.

Jumat, 14 Maret 2025

Peran Kurs Mata Uang Dalam Menentukan Harga Barang Impor dan Ekspor

 

Oleh : MUHAMMAD DZAKY NOVICH (G14)


Abstrak

Studi ini mengkaji pentingnya nilai tukar mata uang dalam menentukan harga komoditas impor dan ekspor beserta pengaruhnya pada ekonomi secara menyeluruh.

Perubahan nilai tukar langsung berdampak pada kemampuan bersaing produk suatu negara di pasar global, kondisi neraca perdagangan, dan stabilitas makroekonomi. Artikel menganalisis bagaimana perubahan nilai tukar ditransmisikan ke harga barang, fenomena exchange rate pass-through, dan beragam faktor yang mempengaruhi hubungan antara nilai tukar dan harga. Penelitian juga membahas implikasi kebijakan moneter dan strategi lindung nilai yang dapat diterapkan oleh pelaku ekonomi menghadapi fluktuasi nilai tukar. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemahaman mendalam tentang hubungan nilai tukar dengan harga barang impor dan ekspor sangat krusial dalam merumuskan kebijakan ekonomi dan strategi bisnis internasional yang efektif.

Kata Kunci: Nilai tukar, kurs, harga impor, harga ekspor, exchange rate pass-through, daya saing internasional, neraca perdagangan.

Abstract

This study examines the importance of currency exchange rates in determining the price of imported and export commodities and their impact on the economy as a whole. Changes in the exchange rate directly have an impact on the competitiveness of a country's products in the global market, trade balance conditions, and macroeconomic stability. The article analyzes how exchange rate changes are transmitted to the price of goods, the phenomenon of exchange rate pass-through, and various factors that affect the relationship between exchange rate and price. The research also discusses the implications of monetary policy and hedging strategies that can be applied by economic actors in the face of exchange rate fluctuations. The results of the study show that an in-depth understanding of the relationship between exchange rates and the prices of imported and exported goods is crucial in formulating effective economic policies and international business strategies.

Keywords: Exchange rate, exchange rate, import price, export price, exchange rate pass-through, international competitiveness, trade balance.

 

 

1. Pendahuluan

Di era globalisasi ekonomi saat ini, perdagangan internasional menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika barang dan jasa berpindah melintasi batas negara, transaksi perdagangan terjadi dalam berbagai mata uang berbeda. Nilai tukar mata uang, yang merepresentasikan nilai satu mata uang terhadap mata uang lainnya, menjadi variabel penting yang menghubungkan ekonomi domestik dengan pasar global.

Nilai tukar berperan sebagai penghubung yang mengkonversi harga barang dalam denominasi mata uang domestik ke mata uang asing, dan sebaliknya. Pergerakan nilai tukar berdampak signifikan terhadap harga relatif barang impor dan ekspor, yang kemudian mempengaruhi volume perdagangan, neraca perdagangan, dan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan.

Fluktuasi nilai tukar dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar negara, kebijakan moneter, defisit anggaran, ekspektasi pasar, dan spekulasi valuta asing. Volatilitas nilai tukar menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku ekonomi, mulai dari produsen, konsumen, hingga pembuat kebijakan.

Pentingnya memahami hubungan antara nilai tukar dan harga barang impor-ekspor semakin relevan dengan meningkatnya keterbukaan ekonomi global dan intensitas perdagangan internasional. Pemahaman komprehensif tentang mekanisme transmisi perubahan nilai tukar terhadap harga barang sangat penting dalam perumusan kebijakan ekonomi yang efektif dan strategi bisnis yang adaptif dalam menghadapi dinamika pasar global.

Artikel ini bertujuan menganalisis secara mendalam peran nilai tukar dalam menentukan harga barang impor dan ekspor, mekanisme transmisinya, serta implikasinya terhadap perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini juga mengkaji strategi-strategi yang dapat diterapkan oleh berbagai pelaku ekonomi dalam menghadapi risiko volatilitas nilai tukar.

2. Permasalahan

Hubungan antara nilai tukar dan harga barang impor-ekspor mencakup kompleksitas yang perlu dikaji secara menyeluruh. Beberapa permasalahan utama yang dibahas dalam artikel ini meliputi:

2.1. Mekanisme Transmisi Nilai Tukar ke Harga

Bagaimana perubahan nilai tukar mata uang ditransmisikan ke dalam harga barang impor dan ekspor? Apakah transmisi tersebut bersifat sempurna (complete pass-through) atau sebagian (incomplete pass-through)?

2.2. Asimetri dalam Exchange Rate Pass-Through

Apakah terdapat ketidakseimbangan dalam dampak penguatan dan pelemahan mata uang terhadap harga barang? Bagaimana perbedaan karakteristik pasar dan produk mempengaruhi tingkat pass-through?

2.3. Dampak terhadap Daya Saing Internasional

Bagaimana fluktuasi nilai tukar mempengaruhi daya saing produk domestik di pasar global dan produk impor di pasar domestik? Apa implikasinya terhadap neraca perdagangan?

2.4. Strategi Mitigasi Risiko Nilai Tukar

Strategi apa yang dapat diterapkan oleh pelaku ekonomi, terutama eksportir dan importir, dalam menghadapi risiko volatilitas nilai tukar mata uang?

2.5. Kebijakan Moneter dan Fiskal

Bagaimana intervensi pemerintah dan otoritas moneter dalam pasar valuta asing mempengaruhi nilai tukar dan, pada gilirannya, harga barang impor dan ekspor?

3. Pembahasan

3.1. Teori Dasar Nilai Tukar dan Perdagangan Internasional

3.1.1. Konsep Nilai Tukar dan Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan harga relatif dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Sistem nilai tukar yang diadopsi oleh suatu negara dapat bervariasi dari sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), di mana nilai mata uang dijangkarkan pada mata uang lain atau komoditas tertentu, hingga sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate), di mana nilai mata uang ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan penawaran dan permintaan.

Sistem nilai tukar yang dianut suatu negara memiliki implikasi signifikan terhadap volatilitas kurs dan, karenanya, terhadap stabilitas harga barang impor dan ekspor. Dalam sistem nilai tukar tetap, pemerintah dan bank sentral berkomitmen mempertahankan nilai mata uang pada tingkat tertentu, memberikan stabilitas bagi pelaku perdagangan internasional tetapi seringkali dengan mengorbankan fleksibilitas kebijakan moneter. Sebaliknya, sistem nilai tukar mengambang memberikan fleksibilitas lebih besar dalam kebijakan moneter namun dengan potensi volatilitas kurs yang lebih tinggi, yang dapat menciptakan ketidakpastian bagi eksportir dan importir.

3.1.2. Hukum Satu Harga dan Paritas Daya Beli

Teori Hukum Satu Harga (Law of One Price) menyatakan bahwa, dalam kondisi pasar yang efisien tanpa biaya transaksi dan hambatan perdagangan, produk identik harus dijual dengan harga yang sama di semua lokasi ketika dinyatakan dalam mata uang yang sama. Teori ini menjadi dasar bagi konsep Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity atau PPP), yang menunjukkan bahwa nilai tukar jangka panjang antara dua mata uang harus mencerminkan perbedaan tingkat harga antara dua negara.

Meski Hukum Satu Harga dan PPP memberikan kerangka teoritis yang bermanfaat, bukti empiris menunjukkan bahwa kedua teori ini sering tidak berlaku dalam jangka pendek hingga menengah karena adanya berbagai faktor seperti biaya transportasi, hambatan perdagangan, struktur pasar yang tidak sempurna, dan kekakuan harga.

3.2. Mekanisme Exchange Rate Pass-Through

Exchange Rate Pass-Through (ERPT) mengacu pada sejauh mana perubahan nilai tukar mata uang ditransmisikan ke dalam harga barang impor dan ekspor. ERPT dapat bersifat sempurna (complete pass-through), di mana perubahan nilai tukar sepenuhnya ditransmisikan ke dalam harga barang, atau sebagian (incomplete pass-through), di mana perubahan nilai tukar hanya sebagian yang ditransmisikan ke dalam harga.

3.2.1. Faktor Penentu Exchange Rate Pass-Through

Tingkat ERPT dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:

  1. Struktur Pasar: Dalam pasar persaingan sempurna, ERPT cenderung lebih tinggi, karena produsen memiliki kekuatan pasar yang terbatas untuk menyerap perubahan nilai tukar ke dalam margin keuntungan mereka. Sebaliknya, dalam pasar monopolistik atau oligopolistik, produsen mampu menyerap sebagian perubahan nilai tukar, menghasilkan ERPT yang lebih rendah.
  2. Keberlangsungan Perubahan Nilai Tukar: Perubahan nilai tukar yang dipersepsikan bersifat sementara cenderung kurang ditransmisikan ke dalam harga dibandingkan dengan perubahan nilai tukar yang dipersepsikan bersifat permanen.
  3. Elastisitas Permintaan: Di pasar dengan permintaan yang sangat elastis terhadap harga, produsen cenderung menyerap sebagian perubahan nilai tukar untuk mempertahankan pangsa pasar, menghasilkan ERPT yang lebih rendah.
  4. Strategi Penetapan Harga: Praktik Pricing-to-Market (PTM), di mana perusahaan multinasional menetapkan harga berbeda di pasar berbeda berdasarkan kondisi lokal, dapat menyebabkan variasi dalam tingkat ERPT antar negara dan produk.
  5. Penggunaan Mata Uang dalam Penagihan: Mata uang yang digunakan dalam penagihan (invoicing currency) juga mempengaruhi tingkat ERPT. Ketika ekspor ditagih dalam mata uang eksportir, perubahan nilai tukar cenderung lebih ditransmisikan ke dalam harga barang di pasar importir.

3.2.2. Asimetri dalam Exchange Rate Pass-Through

Bukti empiris menunjukkan bahwa ERPT sering kali bersifat asimetris, di mana efek penguatan dan pelemahan mata uang terhadap harga barang tidak seimbang. Asimetri ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

  1. Kekakuan Harga ke Bawah: Perusahaan mungkin lebih enggan menurunkan harga ketika mata uang importir menguat dibandingkan dengan menaikkan harga ketika mata uang importir melemah.
  2. Perilaku Kolusi: Dalam pasar oligopolistik, perusahaan mungkin berkolusi untuk mempertahankan harga tinggi ketika biaya impor menurun akibat penguatan mata uang domestik.
  3. Hambatan Masuk Pasar: Hambatan masuk yang tinggi dapat mencegah pesaing baru memasuki pasar bahkan ketika penguatan mata uang importir menciptakan peluang keuntungan, sehingga mengurangi tekanan kompetitif untuk menurunkan harga.

3.3. Dampak Nilai Tukar terhadap Harga Barang Impor

Fluktuasi nilai tukar mata uang memiliki dampak langsung terhadap harga barang impor dalam denominasi mata uang domestik. Ketika mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing, harga barang impor dalam mata uang domestik cenderung meningkat, dan sebaliknya.

3.3.1. Dampak Langsung dan Tidak Langsung

Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi harga barang impor melalui dua jalur utama:

  1. Dampak Langsung: Perubahan nilai tukar secara langsung mempengaruhi harga barang impor yang ditagih dalam mata uang asing. Misalnya, pelemahan mata uang domestik sebesar 10% terhadap mata uang asing secara teoritis akan meningkatkan harga barang impor dalam mata uang domestik sebesar 10%, dengan asumsi ERPT sempurna.
  2. Dampak Tidak Langsung: Perubahan nilai tukar juga dapat mempengaruhi harga barang impor secara tidak langsung melalui efeknya terhadap input produksi. Misalnya, pelemahan mata uang domestik dapat meningkatkan biaya bahan baku impor, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan harga barang jadi domestik yang menggunakan bahan baku tersebut.

3.3.2. Pengaruh Struktur Pasar dan Produk

Tingkat dampak nilai tukar terhadap harga barang impor juga dipengaruhi oleh karakteristik pasar dan produk:

  1. Diferensiasi Produk: Barang yang sangat terdiferensiasi cenderung memiliki ERPT yang lebih rendah, karena produsen memiliki kekuatan pasar yang lebih besar untuk menyerap perubahan nilai tukar ke dalam margin keuntungan.
  2. Substitusi Lokal: Ketersediaan substitusi lokal yang mirip untuk barang impor dapat membatasi kemampuan importir untuk mentransmisikan peningkatan biaya yang disebabkan oleh pelemahan mata uang domestik ke dalam harga domestik.
  3. Proporsi Biaya Impor: Semakin tinggi proporsi biaya impor dalam total biaya produksi, semakin besar dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga barang jadi.

3.4. Dampak Nilai Tukar terhadap Harga Barang Ekspor

Nilai tukar mata uang juga mempengaruhi daya saing dan harga barang ekspor di pasar global.

3.4.1. Efek Daya Saing

Pelemahan mata uang domestik secara teoritis membuat barang ekspor lebih kompetitif di pasar global dengan menurunkan harga efektif dalam mata uang asing. Namun, tingkat peningkatan daya saing bergantung pada berbagai faktor:

  1. Elastisitas Permintaan: Semakin tinggi elastisitas permintaan terhadap harga, semakin besar peningkatan volume ekspor yang dihasilkan dari pelemahan mata uang.
  2. Intensitas Impor: Jika produksi barang ekspor sangat bergantung pada input impor, manfaat daya saing dari pelemahan mata uang dapat sebagian diimbangi oleh peningkatan biaya input.
  3. Strategi Penetapan Harga: Eksportir mungkin memilih untuk meningkatkan margin keuntungan alih-alih menurunkan harga dalam mata uang asing ketika mata uang domestik melemah, terutama jika mereka beroperasi dalam pasar ceruk dengan elastisitas permintaan yang rendah.

3.4.2. Kurva-J dan Dinamika Jangka Pendek vs. Jangka Panjang

Efek pelemahan mata uang terhadap neraca perdagangan sering kali mengikuti pola yang dikenal sebagai "kurva-J". Dalam jangka pendek, pelemahan mata uang dapat memperburuk neraca perdagangan karena efek harga (peningkatan nilai impor dalam mata uang domestik) mendominasi efek volume (peningkatan volume ekspor dan penurunan volume impor). Namun, dalam jangka panjang, seiring dengan penyesuaian volume perdagangan terhadap perubahan harga relatif, neraca perdagangan cenderung membaik.

Dinamika ini mencerminkan kelambatan dalam penyesuaian perdagangan terhadap perubahan nilai tukar, yang dapat disebabkan oleh kontrak jangka panjang, kebiasaan konsumen, dan waktu yang diperlukan untuk beralih ke pemasok alternatif.

3.5. Implikasi Makroekonomi

Fluktuasi nilai tukar mata uang dan efeknya terhadap harga barang impor dan ekspor memiliki implikasi makroekonomi yang luas.

3.5.1. Inflasi dan Transmisi Kebijakan Moneter

Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi inflasi domestik melalui beberapa saluran:

  1. Inflasi Impor Langsung: Pelemahan mata uang domestik dapat langsung menyebabkan inflasi impor dengan meningkatkan harga barang impor yang dikonsumsi.
  2. Efek Tidak Langsung melalui Input Produksi: Pelemahan mata uang juga dapat menyebabkan tekanan inflasi melalui peningkatan biaya input impor yang digunakan dalam produksi domestik.
  3. Ekspektasi Inflasi: Perubahan nilai tukar yang signifikan dapat mempengaruhi ekspektasi inflasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perilaku penetapan harga dan upah yang menghasilkan inflasi aktual.

Sensitivitas inflasi terhadap perubahan nilai tukar, yang dikenal sebagai exchange rate pass-through to consumer prices, merupakan pertimbangan penting dalam perumusan kebijakan moneter. Bank sentral di negara dengan ERPT yang tinggi mungkin perlu merespons secara lebih agresif terhadap pelemahan mata uang untuk menahan tekanan inflasi.

3.5.2. Neraca Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Dampak nilai tukar terhadap neraca perdagangan bergantung pada elastisitas harga dari ekspor dan impor. Kondisi Marshall-Lerner menyatakan bahwa pelemahan mata uang akan memperbaiki neraca perdagangan jika jumlah elastisitas harga dari ekspor dan impor lebih besar dari satu. Jika kondisi ini terpenuhi, efek volume dari perubahan nilai tukar akan mendominasi efek harga dalam jangka panjang.

Pelemahan mata uang dapat mendorong pertumbuhan yang didorong oleh ekspor dengan meningkatkan daya saing internasional. Namun, ini juga dapat membawa konsekuensi dalam bentuk inflasi impor dan pengurangan daya beli domestik.

3.6. Strategi Pengelolaan Risiko Nilai Tukar

Pelaku ekonomi, terutama eksportir dan importir, dapat menerapkan berbagai strategi untuk mengelola risiko yang terkait dengan volatilitas nilai tukar.

3.6.1. Lindung Nilai Finansial

Instrumen keuangan derivatif seperti kontrak forward, opsi mata uang, dan swap mata uang dapat digunakan untuk memitigasi risiko nilai tukar. Melalui lindung nilai, perusahaan dapat mengunci nilai tukar pada tingkat tertentu untuk transaksi di masa depan, memberikan kepastian dalam perencanaan finansial dan penetapan harga.

3.6.2. Diversifikasi Pasar

Perusahaan dapat mengurangi eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar tertentu dengan mendiversifikasi pasar ekspor dan sumber impor. Diversifikasi geografis dapat memberikan natural hedge karena pergerakan mata uang yang berbeda tidak selalu berkorelasi sempurna.

3.6.3. Penetapan Harga Strategis

Perusahaan dapat mengadopsi strategi penetapan harga yang fleksibel, seperti menyertakan klausul penyesuaian nilai tukar dalam kontrak jangka panjang atau menggunakan currency-of-invoicing strategis untuk mengalihkan risiko nilai tukar kepada mitra dagang.

3.6.4. Substitusi Input dan Integrasi Vertikal

Perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada input impor melalui substitusi dengan bahan lokal atau integrasi vertikal. Strategi ini dapat mengurangi sensitivitas struktur biaya perusahaan terhadap fluktuasi nilai tukar.

3.7. Implikasi Kebijakan

Kebijakan ekonomi memiliki peran penting dalam mengelola dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga barang impor dan ekspor.

3.7.1. Kebijakan Nilai Tukar

Pilihan rezim nilai tukar—apakah nilai tukar tetap, mengambang, atau sistem hibrid—memiliki implikasi penting terhadap volatilitas nilai tukar dan transmisinya terhadap harga. Sistem nilai tukar tetap dapat memberikan stabilitas jangka pendek tetapi mungkin tidak berkelanjutan jika tidak didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat.

3.7.2. Intervensi Pasar Valuta Asing

Bank sentral dapat mengintervensi pasar valuta asing untuk mempengaruhi nilai mata uang, baik untuk mengurangi volatilitas atau untuk mencapai target nilai tukar tertentu. Namun, efektivitas intervensi bergantung pada kredibilitas bank sentral, kecukupan cadangan devisa, dan kondisi pasar yang mendasari.

3.7.3. Kebijakan Perdagangan

Kebijakan perdagangan seperti tarif, kuota, dan hambatan non-tarif dapat mempengaruhi sensitivitas harga barang impor terhadap fluktuasi nilai tukar. Liberalisasi perdagangan umumnya meningkatkan ERPT dengan meningkatkan integrasi pasar global.

3.7.4. Reformasi Struktural

Reformasi struktural yang bertujuan meningkatkan fleksibilitas ekonomi dan kualitas institusi dapat mengurangi dampak negatif dari volatilitas nilai tukar. Misalnya, pasar tenaga kerja yang fleksibel dapat memfasilitasi penyesuaian ekonomi terhadap guncangan eksternal seperti perubahan nilai tukar yang signifikan.

4. Kesimpulan

Nilai tukar mata uang memegang peran penting dalam menentukan harga barang impor dan ekspor, dengan implikasi luas terhadap perdagangan internasional, inflasi, daya saing, dan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Analisis dalam artikel ini mengungkapkan beberapa kesimpulan utama:

  1. Kompleksitas Transmisi Nilai Tukar ke Harga: Mekanisme transmisi perubahan nilai tukar terhadap harga barang impor dan ekspor bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk struktur pasar, diferensiasi produk, dan praktik penetapan harga. Exchange Rate Pass-Through (ERPT) jarang bersifat sempurna dan sering asimetris antara penguatan dan pelemahan mata uang.
  2. Perbedaan Dampak Jangka Pendek vs. Jangka Panjang: Efek nilai tukar terhadap harga dan volume perdagangan berbeda antara jangka pendek dan jangka panjang, dengan fenomena kurva-J yang mencerminkan kelambatan dalam penyesuaian perdagangan terhadap perubahan nilai tukar.
  3. Implikasi Makroekonomi yang Luas: Fluktuasi nilai tukar memiliki implikasi makroekonomi yang luas, mempengaruhi inflasi, neraca perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi. Sensitivitas ekonomi terhadap perubahan nilai tukar merupakan pertimbangan penting dalam perumusan kebijakan moneter dan fiskal.
  4. Pentingnya Strategi Pengelolaan Risiko: Pelaku ekonomi, terutama yang terlibat dalam perdagangan internasional, perlu menerapkan strategi pengelolaan risiko yang efektif untuk mengurangi dampak negatif dari volatilitas nilai tukar.
  5. Peran Kebijakan Ekonomi: Kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan nilai tukar, intervensi pasar valuta asing, dan kebijakan perdagangan, memiliki peran penting dalam mengelola dampak fluktuasi nilai tukar terhadap ekonomi domestik.

Pemahaman komprehensif tentang hubungan antara nilai tukar mata uang dan harga barang impor-ekspor sangat penting dalam era globalisasi ekonomi yang semakin intensif. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme transmisi nilai tukar terhadap harga, pelaku ekonomi dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi, dan pembuat kebijakan dapat menerapkan kebijakan yang lebih efektif dalam mengelola dampak fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian.

5. Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut beberapa saran untuk berbagai pemangku kepentingan:

5.1. Untuk Pembuat Kebijakan

  1. Kebijakan Nilai Tukar yang Tepat: Memilih rezim nilai tukar yang sesuai dengan karakteristik ekonomi dan tujuan kebijakan, dengan mempertimbangkan trade-off antara stabilitas nilai tukar dan fleksibilitas kebijakan moneter.
  2. Pengembangan Pasar Keuangan: Mendorong pengembangan pasar keuangan, terutama pasar derivatif mata uang, untuk memfasilitasi lindung nilai risiko nilai tukar oleh pelaku ekonomi.
  3. Diversifikasi Ekonomi: Mendorong diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tertentu yang sangat sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar.
  4. Transparansi Kebijakan: Meningkatkan transparansi dalam perumusan dan implementasi kebijakan moneter dan nilai tukar untuk mengurangi ketidakpastian pasar.

5.2. Untuk Pelaku Bisnis

  1. Pengelolaan Risiko Proaktif: Mengadopsi pendekatan proaktif dalam pengelolaan risiko nilai tukar, termasuk penggunaan instrumen lindung nilai yang sesuai dan diversifikasi geografis.
  2. Fleksibilitas Operasional: Meningkatkan fleksibilitas operasional untuk dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar.
  3. Pemahaman Pasar: Membangun pemahaman yang mendalam tentang dinamika pasar dan perilaku konsumen di berbagai pasar untuk mengantisipasi respons terhadap perubahan harga yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar.
  4. Kolaborasi dengan Mitra Dagang: Mengembangkan hubungan yang lebih kolaboratif dengan mitra dagang untuk bersama-sama mengelola risiko nilai tukar, seperti melalui perjanjian pembagian risiko.

5.3. Untuk Penelitian Masa Depan

  1. Analisis Sektoral: Melakukan analisis yang lebih spesifik terhadap dampak nilai tukar pada berbagai sektor industri, mengingat keberagaman dalam ERPT antar sektor.
  2. Studi Komparatif: Melakukan studi perbandingan antar negara untuk memahami bagaimana perbedaan struktur ekonomi dan institusi mempengaruhi hubungan antara nilai tukar dan harga.
  3. Integrasi dengan Rantai Nilai Global: Mengkaji bagaimana integrasi dalam rantai nilai global mempengaruhi transmisi perubahan nilai tukar terhadap harga dalam konteks produksi yang semakin terfragmentasi secara geografis.
  4. Dampak Teknologi: Meneliti bagaimana perkembangan teknologi, seperti e-commerce dan fintech, mempengaruhi hubungan antara nilai tukar dan harga barang impor-ekspor.

Penerapan saran-saran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbagai pemangku kepentingan dalam mengelola dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga barang impor dan ekspor, serta meningkatkan ketahanan ekonomi terhadap volatilitas pasar valuta asing.

Daftar Pustaka

Amiti, M., Itskhoki, O., & Konings, J. (2014). Importers, Exporters, and Exchange Rate Disconnect. American Economic Review, 104(7), 1942-1978.

Auer, R. A., & Schoenle, R. S. (2016). Market Structure and Exchange Rate Pass-Through. Journal of International Economics, 98, 60-77.

Berman, N., Martin, P., & Mayer, T. (2012). How Do Different Exporters React to Exchange Rate Changes? Quarterly Journal of Economics, 127(1), 437-492.

Burstein, A., & Gopinath, G. (2014). International Prices and Exchange Rates. In G. Gopinath, E. Helpman, & K. Rogoff (Eds.), Handbook of International Economics (Vol. 4, pp. 391-451). Elsevier.

Campa, J. M., & Goldberg, L. S. (2005). Exchange Rate Pass-Through into Import Prices. Review of Economics and Statistics, 87(4), 679-690.

Casas, C., Díez, F. J., Gopinath, G., & Gourinchas, P. O. (2016). Dominant Currency Paradigm. NBER Working Paper No. 22943.

Corsetti, G., & Dedola, L. (2005). A Macroeconomic Model of International Price Discrimination. Journal of International Economics, 67(1), 129-155.

Devereux, M. B., & Yetman, J. (2010). Price Adjustment and Exchange Rate Pass-Through. Journal of International Money and Finance, 29(1), 181-200.

Engel, C. (2006). Equivalence Results for Optimal Pass-Through, Optimal Indexing to Exchange Rates, and Optimal Choice of Currency for Export Pricing. Journal of the European Economic Association, 4(6), 1249-1260.

Forbes, K., Hjortsoe, I., & Nenova, T. (2018). The Shocks Matter: Improving Our Estimates of Exchange Rate Pass-Through. Journal of International Economics, 114, 255-275.

Goldberg, L. S., & Tille, C. (2008). Vehicle Currency Use in International Trade. Journal of International Economics, 76(2), 177-192.

Gopinath, G., Itskhoki, O., & Rigobon, R. (2010). Currency Choice and Exchange Rate Pass-Through. American Economic Review, 100(1), 304-336.

Krugman, P. (1986). Pricing to Market When the Exchange Rate Changes. *NBER 









 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.