@A14-Dinda
Oleh : Dinda Amalia
Permintaan minyak goreng di Indonesia
Abstrak
Semakin pentingya
kedudukan kelapa sawit sebagai bahan minyak goreng dan perolehan devisa telah
menyebabkan pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan
untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng sebagai salah satu bahan kebutuhan
pokok atau kepentingan untuk meningkatkan perolehan devisa, melalui ekspor
crude palm oil (CPO).
Mengingat bahwa industri
minyak goreng sawit Indonesia sampai saat ini masih belum berjalan dengan
kapasitas penuh, bahkan menurut beberapa survey hanya berkisar 50-60 persen
dari kapasitas terpasang, maka kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah
meningkatkan ketersediaan CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng. Untuk
itu pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan, baik melalui penghapusan bea
masuk pengenaan pajak ekspor serta alokasi CPO kepada Badan Urusan Logistik
(BULOG).
Kata Kuci : Permintaan,
Minyak goreng sawit
Pendahuluan
Minyak goreng adalah
salah satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa sawit.Dari tahun
1979-1998, luasareal perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat sebesar 11,3%
per tahun, produksi minyak sawitmeningkat sebesar 11,6% per tahun, dan ekspor
minyak sawit Indonesia meningkat 12,2% per tahun. Hal inimenunjukkan bahwa
komoditi minyak sawit Indonesia mempunyai peranan, potensi dan prospek yang
baikbagi perekonomian Indonesia.Dengan kondisi demikian maka industri minyak
goreng sawit Indonesia terus tumbuh dan berkembang.
Permasalahan
:
Dari pendahuluan
tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana permintaan minyak goreng di
Indonesia?
2.
Apa yang akan terjadi jika kebutuhan
minyak goreng semakin meningkat?
3.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia?
4.
Apa saja permasalahan kinerja yang dihadapi
industri minyak goreng sawit di Indonesia?
Pembahasan
:
Indonesia yang masuk ke dalam jajaran
negara yang memiliki penduduk terpadat di dunia ternyata memiliki tingkat
konsumsi yang relatif tinggi akan kebutuhan minyak goreng sawit. Hal ini terindikasi
dari rata-rata konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia setiap tahunnya dapat
mencapai 5,5 juta ton, atau 24 persen dari total produksi minyak goreng sawit
per tahun sebesar 23 juta ton. Fenomena peningkatan konsumsi ini terjadi
seiring dengan adanya peralih konsumen
penggunaan lemak-trans ke alternatif yang lebih sehat. Minyak sawit sering
digunakan sebagai pengganti lemak-trans karena merupakan salah satu lemak
nabati sangat jenuh yang berbentuk semi-padat pada suhu kamar, dan relatif
murah.
Dengan semakin
tingginya permintaan minyak goreng sawit telah menstimulasi pertumbuhan yang
signifikan pada industri pengolahan minyak goreng sawit di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlulah para pelaku industri minyak goreng sawit untuk memperhatikan
kinerjanya guna memenuhi permintaan pasar baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Akibat yang ditimbulkan
dari tingginya permintaan minyak goreng di Indonesia, yaitu kebutuhan CPO
sebagai bahan baku industri minyak goreng juga meningkat. Dari hasil pengujian
ditunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan permintaan bahan baku CPO untuk industri
minyak goreng maka akan diikuti dengan kenaikan jumlah penawaran CPO dipasar
domestik, walaupun kenaikan penawaran CPO dipasar domestik tidak sebesar
permintaan CPO. Apabila permitaan CPO untuk industri minyak goreng meningkat
sebesar 10 ribu ton maka penawaran CPO domestik juga akan meningkat tetapi
hanya sebesar 2,1 ribu ton, cateris paribus. Oleh karena itu untuk menutupi
kesenjangan lonjakan permintaan tersebut, pemerintah seringkali harus campur
tangan guna menjamin ketersediaan pasokan CPO.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia
1. Faktor
Produksi
Dalam
mewujudkan kinerja industri yang optimal haruslah didukung dengan faktor-faktor
produksi yang memadai. Faktor-faktor
produksi terdiri atas tanah (land), modal, skill, SDM, dan sarana dan
prasarana produksi. Dengan tersedianya lahan yang cukup untuk membuka perkebunan
kelapa sawit, industri minyak goreng sawit tidak akan kesulitan dalam
memperoleh bahan baku produknya. Dengan demikian, kinerja industri tersebut
dalam proses pengelolaan bahan baku tidak terhambat. Kemudian, untuk mengelola
suatu perkebunan dan industri dibutuhkan kuantitas dan kualitas SDM yang memadai. Dengan kuantitas SDM yang
mencukupi, maka kegiatan produksi akan berjalan dengan lancar. Namun, disamping
kuantitas ada hal yang harus dipertimbangkan, yaitu kualitas SDM. Semakin
tinggi kualitas dan skill yang dimiliki
tenaga kerja tersebut, maka akan memperbesar peluang memaksimalkan hasil
produksi.
2. Stabilitas Politik dan Keamanan
Unsur ini juga mengambil peran dalam
mewujudkan kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. Dengan kondisi
politik dan keamanan yang stabil cenderung membuat kondisi perekonomian berada
pada level yang baik pula. Tentunya hal ini akan menarik minat para investor
baik investor lokal maupun internasional untuk menanamkan modalnya di industri
minyak goreng sawit Indonesia.
3.Permintaan dan Penawaran
Minyak goreng sawit merupakan hasil
olahan dari CPO, sehingga apabila jumlah CPO
meningkat maka produksi minyak goreng sawit juga akan meningkat.
Hubungan ini sesuai dengan teori produksi, dimana fungsi produksi merupakan
hubungan matematik antara input dan outputnya. Sehubungan dengan itu, semakin
meningkatnya kebutuhan minyak goreng masyarakat, maka kebutuhan CPO sebagai
bahan baku industri minyak goreng juga meningkat.Bila hal ini terjadi, maka
industri akan memacu kinerja produksinya mencapai maksimal.
Permasalah
Kinerja yang Dihadapi Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia
1. Masalah lahan bagi pengembangan kebun
baru
2. Kebijakan moratorium hutan primer dan
lahan gambut justru dapat mempersulit penuntasan masalah lahan yang sebelumnya
telah dihadapkan dengan masalah RTRWP
3. Bea keluar CPO yang tinggi dan
bersifat progresif seperti berlaku sekarang ini terbukti tidak maksimal untuk
menekan volume ekspor CPO
Kesimpulan
:
1. Minyak
goreng adalah salah satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa
sawit.Dari tahun 1979-1998
2. Indonesia
masuk ke dalam jajaran negara yang memiliki penduduk terpadat di dunia ternyata
memiliki tingkat konsumsi yang relatif tinggi akan kebutuhan minyak goreng
sawit. Hal ini terindikasi dari rata-rata konsumsi minyak goreng sawit di
Indonesia setiap tahunnya dapat mencapai 5,5 juta ton, atau 24 persen dari
total produksi minyak goreng sawit per tahun sebesar 23 juta ton.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi, roni. 2017. Analisis penawaran dan
permintaan minyak sawit Indonesia. [online]. Tersedia: http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-72044.pdf
( Diakses 20 Maret 2017)
Anonim. 2015. Industri minyak goreng
Indonesia. [online]. Tersedia :
https://candlesinmyheart.wordpress.com/2015/04/02/industri-minyak-goreng-indonesia/
(diakses 20 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.