B12-Ramadhon
Oleh:
Ramadhon Ardiansyah
ABSTRAK
Sektor pertanian
sebagai salah satu sektor pendukung perekonomian Indonesia merupakan sektor
yang relatif lebih tahan dan lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi
dibandingkan sektor-sektor lainnya karena lebih mengandalkan pemanfaatan sumber
daya domestik daripada komponen impor.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian sangat
berperan penting dalam pembangunan nasional antara lain melalui penyediaan
kebutuhan pangan pokok, perolehan devisa melalui ekspor, penampung tenaga kerja
khususnya didaerah pedesaan.Berkaitan dengan peranan sektor pertanian tersebut,
maka erat kaitannya dengan suatu pengukuran atau penilaian dari komponen sektor
tersebut. Jika diartikan nilai tukar merupakan nilai tukar untuk suatu barang
dengan barang lain, jadi dapat dikatakan suatu rasio harga (nominal atau
indeks) dari dua barang yang berbeda.
Dalam rasio tersebut,
menunjukkan bahwa untuk mendapatkan ½ unit Produk B harus ditukar dengan 1 unit
Produk A. Kesimpulannya dalam suatu ekonomi dengan SDA, SDM, K, T, E dan
input-input produksi lainnya yang ada tetap tidak berubah, biaya alternative
dari membuat ½ unit Produk B adalah harus mengorbankan (tidak membuat) 1 unit
produk A. Semakin kuat posisi tawar produk A, semakin tinggi nilai rasio
tersebut, sebaliknya juga akan semakin rendah. Jika sudah demikian, untuk
mencapai orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan pelaku
pembangunan yaitu petani, maka sangat relevan untuk mengkaji dampak pembangunan
yang dilaksanakan terhadap perbaikan kesejahteraan petani.
Adapun salah satu indikator/alat ukur tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan adalah nilai tukar petani (NTP).
Adapun salah satu indikator/alat ukur tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan adalah nilai tukar petani (NTP).
PERMASALAHAN
1.
Apa itu Nilai Tukar Petani?
2.
Bagaimana perkembangan NTP di Indonesia?
3.
Apa Penyebab Lemahnya NTP?
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)
Nilai Tukar Petani
(NTP) adalah sebagai rasio antara indeks harga yang diterima petani (indeks
harga jual output-nya) terhadap indeks harga yang dibayar petani (indeks harga
input yang digunakan untuk bertani), dimisalkan seperti pupuk.
Dalam pengertian lain disebutkan NTP merupakan pengukur kemampuan/daya tukar sektor pertanian terhadap sektor non pertanian. Fluktuasi NTP menunjukkan fluktuasi kemampuan riil petani dan mengindikasikan kesejahteraan petani. NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). Berdasarkan rasio tersebut, maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP, semakin baik profit yang diterima petani atau semakin baik posisi pendapatan petani.Jika disederhanakan NTP hanya menunjukkan perbedaan antara harga output pertanian dengan harga input pertanian, bukan harga barang-barang lain seperti makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
Dalam pengertian lain disebutkan NTP merupakan pengukur kemampuan/daya tukar sektor pertanian terhadap sektor non pertanian. Fluktuasi NTP menunjukkan fluktuasi kemampuan riil petani dan mengindikasikan kesejahteraan petani. NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). Berdasarkan rasio tersebut, maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP, semakin baik profit yang diterima petani atau semakin baik posisi pendapatan petani.Jika disederhanakan NTP hanya menunjukkan perbedaan antara harga output pertanian dengan harga input pertanian, bukan harga barang-barang lain seperti makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
Beberapa
fungsi atau kegunaan nilai tukar petani antara lain :
1. Berdasarkan sektor konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani (IB), dapat dilihat fluktusi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat.
1. Berdasarkan sektor konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani (IB), dapat dilihat fluktusi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat.
2. Berdasarkan indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini dipakai sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
3. Nilai tukar petani berguna untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. Dengan demikian NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan petani.
B. PERKEMBANGAN NTP DI INDONESIA
Untuk melihat keberhasilan pembangunan
sektor pertanian, maka selain data tentang pertumbuhan ekonomi juga diperlukan
data pengukur tingkat kesejahteraan penduduk khususnya petani. Salah satu
indikator yang bisa dipakai untuk melihat kesejahteraan petani adalah indeks
Nilai Tukar Petani (NTP).
Indeks NTP ini
mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani
dengan produk yang dubutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi barang dan
jasa untuk keperluan rumah tangga.Setiap wilayah/ provinsi memiliki NTP yang
berbeda dimasing-masing daerahnya, karena adanya perbedaan inflasi (laju
pertumbuhan indeks harga konsumen), sistem distribusi pupuk dan input pertanian
lainnya serta perbedaan titik ekuilibrium pasar untuk komoditas pertanian.
Sedangkan untuk
ekuilibrium pasar itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan
di wilayah tersebut. Jika dilihat dari segi penawaran , faktor penentu uama
adalah volume atau kapasitas produksi di sektor pertanian. Untuk segi
permintaan, adalah jumlah penduduk ( serta komposisinya menurut umur dan jenis
kelamin ),dan tingkat pendapatan riil masyarakat.
1. Pembentukan Komposisi Nilai Tukar Petani
1. Pembentukan Komposisi Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani
(NTP) merupakan pengukur kemampuan daya tukar sektor pertanian terhadap sektor
non pertanian. Sehingga NTP dapat menunjukkan kemampuan riil petani serta dapat
mengindikasikan kesejahteraan petani.NTP digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan petani dari periode ke periode, namum tidak dapat untuk
diperbandingkan antar propinsi atau wilayah. Sedangkan NTP secara nasional
merupakan gabungan dari beberapa provinsi-provinsi dengan tetap memperhatikan
faktor penimbang dari setiap provinsi.
NTP diperoleh dari
persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga
yang dibayar petani (IB). Tahun 1993 digunakan sebagai tahun dasar dimana
dengan ditunjukkan dengan nilai NTP yaitu 100. Suatu periode dikatakan
mempunyai NTP=100, maka berarti kesejahteraan petani sama keadaannya dengan
tahun dasar. NTP>100, hal ini menunjukkan kemampuan / daya beli petani lebih
baik dibandingkan keadaan pada tahun dasar, yaitu tahun 1993. Dengan kata lain
kesejahteraan petani lebih baik dibandingkan pada tahun dasar.Lembaga resmi
yang melakukan pengukuran tentang Nilai Tukar Petani (NTP) adalah Biro Pusat
Statisyik (BPS).
Istilah NTP didefinisikan sebagai rasio
antara harga yang diterima petani (IT) dengan harga yang dibayar petani (IB),
dan dapat diformulasikan sebagai berikut :
NTP dinyatakan dalam bentuk indeks,
dimana merupakan nilai tertimbang terhadap kuantitas pada tahun dasar tertentu.
Pergerakan nilai indeks akan ditentukan oleh penentuan tahun dasar,karena
perbedaan penggunaan tahun dasar akan menghasilkan keragaman perkembangan indeks
yang sama sekali berbeda.
2.Perkembangan Umum Nilai Tukar Petani diIndonesia
2.Perkembangan Umum Nilai Tukar Petani diIndonesia
IT merupakan harga
hasil produksi di tingkat petani , yang mana merupakan rata-rata harga produsen
atas hasil produksi petani yang diterima disawah / ladang atau farm gate.
Artinya IT merupakan harga tertimbang dari setiap komoditas yang dihasilkan.
Sementara angka penimbang yang digunakan adalah nilai produksi yang dijual
petani dari setiap komoditas tersebut.
Harga dari setiap
kelompok komoditas merupakan harga tertimbang dari rata-rata setiap komoditas
anggota kelompoknya. Selanjutnya dengan memperhatikan kelompok komoditas yaitu
padi, palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan, maka NTP dapat
didekomposisikan menjadi Nilai Tukar Petani Komoditas (NTPK).
IB merupakan harga
tertimbang dari harga biaya konsumsi (pangan dan non pangan) serta biaya sarana
produksi (pupuk, tenaga kerja, dan modal) dan lain-lain penambahan modal yang
dibeli petani. Harga yang dimaksud adalah harga eceran dipasar yang sedang
berlaku. Dari hal tersebut maka nilai tukar petani (NTP) dapat didekomposisikan
menjadi Nilai Tukar Petani terhadap produk konsumsi (NTK) dan Nilai Tukar
Petani terhadap produk sarana produksi (NTS).
C. PENYEBAB LEMAHNYA NTP
Jika sebelumnya telah
dijelaskan perubahan NTP disebabkan oleh perubahan dari indeks harga yang
diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB).
Maka, pengkajian terhadap penyebab lemahnya NTP dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya IT dan factor-faktor penyebab tingginya IB. faktor-faktor tersebut berbeda mnurut jenis komodisatnya.
Maka, pengkajian terhadap penyebab lemahnya NTP dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya IT dan factor-faktor penyebab tingginya IB. faktor-faktor tersebut berbeda mnurut jenis komodisatnya.
Jika dimisalkan, sisi
IT berupa beras dan jeruk yang berbeda pola persaingannya. Analisisnya. Di
Indonesia beras memiliki persaingan yang ketat, termasuk beras impor sekalipun.
Hal ini disebabkan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, dan
diartikan banyak permintaan akan beras tersebut.
Dengan kondisi
tersebut, petani cenderung hanya menanam padi saja, hingga akhirnya justru
membuat harga beras di pasar domestik cenderung menurun hingga sama dengan
biaya marjinalnya (sama dnegan biaya rata-rata per unit output). Artinya, bahwa
IT akan sama dengan IB, dan berarti keuntungan petani adalah nol.
Analisis untuk jeruk. Merupakan
kebutuhan yang tidak sepenting beras bagi masyarakat Indonesia, jadi meskipun
harga baik tidak membuat semua petani ingin menanam jeruk. Jadi dapat diartikan
diversifikasi output di sektor pertanian sangat menentukan baik tidaknya NTP di
Indonesia.Dengan demikian, dapat disimpulkan permintaan beras lebih di
pengaruhi oleh jumlah manusia dan pendapatan masyarakat (pembeli), bukan harga.
Oleh karena itu permintaan beras tidak elastis. Akibtnya jika penawaran beras
terlalu besar (pada saat musim panen), sementara permintaan relatif sama atau
berkembang dengan laju yang tidak terlalu tinggi, maka harga beras bisa jatuh
drastis.
Sebenarnya pemerintah
menyadari masalah tersebut di atas, misalnya pada awal maret 2010 yaitu
anjloknya harga dasar gabah kering giling (GKG) telah mencapai Rp 8/kg.
Karenanya untuk mengatasinya pemerintah telah lama mengeluarkan kebijakan harga
minimum GKG. Misalnya sesuai dengan keppres No. 32/1999 Rp 1.050/kg.Dari sisi
IB (harga yang dibayar petani), faktor utamanya adalah harga pupuk yang bagi
sebagian besar petani padi terlalu mahal. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh
volume produksi atau supply pupuk (termasuk pupuk impor) di dalam negeri yang
terbatas, namun juga karena adanya distorsi di dalam sistem pendistribusiannya.
Harga pupuk yang mahal
bisa juga merupakan salah satu instrument pemerintah untuk mengalihkan surplus
di sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini seperti yang di kutip dari
Colman dan Nixon (1994) yang dalam studinya dijelaskan bahwa tingginya harga
input untuk pertanian (misalnya pupuk) dikarenakan pemerintah menerapkan tarif
impor untuk melindungi industri pupuk dalam negeri.
Dalam wacana pertanian
yang lain, pada mulanya sektor pertanian memiliki andil yang cukup besar di
Negara agraris seperti Indonesia. Sebab Indonesia pernah mengalami kemajuan
yang dramatis dalam bidang beras di akhir 1970an, dengan pembelian tertinggi
sekitar 30% dari beras yang dperdagangkan diseluruh dunia. Ini berarti
indonesia memiliki prospek yang bagus dalam sektor pertanian, namun disisi
pembiayaan buku kas, justru Indonesia memiliki cacatan yang kelam. Sebab
prestasi tersebut berharga mahal yaitu dari pembiayaan Negara berupa subsidi
seperti pupuk, alat teknologi pertanian dan lain sebagainya yang seharusnya
petani terima.
KESIMPULAN
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara
indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani
(IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP adalah pengukur
kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan
barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan
dalam memproduksi produk pertanian.
Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
- NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar.
- NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar.
- NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Nilai Tukar Petani. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/22
. [5 Juni 2017]
Aziz Ahda Saiful. 2011. Nilai Tukar
Petani. http://ahdasaifulaziz.blogspot.com/2011/01/nilai-tukar-petani.html
. [5 Juni 2017]
Anonim. 2013. Nilai Tukar Petani. https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar_petani
. [5 Juni 2017]
Mas Kang. 2012. Nilai Tukar Petani. https://dhkangmas.wordpress.com/2012/06/02/nilai-tukar-petani-ntp/
. [5 Juni 2017]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.