Pendahuluan
Perdebatkan
tentang dampak globalisasi terhadap perekonomian terutama pada negara-negara
yang sedang berkembang merupakan hal yang tidak pernah berakhir. Secara singkat akan kita kupas
apakah sebenarnya globalisasi itu, bagaimana sejarahnya, siapa saja sebenarnya
yang sangat berperan dan aktif mendorong terjadinya globalisasi, apa saja
sebenarnya baik buruknya bagi kita serta bagaimana pengaruhnya terhadap
perekonomian regional dan lokal.
Apakah globalisasi itu?
Pengertian globalisasi sendiri dapat diinterpretasikan berbagai macam.
Globalisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses ‘global network’ dan
interaksinya dalam suatu pembangunan ekonomi dan kebijakan-kebijakan lainnya
yang terkait didalamnya, sedangkan Burgman (2003) menginterpretasikan
globalisasi sebagai suatu yang berhubungan dengan global neo-libaralisme dan
pasar bebas. Sosiolog
lainnya seperti Chang (2003) mendefinisikannya sebagai keterlibatan
‘transnational corporations’ dan saling ketergantungan antar negara dalam
pembangunan ekonomi. Menerjemahkannya sebagai proses pelebaran dan percepatan
dari saling keterkaitan yang membentuk suatu jejaring dunia yang mencakup semua
aspek kehidupan sosial, dari kebudayaan sampai dengan kejahatan, dan dari
keuangan sampai spiritual.
Jadi
globalisasi boleh dikatakan sudah masuk ke semua sendi-sendi kehidupan manusia
di seluruh dunia ini yang mencakup aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik,
budaya dan agama.
Sejarah
Globalisasi
Globalisasi
muncul sejak tahun 1960 yaitu dengan ditandainya dengan perubahan ekonomi
internasional dari Multinational Corporations (MNCs) menjadi Transnational
Corporations (TNCs). Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
ini antara lain adalah berakhirnya perang dunia kedua, meningkatnya migrasi
antar negara, penyebaran tenaga kerja dari satu negara ke negara lain serta
saling ketergantungan perdagangan dari satu negara ke negara lainnya. Dalam
perkembangannya TNCs ini mempunyai peran yang sangat kuat dalam perdagangan
international dan aktifitas ekonomi lainnya. Sebagai contoh TNCs memperkuat Foreign
Direct Investment (FDI) serta menciptakan tenaga kerja yang murah dan ‘a
one-world market system’ atau sistem satu pasar global (Gray dan Lawrence
2003). Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat juga punya andil
yang cukup besar dalam mendorong lahirnya globalisasi yang mengakibatkan
perubahan ekonomi global. Menurut Teeple teknologi baru tersebut diciptakan
oleh TNCs serta digunakan dalam aktifitas-aktifitas ekonominya. Dari sinilah
awal dimulainya penyebaran neo-liberalisme ke negara-negara lainnya.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran dan meluasnya
globalisasi. Faktor
pertama adalah teknologi baru di bidang informasi teknologi, komunikasi dan
transportasi. Era ini dimulai pada awal 1970-an ketika microelektronik,
komputer dan bioteknologi ditemukan oleh para ahli . Sejak saat itu komunikasi
antar lintas batas negara dapat dihubungkan dengan satelit dan kabel-kabel
bawah laut yang fungsinya sebagai jejaring global. Faktor kedua adalah peran
pemerintah dalam mendukung kegiatan-kegiatan globalisasi. Baik di negara-negara
maju maupun negara-negara yang sedang berkembang, Pemerintah mempunyai peran
yang cukup penting dalam mendukung aktifitas globalisasi yaitu melalui perannya
dalam pengambilan kebijakan-kebijakan ekonomi dan keuangan.
Faktor
lainnya adalah munculnya TNCs serta adanya dukungan dari World Trade
Organization (WTO) dan organisasi dunia lainnya seperti PBB, Bank Dunia dan
IMF. Singh (1999) berpendapat bahwa salah satu fungsi Bank Dunia dan IMF adalah
mendorong negara-negara di dunia untuk menerapkan deregulasi dan
restrukturisasi kebijakan financialnya menjadi ekonomi liberal.
Apa
saja yang dapat berpengaruh terhadap perekonomian lokal dan regional?
TNCs
mempunyai peran yang sangat penting dalam mempengaruhi perekonomian suatu
negara yang berdampak pada perekonomian lokal maupun regional. Ada beberapa
alasan mengapa TNCs dapat berdampak pada perekonomian lokal dan regional.
Pertama adalah TNCs dapat mengintervensi kebijakan-kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Yang kedua adalah TNCs lebih kaya dalam
hal keuangan daripada yang dipunyai oleh negara-negara lainnya. Sebagai contoh
pada tahun 1989, penjualan the US General Motor melebihi daripada Gross
National Product (GNP) Belgia.
Faktor
lainnya adalah TNCs mempunyai pengaruh yang kuat untuk menciptakan pasar dunia
dengan menggunakan prinsip-prinsip liberal, seperti pasar bebas dan tenaga
kerja yang murah. Disamping itu, dalam menjalankan bisnisnya TNCs didukung oleh
WTO dan IMF dalam hal keuangan, hukum/peraturan dan hak-hak kepemilikan
WTO
juga mendukung dalam hal penetapan tarif barang dan jasa dalam kegiatan ekspor
impor kepada pemerintah. Produksi dan distribusi barang ke seluruh penjuru
dunia juga dibawah kontrolnya. Sehingga mau tidak mau pemerintah harus
mengikuti regulasi dari WTO ini agar produknya bisa masuk ke pasaran dunia.
Dalam perdagangan dunia, WTO juga membuat beberapa persyaratan kepada
pemerintah, seperti deregulasi di bidang ekonomi yang mendukung privatisasi,
penurunan tarif perdagangan dan pengurangan subsidi . Organisasi dunia lain yang
membantu pertumbuhan TNCs adalah Bank Dunia, dan PBB. Dalam hal ini Bank Dunia
bersama-sama dengan IMF bertanggungjawab dalam hal keuangan TNCs sedangkan PBB
mempunyai peran dalam menyediakan dukungan di bidang hukum dan perundangan
serta mengendalikan anggotanya dalam kegiatan globalisasi.
Informasi
teknologi dan transportasi modern adalah aspek lain yang dapat mempengaruhi
perekonomian lokal dan regional. Hal ini disebabkan teknologi moderen tersebut
dapat menciptakan efisiensi dalam industrialisasi. Pengelolaan keuangannya akan
lebih efektif dan efisien disamping meningkatkan kualitas pelayanan kepada
pelanggannya. Nasabah bank dapat mentranfer dan menarik uangnya melalui
internet banking atau mesin ATM dengan sangat cepat. Masyarakat sekarang dengan
mudah dapat mengelilingi dunia dalam waktu yang sangat singkat melalui
penggunaan teknologi moderen pesawat terbang. Barang-barang juga dengan mudah
dikirim baik melalui udara maupun laut. Sebuah perusahaan juga dapat dengan
mudahnya memutuskan pindah dari satu negara ke negara lain (Vaile 2000), bahkan
jasa, modal maupun paham atau ide atau ilmu pengetahuan dapat dengan mudah
melintas batas ke suatu negara.
Revolusi
di bidang teknologi pertanian seperti penemuan bioteknologi juga dapat merubah
aktifitas dan perilaku masyarakat. Bioteknologi merubah pertanian tradisional
menjadi pertanian moderen, pola konsumsi makan juga berubah, demikian pula
dengan kebudayaan.
Apa
dampak positif dan negatifnya?
Pertama
mari kita lihat dampak negatifnya terhadap perekonomian lokal dan regional.
Dengan adanya globalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi beberapa wilayah khususnya
di negara-negara yang sedang berkembang mengalami penurunan. Banyak industri
kecil tidak dapat berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan besar yang
tergabung dalam TNCs. Dengan karakteristiknya seperti penggunaan teknologi
tinggi dan modal yang kuat, TNCs dapat membuat kebangkrutan pada banyak
industri-industri lokal maupun regional. TNCs melalui penggunaan teknologi
moderennya seperti komputer dan robot akan menurunkan kuantitas pekerjanya
karena tenaganya dapat digantikan oleh komputer dan robot (Teeple 2000). Hal
ini akan mengakibatkan pengangguran dalam jumlah yang cukup besar.
Pengaruh
peran IMF dan Bank Dunia yang mendukung perluasan TNCs juga dapat berdampak
pada kemiskinan yang menimpa banyak orang. Sebagai contoh, melalui penawaran
restrukturisasi kebijakan ekonominya kepada pemerintah, seperti penurunan
subsidi di sektor pertanian, mengakibatkan banyak petani-petani tradisional
yang kehilangan pekerjaannya karena industrialisasi telah menggantikannya.
Pertanian tradisional tidak dapat berkompetisi dengan pertanian moderen. Chossudovsky
menggunakan Somalia sebagai contoh. Meskipun secara geografis Somalia tergolong
kering namun negara tersebut dapat menyediakan cukup pangan bagi rakyatnya
sampai sekitar tahun 1970-an. Kemudian pada awal tahun 1980, IMF dan Bank Dunia
mengintervensi kebijakan pertanian Somalia yang mengakibatkan timbulnya krisis
dibidang ini. Hal ini membawa Somalia ke dalam krisis hutang yang luar biasa.
Produk-produk pertanian menurun secara dramatis serta digantikan dengan
produk-produk impor dengan harga yang sangat tinggi dari sebelumnya. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan krisis di Somalia. Pertama adalah adanya Bank
Dunia yang mempromosikan privatisasi di sektor pertanian, seperti kesehatan
hewan ternak dan komersialisasi air atau pengairan. Hal ini mungkin menjadi
bagian dari agenda Bank Dunia yang mempromosikan TNCs melalui isu ketahanan
pangan dan privatisasi. Berpendapat bahwa privatisasi di industri pertanian
berhubungan dengan tujuan TNCs yang menarik perhatian masyarakat melalui
isu-isu kesehatan makanan.
Hal
lainnya adalah IMF dapat mengendalikan pemerintah untuk membuat deregulasi di
kebijakan makro ekonomi, seperti restrukturisasi belanja pemerintah. Intervensi
IMF dan Bank Dunia mungkin tidak hanya dapat menyebabkan dampak negatif pada
perekonomian lokal dan regional Somalia namun juga dapat menyebabkan meluasnya
kelaparan dan perubahan pola kehidupan masyarakatnya dari tradisional menjadi
gaya hidup moderen. Keadaan ini juga terjadi di Zimbabwe dan negara-negara yang
sedang berkembang lainnya. Kejadian serupa juga dialami oleh Indonesia.
Indonesia menghadapi krisis ekonomi diakhir tahun 1997.
Sejak
tahun 1970 Indonesia telah menerapkan kebijakan ekonomi liberal. Kemudian
Indonesia melakukan deregulasi kebijakan ekonomi di akhir tahun 1980 dan awal
1990. Pada tanggal 23 Mei 1995, Indonesia telah menandatangani perjanjian
dengan WTO, AFTA dan APEC tentang deregulasi ekonomi. Karena perjanjian
tersebut, pada tanggal 4 Juni 1996 Indonesia memutuskan untuk melakukan
kebijakan deregulasi yang diberi nama ’Paket deregulasi Juni 1996’. Paket ini
berisi regulasi penurunan tarif, restrukturisasi prosedur ekspor-impor, dan
mendorong kebijakan industrilialisasi pada bidang-bidang tertentu. Dengan
adanya paket deregulasi ini Indonesia memasuki babak baru privatisasi dan
liberalisasi dimana dalam babak ini kewenangan BUMN menjadi berkurang.
Pada
awal 1997 ekonomi Indonesia masih tumbuh dengan baik. Namun pada bulan Juli
1997, Indonesia jatuh ke dalam krisis ekonomi yang sangat dalam. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami krisis yaitu: Pertama, pasar uang
dunia mengalami fluktuasi yang sangat tinggi dan mudah dipengaruhi oleh
sentimen pasar bebas. Yang kedua adalah adanya faktor eksternal khususnya dari
ekonomi OECD seperti meningkatnya aliran modal dan bunga yang rendah yang
mendorong pasar modal dunia lebih berfluktuasi sejak tahun 1990. Krisis yang
dialami Indonesia ini menyebabkan banyaknya pengangguran, meningkatnya
kemiskinan bahkan polemik politik.
Korea
adalah contoh lainnya yang mendapat dampak dari globalisasi. Meskipun secara
ekonomi Korea jatuh kedalam krisis pada tahun 1997 s/d 1998, pertumbuhan
ekonominya telah meningkat selangkah demi selangkah dan akhirnya bisa bangkit
dari krisis. Menurut Hogan dan Abiko bahwa Korea memulai membuka pasar modalnya
pada tahun 1988 dan sejak itu kemudian ekonomi Korea menjadi liberal. Situasi
ini mempengaruhi peningkatan investasi ke Korea. Namun setelah itu Korea
mengalami krisis moneter. Melalui program recoverynya IMF, akhirnya Korea dapat
keluar dari krisis tersebut.
Australia
sebagai negara yang telah maju juga terkena dampak negatif dari globalisasi
terutama terjadi di wilayah pedesaan. Menurut Tonts dalam Pritchard dan Mc
Manus ed. 2000) hal ini terjadi ketika Australia tidak dapat menghindari dampak
dari perubahan struktur ekonomi dunia dimana TNCs secara cepat menggantikan
peran pemerintah dalam mengkontrol aktifitas ekonominya. Perubahan ini
mendorong pemerintah Australia untuk memulai restrukturisasi kebijakan makro
ekonominya seperti pengurangan intervensi di bidang ekonomi dan proteksionisme.
Kemudian pemerintah menerapkan 3 (tiga) kebijakan strategis: Pertama adalah
privatisasi pelayanan umum dan infrastruktur. Kedua adalah Rasionalisasi
pelayanan umum dan infrastruktur; dan yang ketiga adalah pendelegasian tanggung
jawab untuk penyediaan jasa kepada pemerintah daerah. Strategi-strategi tersebut berdampak pada banyak
wilayah di pedesaan Australia. Sebagai contoh, privatisasi Bank Commonwealth
menyebabkan bank tersebut malakukan pengurangan subsidi pada wilayah-wilayah
pedesaan. Akibatnya para petani kesulitan untuk mendapatkan kredit untuk
kegiatan usaha taninya menyatakan bahwa pada tahun 1980, liberalisasi di bidang
keuangan menyebabkan kompetisi pada sistem perbankkan yang menyebabkan
penurunan pada sistem tersebut pada akhir tahun 1980 dan awal 1990. Privatisasi
di bidang transportasi dan komunikasi juga menyebabkan masyarakat pedesaan
kehilangan kesempatannya untuk berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan
multinasional. Keputusan Western Australian Rail Services sebuah
perusahaan kereta api di Western Australia, untuk memutus kontrak pemeliharaan
dengan masyarakat pedesaan juga menyebabkan banyak pengangguran di wilayah
tersebut karena perusahaan lebih suka untuk bekerjasama dengan
perusahaan-perusahaan besar dari Perth daripada dengan masyarakat setempat.
Namun
demikian, globalisasi juga menyebabkan keuntungan dan manfaat bagi perekonomian
lokal dan regional serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Sebagai contoh,
dengan penerapan privatisasi dan liberalisasi, produk-produk pertanian
Australia menghasilkan 3% dari total ekspor pertanian dunia (The Commonwealth
of Australia 2003 dikutip dalam Core 2005: 3). Dalam bisnis telekomunikasi,
Telstra sebuah perusahaan telekomunikasi Australia, juga menciptakan pasar yang
kompetitif (Stoler 2005). Kondisi ini sangat menguntungkan bagi industri dan
masyarakat karena harga yang kompetitif tersebut.
Bagaimana
dengan Cina? Meskipun reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Cina menyebabkan
kesenjangan pendapatan pada ekonomi regionalnya, reformasi ini dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Menurut Zhou, Cina mereformasi ekonominya
khususnya di bidang pertanian, kemudian industri dan akhirnya pada seluruh
sektor ekonominya pada akhir tahun 1970. Kemudian pada bulan Maret 1989,
pemerintah Cina memperkenalkan ‘resolusi terhadap kebijakan industri’.
Kebijakan ini sangat penting untuk pembangunan ekonomi karena mengatur
kebijakan-kebijakan di sektor industri, seperti industri berteknologi moderen,
bioteknologi, komunikasi dan transportasi. Hal ini menyebabkan ekonomi Cina
telah menjadi global dan lebih terbuka terhadap dunia. Reformasi ini juga dapat
meningkatkan Gross National Product (GNP) Cina sebesar 9% per tahun
antara tahun 1979 dan 1992. Menurut Yang (1995), agenda ekonomi di Cina dapat merubah agenda
perekonomian pada tingkat lokal dan pemerintah pusat. Pemerintah lebih
mempunyai kemauan untuk bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta dalam
mendorong aktifitas pasar daripada sebelumnya. Perubahan ini juga menciptakan
pembangunan perekonomian yang lebih baik tidak hanya untuk sektor swasta saja
namun juga untuk wilayah pedesaan termasuk masyarakatnya. Oleh sebab itu the
OECD (2005) menyebutkan bahwa ekonomi Cina cenderung stabil sekitar 9,5% dalam
dua dekade terakhir ini. Pertumbuhan ini menyumbangkan penurunan tingkat kemiskinan
dan meningkatkan pendapatan. Keterbukaan ekonomi Cina telah menjadikannya
sebagai bagian dari perekonomian dunia. Situasi ini terjadi karena peran penting reformasi ekonomi di Cina. Sektor swasta dapat dengan bebas menanamkan
modalnya di banyak sektor industri.
Kesimpulan
Banyak
para ahli berpendapat bahwa pertumbuhan globalisasi termasuk TNCs telah
menyebar ke seluruh penjuru dunia dan kebanyakan dari negara-negara di dunia
tidak dapat menghindarinya khususnya untuk negara-negara yang sedang berkembang
tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerimanya (Chang 2003: 269). Dalam hal
ini, organisasi-organisasi dunia seperti WTO, Bank Dunia dan IMF mempunyai
peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan globalisasi. Disamping itu,
kebanyakan negara-negara mempunyai pola yang sama dalam proses globalisasi.
Penutup
Banyak
pelajaran yang kita dapatkan apabila kita mempelajari globalisasi lebih
mendalam. Salah satunya adalah kita akan lebih mengerti tentang perkembangan ekonomi, sosial dan politik dunia. Kita
juga akan lebih paham mengapa Indonesia dapat jatuh ke dalam krisis dan
terjerat hutang yang sangat besar sehingga sampai sekarang pengangguran dan
krisis-krisis yang lainnya masih kita rasakan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.