PENDAHULUAN
Sebagai negara agraris kita sebagai
bangsa Indonesia harus bersyukur dengan kekayaan alam kita yang sangat subur
dan berlimpa seperti ada ungkapan yang mengatakan “Tongkat dan kayu pun jadi tanaman” dan ungkapan itu memang cocok
untuk indonesia. Sektor
pertanian nampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun
telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih
ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia
pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja Hingga saat ini sebagian besar
masyarakat masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dengan tingkat
produktivitas dan pendapatan usaha yang relatif rendah, sehingga kemiskinan,
pengangguran dan rawan pangan banyak terdapat di pedesaan. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan rawan
pangan harus dilakukan dengan membangun pertanian dan pedesaan. Adalah
merupakan tantangan ke depan untuk mencapai komitmen global pada tahun 2015
sebagaimana yang dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDG’s) melalui
pembangunan pertanian dengan segala karakteristik dan sfesifikasi masalahnya
yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah pedesaan.
Peluang lain yang dimiliki Indonesia adalah permintaan yang
besar dalam negeri yakni jumlah penduduk sekitar 200 juta orang. Kebangkitan
perekonomian nasional akan memacu permintaan akan komoditas pertaniaan.
Kebangkitan sektor riil di dalam negeri akan meningkatkan permintaan bahan baku
hasil pertanian bagi agroindustri di dalam negeri.
1. Apa kondisi umum pertanian dalam perekonomian Indonesia ?
2. Apa peranan pertanian dalam perekonomian Indonesia ?
1. Untuk mengetahuan kondisi umum pertanian dalam
perekonomian Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan pertanian dalam perekonomian
Indonesia.
PEMBAHASAN
Indonesia adalah negara agraris yakni negara yang sebagai
besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari pertanian. Indonesia juga adalah
negara ke 4 yang mempunyai penduduk terbanyak di Dunia setelah Cina, India dan
Amerika serikat. Itu pun akan selalu berkelanjutan dikarenakan penduduk
Indonesia selalu bertambah. Kita berharap dengan penduduk Indonesia yang banyak
dapat mendukung perekonomian dengan memaksimalkan Sumber daya manusia
(Kesadaran individu tersebut untuk mau berkembang dan maju).
Indonesia
menghadapi beberapa kelemahan internal antara lain sumberdaya kualitas manusia rendah, penguasaan ilmu dan pengetahuan yang
masih kurang, kesuburan lahan pertanian yang semakin menurun, manajemen
penggunaan air yang lemah, sistem kelembagaaan petani yang rapuh, sistem
agribisnis belum kompak dan belum terintegrasi, modal pertanian sangat kurang
dan kalau tersedia sangat mahal, industri pembenihan untuk berbagai komoditas
belum berkembang, sistem pemasaran tidak menjamin insentif yang layak bagi
petani, manajemen pembangunan pertanian antara pusat dan daerah belum
terkoordinasi dan prioritas kebijakan nasional yang belum berpihak pada
pertanian. Penyebab inefisiensi agribisnis adalah lahan usaha sempit,
terlalu banyak orang bekerja dalam jasa pemasaran sehingga biaya
pemasaran tinggi, biaya modal yang dihadapi petani tinggi, manajemen petani
berdasarkan pengalaman sendiri yang tidak berkembang, penggunaan benih yang
tidak produktif, sikap nasionalisme bagi penyelenggara negara masih tertutup
oleh sikap daerahisme, biaya penelitian yang sangat rendah sehingga penemuan
teknologi tidak pernah tuntas, para petani enggan bekerjasama sehingga
kelembagaan tidak berkembang, organisasi pemerintahan belum terpadu dan sering
tidak efektif bagi pembangunan pertanian.
Masalah
yang dihadapi dari sisi eksternal adalah
ancaman dari luar negeri atau globalisasi dalam berbagai bentuk seperti
perdagangan bebas dunia dan perdagangan gelap seperti penyeludupan dan impor
barang legal dengan jenis barang yang dipalsukan. Perdagangan bebas yang
diyakini dapat menciptakan kemakmuran dunia, ternyata menjadi media untuk
menghancurkan yang lemah. Harga dunia yang dapat berfungsi sebagai media
efisiensi penggunaan sumberdaya ternyata dapat diubah sesuai keinginan negara
yang kaya dan kuat melalui subsidi para petani. Indonesia tidak lagi mungkin
menggunakan harga dunia sebagai menara bagi peningkatan daya saing.
Penyelundupan hasil-hasil pertanian dari luar negeri terus berlangsung sebagai
konsekuensi permintaan dalam negeri yang tinggi, harga dunia yang lebih rendah
dan kelemahan aparat dalam menindak penyeludunpan.
Untuk
menghalangi kelemahan-kelemahan ini, Indonesia memang harus berjuang supaya
perdagangan dapat berjalan adil. Perjuangan ini akan berat mengingat
negara-negara maju tidak mundur dari kebijakan pertanian di daerahnya.
Negara-negara maju mempunyai prinsip bahwa hasil pertanian atau pangan
merupakan kebutuhan hayati yang tidak dapat digantikan oleh produk industri.
Produksi pangan merupakan kunci kekuatan sebuah negara oleh karena itu subsidi
pertanian merupakan suatu hal yang layak dan perlu sangat diprioritaskan berapa
besar biayanya.Kebijakan pertanian terutama subsidi pada petani akan dapat
menjamin insentif petani untuk berproduksi dan merubah sistem pertanian. Jika
petani mendapat jaminan subsidi, mereka akan lebih digerakkan kepada kemajuan.
Jika pasar bebas dunia masih berlangsung tidak adil seperti yang sekarang maka
Indonesia melakukan kerjasama secara intensif dengan berbagai negara lain.
Kerjasama ini akan dapat membantu kebuntuan globalisasi pasar bebas.
Program ini disusun oleh Menteri Urusan
Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun
(1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan
kehidupan rakyat dengan menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini
adalah :
- Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
- Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
- Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
- Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
- Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-15 tahun.
Tujuan diberlakukannya UUPA adalah:
a.
Meletakkan
dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat
untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat tani,
dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;
b.
Meletakkan
dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
c.
Meletakkan
dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
rakyat seluruhnya.
Sayangnya pemerintahan Orde Lama tidak berlangsung lama, kebijakan distribusi tanah
secara adil menurut UU Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan landreform
kandas di jaman Orde Baru. Maka, Agrarische Wet yang menjadi dasar bagi Hak
Guna Usaha (HGU) para pemodal dan partikelir untuk memeras tanah dan petani
kecil terus berlangsung.
Kebijakan modernisasi pertanian pada
masa Orde baru dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau.
a.
Revolusi
Hijau
merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.
Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu revolusi produksi
biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil
panen komoditas tersebut.
b.
Tujuan
Revolusi hijau
adalah mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi petani-petani
gaya baru (farmers), memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi
industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan semakin
berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena peningkatan
peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan produksi bahan makanan.
c.
Latar
belakang munculnya
revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan
karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan
peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran
dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang
Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Thomas Robert Malthus.
d.
Upaya
yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau
ditempuh dengan cara:
1. Intensifikasi
Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia
dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang meliputi :
·
Pemilihan Bibit
Unggul
·
Pengolahan Tanah yang
baik
·
Pemupukan
·
Irigasi
·
Pemberantasan Hama
2. Ekstensifikasi
Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu
Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru
(misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan,
dsb).
3. Diversifikasi
Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan
karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah
penurunan pendapatan para petani.
4. Rehabilitasi
Pertanian
Merupakan usaha pemulihan produktivitas
sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta
daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah
tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan
sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.
5.
Pelaksanaan
Penerapan Revolusi Hijau:
Pemerintah memberikan penyuluhan dan
bimbingan kepada petani. Kegiatan
pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering perkembangan
teknologi dan komunikasi.
Tumbuhan
yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu
menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja. Pengembangan teknik
kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan yang tahan
terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu. Petani
menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi Internasional
(IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama dengan
pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR. Pola
pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi.
Negara
membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan pembagunan industri
pupuk nasional. Pemerintah
mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD (Koperasi Unit Desa).
Pemerintah lalu melakukan Pola Umum
Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan
yang disebut Pelita(Pembangunan Lima Tahun). Pelita berlangsung dari Pelita
I-Pelita VI.
Pelita
I(1 April 1969 – 31 Maret 1974). Sasaran yang hendak
di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan
rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih
menitikberatkan pada sektor pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
- Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
- Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
- Perbaikan jalan raya.
- Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
- Semakin majunya sektor pendidikan.
Pelita
II(1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran
yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana
dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita
II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun.
Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi.
Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
Pelita
III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita
III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan di tuangkan
dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja,
kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan,
dan perumahan,dll
Pelita
IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada
Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri.
Hasil yang dicapai pada Pelita IV antara lain.
Swasembada
Pangan
Pada
tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya
Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan
dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini
merupakan prestasi besar bagi Indonesia.
Pelita
V(1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada
Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk memantapakan
swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor.
Pelita
VI (1 April 1994 - 31 Maret 1999)
Pada
masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Pada era reformasi, paradigma
pembangunan pertanian meletakkan petani sebagai subyek, bukan semata-mata
sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional. Karena itu pengembangan
kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya memberdayakan ekonomi petani,
merupakan inti dari upaya pembangunan pertanian/pedesaan. Upaya tersebut
dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat pertanian menjadi mandiri dan mampu
memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran Pemerintah adalah sebagai stimulator
dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pada paradigma tersebut
maka visi pertanian memasuki abad 21 adalah pertanian modern, tangguh dan
efisien. Untuk mewujudkan visi pertanian tersebut, misi pembangunan pertanian
adalah memberdayakan petani menuju suatu masyarakat tani yang mandiri, maju,
sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat
dicapai melalui pembangunan pertanian dengan strategi . Optimasi
pemanfaatan sumber daya domestik (lahan, air, plasma nutfah, tenaga kerja,
modal dan teknologi) . Perluasan spektrum pembangunan
pertanian melalui diversifikasi teknologi, sumber daya, produksi dan konsumsi
Penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi secara dinamis, dan
Peningkatan efisiensi sistem agribisnis untuk meningkatkan produksi pertanian
dengan kandungan IPTEK dan berdaya saing tinggi, sehingga memberikan
peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat secara berimbang.
Salah satu langkah operasional
strategis yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas adalah
Gerakan Mandiri (Gema) yang merupakan konsep langkah-langkah operasional
pembangunan pertanian, dengan sasaran untuk meningkatkan keberdayaan dan
kemandirian petani dalam melaksanakan usaha taninya. Mulai TA 1998/1999 telah
diluncurkan berbagai Gema Mandiri termasuk Gema Hortina untuk peningkatan
produksi hortikultura. Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara menuju
ketahanan hortikultura (Gema Hortina), dilaksanakan untuk mendorong laju
peningkatan produksi hortikultura. Melalui gerakan ini komoditas hortikultura
yang dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat
unggulan.
Komoditas yang diutamakan adalah yang
bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi
produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya
yang dilaksanakan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura
unggulan tersebut meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan
pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada.
Komoditas unggulan yang mendapat
prioritas adalah :
- Sayuran : kentang, cabe merah, kubis, bawang merah, tomat dan jamur
- Buah-buahan : pisang, mangga, jeruk, nenas dan manggis
- Tanaman hias : anggrek
- Tanaman obat : jahe dan kunyit.
Kegiatan pertanian merupakan mata
pencaharian terbesar penduduk didunia termasuk di Indonesia. Sejarah Indonesia
pun tidak terlepas dari sektor pertanian (menghasilkan bahan baku seperti padi,
jagung, sagu, dll) dan perkebunan (menghasilkan buah-buahan) terutama pada masa
kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian dan perkebunan menjadi penentu
tingkat social dan perekonomian seseorang. Meskipun kegiatan pertanian hanya
menyumbang rata-rata 4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara namun
kegiatan pertanian ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi setiap
negara. Berdasarkan data BPS tahun 2002,
bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3% bagi penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kegiatan pertanian ini sangat besar pengaruhnya dalam
mengurangi angka pengangguran di Indonesia sehingga kegiatan pertanian ini tidak
dapat diabaikan dan berpengaruh juga terhadap tumbuh kembangnya setiap negara.
Mengingat negara Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan
sumber daya alam, sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha
pertanian. Sudah seharusnya kita mengolah setiap limpahan sumber daya yang ada
dengan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan sektor pertanian dinegara kita
yang turut meningkatkan pula sektor pertanian baik
secara langsung maupun tidak langsung membangkitkan sektor-sektor lainya
dalam memajukan bangsa. Perlu kita ketahui mengapa sektor pertanian
ini perlu dikembangkan dan dimajukan dinegara kita. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Yang artinya negara Indonesia merupakan wilayah yang
terdiri atas beribu-ribu pulau yang amat subur memiliki letak astronomis 6° LU
– 11°LS dan 94°BT – 141°BT menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah
yang subur dan beriklim tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam
pengembangan sektor pertanian. Ini menandakan faktor iklim yang sangat
mempengaruhi faktor terbentuk
dan tumbuh suburnya setiap tanaman. Iklim di Indonesia yang cukup dalam
memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, mempengaruhi tumbuh suburnya setiap tanaman dengan mudah.
Potensi yang demikian membuat wilayah Indonesia mendapat julukan sebagai “Kolam
Susu” dimana setiap tangkai maupun bibit yang ditanam diwilayah Indonesia
selalu tumbuh subur dan menghasilkan uang.
Potensi yang demikianlah yang harusnya kita perhatikan
dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Meskipun sektor pertanian kelihatannya mudah dan
berpengaruh kecil terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) namun disinilah kekayaan
yang berlimpah yang dianugerahi oleh alam kepada negara kita yang perlu
dikembangkan dan diolah demi
peningkatan pendapatan perekonomian negara, serta mampu berdaya saing dengan negara-negara lain
sebagai pengekspor bahan baku alam dan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi setiap masyarakatnya.
Bila ditinjau dari segi letak geografis wilayah Indonesia
berada pada posisi dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dan terletak
diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini menandakan bahwa letak wilayah negara
kita berada di sebuah jalur internasional yaitu sebuah jalur yang strategis
dalam menjalankan berbagai sektor yang
seharusnya mampu menjadi daya ikat bagi negara-negara luar terutama dalam
bidang pemasaran barang-barang produksi dalam negeri salah satunya
produksi hasil pertanian.
Untuk itu pentingnya bagi kita untuk mengetahui
situs-situs opportunity yang tepat dalam memanfaatkan segala ketersediaan
kesempatan yang didepan mata terutama dalam memasarkan produk-produk pertanian
dari dalam negeri sehingga
dapat menimbulkan suatu
istilah yang disebut demand yaitu permintaan barang dari negara luar
sebagai hasil pendemonstrasian jenis maupun kualitas barang yang bermutu
baik sehingga dipercaya oleh setiap negara dalam kegiatan bilateral maupun
multilateral yang dimulai dari sektor yang dianggap kecil yaitu pertanian tetapi memberi
dampak serta keuntungan yang besar bagi negara kita.
Bisa dikatakan tidak banyak orang yang tahu dan paham
bahwa sektor pertanian menaruh keuntungan yang cukup besar pada PDB negara dan
banyak yang beranggapan bahwa sektor pertanian hanya sektor sampingan
yang tidak perlu terlalu diperhatikan. Meskipun hanya memberi 17,3% bagi PDB
tiap tahunnya, sektor ini
menjadi barang komoditi yang paling dicari oleh masyarakat karena menjadi
kebutuhan primer dalam pemenuhan kebutuhan pangan yaitu menjadi kebutuhan
sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya karena bisa berdampak fatal bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena bila terjadi suatu kesalahan yang tidak terencana penyediaannya atau
habis didalam negeri sendiri kita
bisa kerepotan untuk mengimpor dari negara luar. Oleh sebab itu sektor
pertanian harus diperhatikan lebih baik karena menjadi faktor primer dalam
pemenuhan kebutuhan dan seharusnya sebagai negara yang terletak diwilayah
tropis kita harus bisa memanfaatkan keadaan alam yang ada dengan meningkatkan
hasil produksi dari sektor pertanian ini karena selain bermanfaat sebagai
pemenuh kebutuhan setiap keluarga bisa menjadi sector yang amat menguntungkan
apabila dibawa kepangsa pasar dan dilihat pada pangsa pasar yang lebih luas.
Bila dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB kita dan
membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya dan mencari wilayah yang dianggap
memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu melihat secara jauh atau mencari
pangsa pasar kenegara luar. Melihat dari segi kuantitas wilayah Indonesia yang
terdiri dari ±250 juta jiwa saja
sudah menjadi target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan
bagi kita. Apalagi ditambah bila kita mampu menembus kepasar luar yang
membutuhkan barang-barang hasil pertanian negara kita. Ini merupakan suatu
perencaan yang cukup bagus dalam menembus pasar dunia bahkan bisa meningkatkan
pendapatan negara dari sektor pertanian berkali-kali lipat dari biasanya. Dari
pembelajaran inilah kita bisa menentukan setiap target yang akan ditempuh
kedepanya dengan melirik kepada sector yang dianggap kecil sebenarnya bisa
memberi keuntungan yang besar.
Namun bukan semudah membalikan telapak tangan dalam melakukan sutau proses
pencapaian target ini. Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan yang
tidak gampang bisa dikatakan demikian mengapa, karena bila kita melihat
kebelakang kita akan mengetahui seberapa besar kendala-kendala yang menjadi
penghambat dalam memajukan sektor pertanian yang memang membutuhkan kepedulian
dari seluruh pihak. Agar pencapaian akan tujuan tersebut dapat terlaksana.
Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
masyarakat. Mengapa demikian karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan
pangan dari setiap anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya
sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan
harus mngimpor barang-barang pangan dari luar. Namun dibeberapa negara besar
seperti arab yang sering mengimpor hasil tani kedalam negaranya, kurang
memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan faktor ketidaksediaan
modal melainkan faktor ketidakmampuann dari
segi tanah dan iklim mereka untuk bercocoktanam, sehingga sektor pertanian kurang berkembang dinegara timur tersebut.
Untuk wilayah Indonesia profesi sebagai petani mampu
mengurangi angka pengangguran yang cukup besar dimana sektor pertanian terbuka
secara luas asalkan memiliki modal dan pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha tani
tersebut. Keterkaitan peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan sebagai
keterkaitan antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus selalu
menyediakan setiap saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh karena
itu terdapat saling ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat dalam pemenuhan setiap kebutuhan
masyarakat.
Sektor pertanian menjadi salah satu dari unsur-unsur yang
mengisi pertumbuhan perekonomian disetiap negara . Di negara arab sekalipun
meskipun wilayahya lahanya tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bercocok
tanam namun sector perekonomian menjadi salah satu unsur pengisi basis
pertumbuhan perekonomian dinegaranya misalnya dengan membudidayakan tanaman
kurma yang nilai komoditinya cukup besar dalam pengeksporan keseluruh negara
termasuk ke Indonesia
yang ikut mengimpor komoditi pertanaian dari Arab. Dengan kata lain sektor pertanian
meski hanya menyumbang tidak sampai dari ¼ pendapatan negara tetapi menjadi
penopang terhadap pendapatan dari setiap negara terutama di Indonesia yang tiap
tahunya mengekspor biji mete, beras, dan berbagai bahan pokok lainya dalam
pangan menjadi pemasukan devisa negara tiap tahunnya.
Adanya pasar bebas harusnya menjadi tolak ukur bagi
pemasaran produk hasil pertanian di negara kita dengan produk luar yang artinya
kita tidak boleh kalah saing terhadap segala bentuk pola-pola pemasaran yang datangnya
dari luar tetapi lebih meningkatkan semangat dan kinerja dalam dunia persaingan
bisnis, politik, dan berbagai bidang lainya karena kemajuan zaman yang begitu
pesat. Kita tidak boleh semakin melemah namun harus tetap menjaga eksistensi
dengan memanfaatkan modal yang kita miliki sebaik-bainya dan terencana sehingga
memiliki nilai jual dan mampu bersaing terhadap negara manapun.
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan
kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor
pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor
kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di
prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu
proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi
pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni
pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder,
seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin
besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan
baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Struktur tenaga
kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar
42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga
kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Pertanian juga mempunyai kontribusi
yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau
pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi
pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur
dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan
devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk.
Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic
bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian
besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor.
Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan
pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri
bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk
mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi
dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk
Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena
keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
PENUTUP
1. Sektor
pertanian merupakan bagian dari sektor riil yang mempunyai peranan penting
dalam perekonomian Indonesia, karena sebagai negara agraris seharusnya menjadi
tulang punggung perekonomian.
2. Sektor pertanian merupakan penopang tertinggi dalam
pendapatan negara serta menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia
mengingat wilayah kita yang kaya akan lahan, subur, dan iklim mendukung.
Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas meruapakn komoditi terbesar
Megara Indonesia yang menduduki posisi teratas dalam BPS terhadap perhitungan
PDB di Indonesia tiap tahunnya.
3. Dalam masalah kepemilikan lahan pemerintah beserta
masyarakat harus tururt membela hak lahan milik petani guna menjaga
kelangsungan lingkungan dan pengolaan lahan untuk kegiatan pertanian.
4. Perlu pula adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat guna meningkatkan semangat para petani dalam
pengeloaan lahan, penyampaian informasi tani yang tepat dalam peningkatan hasil
pangan, cara-cara mengkreasikan hasil tani, serta cara-cara penggunaan
alat-alat teknologi canggih guna mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan
bertani dengan efektif dan efisien tanpa memakan waktu lama dan tenaga yang
besar serta dengan modal yang sekecil-kecilnya sesuai dengan prinsip ekonomi.
1. Sebagai negara agraris dan Mahasiswa pertanian (Agribisnis)
mari kita menjaga dan melestarikan lingkungan kita dan memberikan pengetahuan
kepada masyarakat umum betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan
agar dapat dirasakan oleh anak cucu, cici, caca kita dikemudian hari.
2. Kami menyadari masih banyak kekurangan dari makalah kami
baik dari segi redaksi kata maupun penulisannya jadi kami sangat berterimakasih
kepada pembaca yang memberikan kritik, saran dan solusi agar makalah kami dapat
diperbaiki.
Bappenas.
Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan
Petani. Jakarta, Desember 2012.
Kementerian
Pertanian. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. Jakarta,
Desember 2011.
“Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Triwulan III-2012 .” http://bps.go.id
(akses 23 Februari 2013)
“Profil Kemiskinan di Indonesia Maret
2012.” http://bps.go.id (akses 23 Februari 2013)
“Profil
Kemiskinan di Indonesia September 2012.” http://bps.go.id
(akses 23 Februari 2013)
NN. 2010. Pembangunan Pertanian di Indonesia. Melalui:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.