.

Jumat, 23 Mei 2025

Fenomena FOMO dalam Era Digital: Dampaknya terhadap Pola Konsumsi Generasi Z

 

Fenomena FOMO dalam Era Digital: Dampaknya terhadap Pola Konsumsi Generasi Z

Abstrak

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) merupakan sebuah kondisi psikologis yang semakin banyak dialami oleh masyarakat modern, khususnya Generasi Z yang merupakan generasi digital native. Dalam konteks era digital yang serba cepat dan terkoneksi, FOMO muncul sebagai respons terhadap tekanan sosial akibat eksposur berlebihan terhadap media sosial. Fenomena ini berimplikasi signifikan terhadap pola konsumsi Generasi Z, yang cenderung menjadi lebih impulsif, hedonistik, dan berorientasi pada validasi sosial. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif pengaruh FOMO terhadap perilaku konsumsi Generasi Z, dengan pendekatan literatur melalui kajian lima jurnal ilmiah, tiga di antaranya berasal dari Indonesia dan dua lainnya dari jurnal internasional. Pembahasan meliputi konsep FOMO, karakteristik Generasi Z, dampak terhadap pola konsumsi, serta rekomendasi strategis untuk mengelola dampak negatif dari fenomena tersebut.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara hidup masyarakat secara mendasar. Kehadiran internet dan media sosial tidak hanya memengaruhi cara individu berinteraksi, tetapi juga membentuk pola pikir dan perilaku konsumsi, khususnya di kalangan Generasi Z—yakni kelompok usia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Salah satu fenomena psikologis yang muncul dan berkembang akibat penetrasi media sosial adalah Fear of Missing Out atau FOMO.

FOMO dapat diartikan sebagai ketakutan yang dirasakan individu ketika merasa tertinggal dari suatu informasi, pengalaman, atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh orang lain, terutama yang terlihat melalui media sosial. Fenomena ini mendorong perilaku untuk terus mengikuti tren terbaru, terlibat dalam konsumsi berlebihan, dan mencari validasi sosial melalui pembelian barang atau jasa yang viral. Dalam konteks Generasi Z, fenomena ini menjadi semakin kompleks karena kelompok ini sangat terikat dengan teknologi dan budaya digital.

Konsep FOMO dan Karakteristik Generasi Z

Fear of Missing Out (FOMO) pertama kali diperkenalkan oleh Patrick J. McGinnis pada tahun 2004. FOMO didefinisikan sebagai kecemasan yang muncul akibat kesadaran bahwa orang lain mungkin sedang mengalami pengalaman yang lebih memuaskan atau menyenangkan daripada dirinya sendiri. Dalam era digital, kondisi ini diperparah oleh algoritma media sosial yang terus menampilkan informasi, aktivitas, dan pencapaian orang lain secara real-time, sehingga menimbulkan tekanan sosial tersendiri bagi para penggunanya.

Generasi Z merupakan kelompok yang paling terdampak oleh FOMO karena mereka tumbuh dan berkembang di tengah era digitalisasi. Mereka memiliki karakteristik khas, seperti melek teknologi, cepat menyerap informasi, serta memiliki keinginan kuat untuk terlibat dalam komunitas sosial secara daring. Namun, kemudahan akses terhadap informasi dan interaksi sosial melalui media sosial juga meningkatkan risiko terhadap tekanan sosial dan kecemasan, termasuk FOMO.

Dampak FOMO terhadap Pola Konsumsi Generasi Z

FOMO memberikan dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumsi Generasi Z, yang tercermin dalam beberapa aspek berikut:

a. Perilaku Konsumtif dan Impulsif

Individu yang mengalami FOMO cenderung melakukan pembelian secara impulsif, tanpa perencanaan yang matang, hanya untuk mengikuti tren yang sedang populer. Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan pembelian lebih didasarkan pada tekanan sosial dibandingkan kebutuhan aktual. Mahena et al. (2025) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa emosi positif dan FOMO berkorelasi kuat terhadap kecenderungan pembelian impulsif di kalangan Generasi Z.

b. Konsumsi Berbasis Hedonisme

Generasi Z lebih mengutamakan pengalaman dan nilai simbolik dari barang atau jasa yang mereka konsumsi. Barang yang dibeli sering kali berfungsi sebagai penanda status sosial, bukan sekadar alat pemenuhan kebutuhan. Deliana dan Slimmingfique (2023) menemukan bahwa hedonisme dan FOMO mendorong perilaku konsumsi yang dipengaruhi oleh norma subjektif dan pencitraan diri di platform daring.

c. Validasi Sosial melalui Media Sosial

Media sosial menjadi alat utama bagi Generasi Z dalam membentuk citra diri. Konten seperti unboxing, testimoni, dan gaya hidup selebritas digital mendorong individu untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu demi mendapatkan pengakuan sosial. Penelitian oleh Puspitasari et al. (2025) mengungkapkan bahwa mahasiswa di Kota Malang menunjukkan kecenderungan konsumsi terhadap produk viral karena pengaruh gaya hidup FOMO.

Tinjauan Literatur: Hasil Penelitian Terkini

Berikut adalah beberapa temuan dari jurnal nasional dan internasional yang menjadi dasar dalam penyusunan artikel ini:

  1. Mahena et al. (2025)
    Menunjukkan bahwa FOMO memiliki hubungan signifikan dengan pembelian impulsif pada Generasi Z. Emosi positif juga memperkuat efek FOMO terhadap keputusan pembelian.

  2. Puspitasari et al. (2025)
    Menganalisis gaya hidup FOMO dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumtif mahasiswa Gen Z terhadap barang-barang viral. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh sosial dan eksposur media berperan besar dalam keputusan konsumsi.

  3. Deliana & Slimmingfique (2023)
    Meneliti hubungan antara FOMO, hedonisme, dan perilaku konsumsi impulsif pengguna Shopee dari Generasi Z. Temuan menunjukkan bahwa norma sosial dan persepsi terhadap media turut memengaruhi pembelian.

  4. Efendioğku (2022)
    Dari jurnal internasional ini, disimpulkan bahwa konsumsi mencolok (conspicuous consumption) yang dipicu oleh media sosial menjadi salah satu cara untuk menunjukkan status dan mengurangi rasa FOMO.

  5. Rodriguez et al. (2014)
    Menyatakan bahwa kelebihan informasi di media sosial menyebabkan tekanan kognitif yang memperkuat fenomena FOMO dan mempercepat penyebaran perilaku sosial tertentu, termasuk konsumsi.

Implikasi dan Strategi Penanggulangan

Untuk meminimalkan dampak negatif FOMO terhadap konsumsi Generasi Z, diperlukan strategi multidisipliner:

a. Pendidikan Literasi Digital

Perlu adanya pendidikan literasi digital yang menekankan pada pentingnya pengambilan keputusan yang rasional dan kritis dalam konsumsi. Generasi Z perlu dibekali kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan yang dipengaruhi tren.

b. Etika dalam Pemasaran Digital

Pelaku bisnis perlu menerapkan etika dalam merancang strategi pemasaran, terutama yang melibatkan influencer dan kampanye media sosial yang memicu FOMO. Transparansi dan tanggung jawab sosial perusahaan harus menjadi landasan utama.

c. Kebijakan Regulatif

Pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang mengatur iklan digital, termasuk penyampaian informasi produk yang sesuai dan tidak menyesatkan. Perlindungan konsumen di ruang digital perlu diperkuat, terutama bagi segmen muda.

Kesimpulan

FOMO merupakan fenomena psikologis yang nyata dan memiliki dampak luas terhadap perilaku konsumsi Generasi Z. Paparan intens terhadap media sosial telah menciptakan tekanan sosial yang mendorong perilaku konsumtif, impulsif, dan berorientasi pada validasi sosial. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi individu, institusi pendidikan, pelaku industri, dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan mendukung pengambilan keputusan konsumsi yang bijaksana. Literasi digital, etika pemasaran, serta regulasi yang adaptif merupakan pilar penting dalam mengelola dampak negatif dari FOMO, sekaligus mengarahkan Generasi Z pada pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

  1. Mahena, A., Sofiah, & Arifiana. (2025). The Relationship of Positive Emotions and Fear of Missing Out with Impulsive Buying Tendency in Gen Z. ResearchGate.
    https://www.researchgate.net/publication/389661792

  2. Puspitasari, D. S., Prista, D., & Sudarmiatin. (2025). Analysis Of Fomo Lifestyle and Consumer Behavior Of Gen Z Students Towards Viral Goods. Universitas Negeri Malang.
    https://www.researchgate.net/publication/390978241

  3. Deliana, S. R., & Slimmingfique. (2023). The Influence of Fear of Missing Out (FoMO) and Hedonism on Online Impulse Buying in Generation Z Shopee Users. Journal of Management Science.
    https://www.exsys.iocspublisher.org/index.php/JMAS/article/download/392/243

  4. Efendioğku, İ. H. (2022). The Impact of Conspicuous Consumption in Social Media on Purchasing Intentions. arXiv.
    https://arxiv.org/abs/2205.12026

  5. Rodriguez, M. G., Gummadi, K., & Schoelkopf, B. (2014). Quantifying Information Overload in Social Media and its Impact on Social Contagions. arXiv.
    https://arxiv.org/abs/1403.6838

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.