Oleh Novia Nila Sutarman
Pendekatan Totalitas
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total adalah sarna dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga output per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel per unit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel per unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total adalah sarna dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga output per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel per unit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel per unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q.
Dengan demikian,
π= PQ - (FC + vQ) ….. (7.2)
Persamaan (7.2 ) dapat dipresentasikan dalam bentuk Diagram 7.1. Dalam diagram tersebut kita melihat bahwa pad a awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR yang masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat dari makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC Pada saat jumlah output mencapai Q*, kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya total. Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik BEP, perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR yang di atas kurva TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output harus diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk meneapai BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif. Makin kecil Q* dan atau makin kecil persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang ditanggung perusahaan makin kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.