PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Bagi masyarakat indonesia, cabai
merupakan salah satu bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan masakan
sehari-hari. Cabai adalah bahan pelengkap masakan yang sangat digemari masyarakat Indonesia, namun konsumsi cabai masyarakat indonesia bisa dikatakan tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari konsumsi cabai per kapita per orang tiap tahunnya. "Secara keseluruhan, total konsumsi cabai masyarakat indonesia sebesar 1.2 juta ton per tahun dibagi 250 juta penduduk Indonesia. Itu setengah kilogram per tahun," ujar Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi. Jadi, secara keseluruhan, konsumsi cabai per kapita per orang di Indonesia hanya sekitar 0.5 kg per tahun. Namun, selama beberapa pekan terakhir konsumsi cabai per kapita per orang di Indonesia semakin turun, hal ini karena Mulai akhir 2010, komoditas cabai mengalami kenaikan harga yang luar biasa. kenaikan harga cabai mencapai Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per kg dari harga awal yaitu sekitar Rp 30.000,00 per kilo.
Kenaikan harga cabai yang mulai terlihat beberapa
waktu terakhir ini juga memperlihatkan pola yang tidak biasa. Berdasarkan pola
historis, inflasi cabai biasanya diikuti oleh deflasi pada bulan selanjutnya
dengan magnitude yang kurang lebih sama sehingga harga cabai cenderung
kembali turun di sekitar level harga ketika sebelum terjadi kenaikan. Namun,
hingga awal tahun 2011 harga cabai masih bertahan pada level yang tinggi.
Dengan kata lain, harga cabai lambat untuk turun kembali. Meningkatnya harga
cabai yang cukup signifikan tersebut ditengarai terkait dengan menurunnya
pasokan yang dipengaruhi oleh adanya gangguan produksi yang cukup parah. Curah
hujan yang lebih tinggi (kemarau basah) yang terjadi hampir disepanjang tahun
tidak mendukung produksi tanaman cabai dan tanaman hortikultura lainnya pada
umumnya. Selain itu, spekulasi pedagang ditengarai memperparah besarnya kenaikan
harga.
Dan hal ini Diperparah dengan nilai
tukar rupiah yang semakin merosot. Apabila Inflasi yang terjadi saat ini tidak
segera dilakukan tindakan penyelesaiannya, maka dikhawatirkan akan terus
menjadi tekanan terjadinya inflasi yang semakin besar dimasa mendatang. Karena
itu harus segera dilakukan tindakan penyelamatan terhadap system perekonomian
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
ada, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah budidaya cabai dan pemasarannya?
2.
Berapa rata-rata harga cabai setiap tahunnya?
3.
Apa yang menyebabkan
melonjaknya harga cabai di indonesia?
4.
Apa dampak yang ditimbulkan
dari kenaikan harga cabai bagi masyarakat?
5.
Apa solusi terbaik
untuk mengatasi kenaikan harga
cabai?
C.
Tujuan
Sesuai dengan permasalahan
diatas maka tujuan pembuatan makalah “Fenomena Kenaikan Harga Cabai di Indonesia” ini adalah
untuk memberikan Informasi kepada semua orang tentang kenaikan harga cabai, apa saja dampak yang ditimbulkannya
dan bagaimana cara mengatasinya karena hal ini merupakan suatu fenomena tahunan
yang kerap terjadi dan harus ditangani dengan serius karena dapat merugikan
petani, masyarakat dan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Budidaya Cabai dan Rantai
Pemasarannya
Budidaya cabai dilakukan secara monokultur atau
tumpang sari dengan tanaman lainnya. Tanaman cabai pertama kali dipanen pada
umur 80 – 90 hari tergantung jenisnya. Dalam satu periode tanam, cabai dapat
dipanen beberapa kali; bila musim dan perawatannya baik dapat dipanen 15‐17 kali, namun umumnya sebanyak
10‐12 kali.
Tabel 1
Perkembangan Luas
Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai di Brebes 2008‐2010
Sumber Data: BPS,
Hasil Pengolahan SIMSPH (Sistem Informasi Manajemen Survei Pertanian
Hortikultura) Brebes
Perawatan tanaman cabai lebih
rumit dibanding perawatan tanaman hortikultura lainnya, sehingga biaya
perawatan tanaman cabai menjadi lebih mahal. Selain dibutuhkan pupuk yang cukup
dan penyemprotan hama/penyakit yang lebih sering (terutama apabila banyak
hujan), tanaman cabai juga memerlukan sinar matahari yang memadai. Musim hujan
yang berkepanjangan pada tahun 2010 membuat produksi cabai turun drastis.
Contohnya di Brebes, produksi cabai merah tahun 2010 turun 55,94 persen dari
tahun sebelumnya bahkan produksi cabai rawit turun lebih tajam sebesar 65,46
persen (Tabel 1).
Rantai pemasaran cabai di beberapa
daerah hampir sama. Petani menjual cabai ke pedagang pengumpul di sekitar
tempat tinggal petani. Pedagang pengumpul menjualnya langsung ke pedagang
eceran atau lewat pedagang besar. Cabai yang diperoleh pedagang besar
selanjutnya dijual langsung ke pedagang eceran atau melalui distributor/
pedagang grosir. Dari tangan pedagang eceran, cabai sampai ke tangan konsumen.
Contoh rantai pemasaran cabai dapat dilihat di Gambar 1.
Gambar 1
Rantai Pemasaran Cabai Dari
Petani ke Konsumen
2.
Rata-Rata Harga Cabai di Indonesia
Tabel 2
Rata‐rata Harga Cabai Pada
Berbagai Tingkatan Selama Tahun 2009-2011 (Rp)
Rantai Pemasaran
|
Harga Terendah
|
Harga Tertinggi
|
||||||
beli
|
jual
|
beli
|
jual
|
|||||
Cabe merah kriting
|
Cabe rawit Merah
|
Cabe merah Kriting
|
Cabe rawit merah
|
Cabe merah kriting
|
Cabe rawit Merah
|
Cabe merah Kriting
|
Cabe rawit merah
|
|
Petani
|
3500
|
6500
|
33700
|
40000
|
||||
Pedagang pengumpul
|
3500
|
6500
|
4000
|
7600
|
33700
|
40000
|
37000
|
43000
|
Pedagang besar
|
4000
|
7600
|
4700
|
9000
|
37000
|
43000
|
42000
|
47000
|
Pedagang eceran
|
4700
|
9000
|
5600
|
10600
|
42000
|
47000
|
43800
|
52000
|
Rumah tangga
|
6500
|
12000
|
49000
|
58000
|
Sumber: Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia
Dari tabel 2, dapat di lihat bahwa
harga cabai mengalami fluktuasi atau kenaikan yang cukup signifikan dari
rata-rata harga terendah dan rata-rata harga tertinggi. Harga rata-rata
terendah cabe merah keriting yang sampai ke tangan konsumen hanya Rp 6.500,00
sedangkan rata-rata harga tertingginya mencapai Rp 49.000,00. Untuk harga
rata-rata terendah cabe rawit merah sebesar Rp 12.000,00 sedangkan rata-rata
harga tertingginya yaitu Rp 58.000,00. Kenaikan harga cabai tersebut mencapai 5
kali lipat dari harga terrendahnya. Data tersebut merupakan data kenaikan
rata-rata harga cabai di Indonesia, sedangkan dibeberapa daerah, kenaikan harga cabai dapat
mencapai Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per kg. "Sebelum Tahun Baru harga
cabai mencapai Rp 80.000,00 per kg lalu turun Rp 60.000,00. Setelah itu naik lagi Rp 70.000,00 sampai sekarang naik terus," tutur
Aman, pedagang cabai di Pasar Pandansari (06 Januari 2011). Bahkan di pasar
tradisional, harga cabai berkisar Rp 80.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg, yang menurut beberapa pedagang
bandrol Rp 100.000,00 per kg merupakan harga terendah sebab sebelumnya harga berkisar Rp
120.000,00
per kg. Jika diecer, yang biasanya dengan Rp 2.000,00 pembeli bisa mendapatkan cabai, maka
sekarang uang yang harus dikeluarkan adalah minimal Rp 5.000,00," keluh
pedagang. Berikut adalah data kenaikan harga cabai yang didapatkan dari Badan
Pusat Statistik Jawa Barat: untuk cabai merah besar, kenaikannya mencapai 102%,
sedangkan untuk cabai rawit, kenaikannya mencapai 127%. Padahal pantauan BPS sebelumnya di
7 Kota di Jawa Barat saat Desember 2010, kenaikan harga cabai masih sekitar 60%
untuk cabai merah dan 65% untuk cabai rawit. Kenaikan ini mempengaruhi inflasi
bahan pangan di Indonesia. “Untuk cabai sendiri, andil inflasi terhadap
kelompok bahan makanan adalah sebesar 0.28% untuk cabai merah dan 0.12% untuk
cabe rawit,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Lukman Ismail.
Semua kenaikan ini dikarenakan permintaan cabai yang meningkat dan musim hujan
yang berlangsung pada beberapa pekan terakhir yang mengakibatkan menurunnya jumlah
produksi cabai. “Produksi cabai merah di Jawa Barat pada tahun 2009 mencapai
209.000 ton
dengan luas area lahan 16 ribu hektar, sedangkan untuk cabai rawit adalah 106.000 ton dengan area lahan 7.849 hektar.
Sedangkan data pada bulan Oktober lalu menyatakan bahwa jumlah panen cabai merah
menurun menjadi 175.000 ton dengan luas lahan yang sama.
3.
Faktor
Penyebab Kenaikan Harga Cabai di Indonesia
Faktor‐faktor yang
memengaruhi melonjaknya harga cabai di beberapa wilayah di indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Anomali iklim: Hasil panen cabai sangat
terpengaruh oleh iklim/cuaca karena tanaman cabai membutuhkan sinar matahari
yang memadai. Cuaca yang ekstrem pada tahun 2010 (musim hujan yang
berkepanjangan) membuat produksi cabai di beberapa wilayah indonesia mengalami
penurunan drastis sehingga memicu kenaikan harga.
2. Hama/penyakit: Selain cuaca ekstrem, gagalnya
panen cabai juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit (hama patek, virus
kuning, virus mozaik, jamur, dan ulat buah).
3. Bencana alam di wilayah lain: Secara nasional pasokan cabai
di pasar berkurang karena turunnya produksi dari sentra cabai yang terkena
dampak letusan Gunung Merapi (seperti Magelang, Yogyakarta, Temanggung) dan
Gunung Bromo (sekitar Probolinggo, Pasuruan, Malang). Ini menyebabkan produksi
cabai di empat kabupaten penelitian menjadi sumber utama penyediaan cabai di
Jawa.
4. Minat menurun: Jatuhnya harga cabai pada tahun
2009 yang turun sampai Rp3.000‐Rp4.000 per kg mengurangi minat petani untuk
menanam cabai walaupun lahannya tersedia. Penerimaan hasil penjualan cabai yang
menurun drastis membuat petani kekurangan modal untuk menanam cabai di musim
tanam berikutnya.
Dari berbagai faktor tersebut, Faktor utama yang mengakibatkan harga cabai
melonjak yaitu akibat cuaca yang sangat extrim dan tidak dapat di prediksi,
akibatnya sangat berpengaruh kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para
petani mengakibatkan gagal panen terus menerus dan para petani pun mengalami
kerugian yang sangat besar. Sedangkan para petani membutuhkan pemasukan atau
modal untuk menjaga tanaman mereka.
Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS ),
Rusman Heriawan pun mengemukakan pendapatnya tentang kenaikkan harga cabai di
Indonesia. Beliau mengemukakan bahwa kenaikkan harga cabai dikarenakan
anomali musim, yang menyebabkan produktifitas cabai menurun, seperti kurangnya
sinar matahari, busuk, ada penyakit jamur, kuning, dan patek.
Jadi menurut beberapa sumber yang ada, dapat
di simpulkan bahwa yg paling mempengaruhi kenaikan harga cabai adalah perubahan
cuaca yang extrim dan unpredictable. Akan tetapi, selain faktor-faktor yang telah disebutkan, kenaikan harga cabai juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :
1.
Terjadinya ekspektasi
kenaikan harga kebutuhan pokok
2.
Biaya transportasi
ikut mengalami kenaikan
3.
Bunga bank relatif tinggi untuk pedagang yang meminjam uang
di bank,
4.
Danya pungutan-pungutan yang terjadi di lapangan.
5.
Modal yang dimiliki oleh petani tidak mencukupi untuk sekedar
melindungi tanaman pangan yang telah ditanam
6.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani kecil di
indonesia
7.
Banyaknya tanaman cabai yang di serang hama dan akibatnya
banyak petani yang mengalami gagal panen.
8.
Ketidakmampuan
pemerintah mengimbangi harga pasar
9. Buruknya pengelolaan stok pangan nasional
10.
Spekulasi para tengkulak
11. Hasil panen buruk
12. Lemahnya regulasi pengaturan harga oleh pemerintah.
4.
Dampak Kenaikan Harga Cabai
Bagi ekonomi
Indonesia, dampak yang terjadi adalah kenaikan harga cabai ini mendorong
timbulnya inflasi. Sebagai gambaran,
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) , ternyata cabai merah memiliki
persentase terhadap kelompok bahan makanan 0,28 persen dan cabai rawit 0,12 persen.
Kenaikan inflasi ini pada dasarnya merupakan sesuatu yang cukup besar dan cukup mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia.
Dengan kenaikan inflansi ini membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi terhambat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi
ini juga berakibat pada penurunan daya beli masyarakat yang turut berkontribusi terhadap menurunnya
tingkat permintaan produk industri.
Selain itu, dampak lainnya adalah mendorong penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja yang berarti semakin
meningkatnya pengangguran.
Berikut adalah diagram
alir dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga cabai di Indonesia
5. Solusi Mengatasi Kenaikan Harga Cabai di Indonesia
5. Solusi Mengatasi Kenaikan Harga Cabai di Indonesia
Solusi
terbaik untuk mengatasi masalah kenaikan harga cabai di indonesia agar
tidak memperparah perekonomian dan tidak menambah beban rakyat kecil adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu melakukan kajian mengenai rantai pemasaran
cabai dan bahan pangan lainnya sehingga dapat diketahui pada titik mana terjadi inefisiensi pemasaran untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah
penanggulangannya.
2. Dilakukan Pengembangan
teknologi dan inovasi bidang pertanian
3. Mengembangkan industri baru pengolahan cabai
4. Membuat badan logistik pangan
5. Membuat regulasi pengaturan harga
6.
Memotong
mata rantai tengkulak
7.
Substitusi
bahan baku cabai
8.
Penyuluhan yang
dilakukan rutin terhadap kelompok tani di Indonesia
9.
Menggunakan alat penopang curah hujan semacam kelambu
10.
Pemerintah harus menyiapkan benih cabai bagi petani
11.
Menghimbau masyarakat untuk menanam cabai di rumahnya
masing-masing.
12.
Mengurangi
proporsi cabai pada proses produksi
13.
Memprioritaskan
permintaan lokal dari pada ekspor
14.
Mengelola
bahan baku sendiri
15.
Menambah
nilai tambah produk
16.
Mengurangi
impor bibit cabai
17.
Mengendalikan stok pangan nasional. Untuk pelaksanaannya perlu dibentuk suatu badan pengawasan
pangan yang dapat mengawasi kondisi pangan di dalam
negeri.
18.
Melakukan stabilisasi harga pangan nasional. Untuk itu diperlukan
adanya regulasi pengaturan harga agar pemerintah dapat berperan penting dan
berperan langsung dalam mengendalikan harga pangan
khususnya cabai.
19.
Solusi yang dapat ditawarkan
untuk mengatasi faktor produksi dan distribusi adalah peningkatan produksi
pangan dan pertanian yang diikuti dengan perbaikan sarana dan prasarana
infrastruktur vital, terutama jalan negara sampai jalan desa. Peningkatan
produktivitas pangan (per satuan lahan dan per satuan tenaga kerja) wajib
menjadi acuan strategi kebijakan, karena Indonesia tidak dapat mengandalkan
cara-cara konvensional dan sistem budidaya yang telah diadopsi selama 40 dekade
terakhir.
20.
Solusi yang dapat ditawarkan
untuk menanggulangi faktor perubahan iklim memang tidak ada yang berdimensi
jangka pendek, karena proses adaptasi dan mitigasi memerlukan waktu dan proses
penyesuaian yang relatif lama. Namun demikian, strategi penguatan cadangan
pangan di tingkat pusat melalui Perum Bulog, serta di daerah melalui divisi
regional dan sub-regional di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat
dijadikan langkah penting dalam jangka menengah. Paling tidak, untuk menjaga tingkat
aman dan stabilitas harga pangan yang lebih berkelanjutan, cadangan beras yang
dikuasai Bulog harus di atas 1,5 juta ton atau lebih. Cadangan beras pemerintah
(CBP) di bawah 1 juta ton bukan angka yang aman dalam mengantisipasi eskalasi
harga pangan pokok. Artinya, penanggulangan lonjakan harga pangan ini
memerlukan kombinasi solusi jitu pada tingkat keputusan politik dengan presisi
tinggi pada tingkat teknis ekonomis. Persoalan pangan dan kebutuhan pokok lain
bukan ajang eksperimen pencitraan para pemimpin, tetapi merupakan uji kepatutan
dan hati nurani kaum elit di negeri ini yang pantas disebut negarawan dan hamba
Allah yang beriman.
Sebenarnya petani adalah kunci dari
penyelesaian melonjaknya harga pangan ini. Seharusnya yang dilakukan oleh
pemerintah adalah meningkatkan perhatian kepada para petani miskin yang ada di
Negara ini. Hal ini dikarenakan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh para
petani di Negara ini adalah dikarenakan modal yang dimiliki oleh mereka tidak
mencukupi untuk sekedar melindungi tanaman pangan yang telah ditanam. Hal ini
berarti pemerintah seharusnya menyediakan kemudahan bagi para petani miskin
untuk melakukan pinjam meminjam modal untuk mengelola pertanian di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa terjadinya
inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat
harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor
cuaca yang ekstrem (musim hujan yang berkepanjangan). Meningkatnya curah hujan
menyebabkan pembusukan sehingga produksi cabai berkurang.
Solusi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kenaikan harga cabai adalah dengan melakukan stabilisasi harga
pangan nasional, memotong mata rantai tengkulak,
mengendalikan stok
pangan nasional, mengembangkan industri baru pengolahan cabai, dll.
Petani adalah kunci dari penyelesaian
melonjaknya harga pangan (cabai) ini. Seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah
meningkatkan perhatian kepada para petani miskin yang ada di Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Lonjakan Cabe Disnyalir Ulah Spekulan. <http://www.jpnn.com/read/ 2011/01/05/81171/Lonjakan-Harga-Cabe-Disinyalir-Akibat-Ulah-Spekulan>. Diakses pada
tanggal 10 juni 2011.
Arifin, B. 2011. Solusi Kenaikan
Harga Pangan Pokok.<http://www.metrotvnews.com>.
Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Badan Pusat Statistik Indonesia.
2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta, Badan Pusat Statistik.
Baity, L. 2011. Ada Apa dengan Fenomena
Kenaikan Harga Cabai. <http://www.bemkm.ipb.ac.id>. Diakses pada tanggal
10 juni 2011.
Maradona, S. 2011. Harga Cabai Sama dengan Harga
Daging. <http://republika.co.id>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.