Kajian Permintaan Minyak Goreng Pada Berbagai Golongan Pendapatan Dan Segmen Pasar Di Indonesia.


Jurnal S. Rosalina, W. Hamidi, dan Jahrizal. 2014. Analisis Konsumen Terhadap Minyak Goreng di Kota Dumai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.