Pendahuluan
Perekonomian nasional di tahun 2015 bisa dikatakan mengalami
kelesuan sebagai dampak dari melemahnya perekonomian global. Melemahnya
perekonomian global sangat mempengaruhi perekonomian nasional dan regional di
Indonesia karena ekonomi Indonesia cukup rentan terhadap faktor eksternal.
Pertumbuhan Indonesia
pada tahun 2015 tumbuh 4,79 persen atau melambat dibandingkan tahun 2014
sebesar 5,02 persen. Indikator makro lain juga menunjukkan adanya dampak
perlambatan ekonomi global, yaitu nilai tukar rupiah yang terus tergerus oleh
dolar Amerika, tingkat pengangguran terbuka nasional pada Agustus 2014 sebesar
5,94 persen atau meningkat bila dibandingkan Februari 2014 sebesar 5,70 persen,
kinerja ekspor nasional yang terus menurun sejak tahun 2012 dari sebesar 190,02
miliar US Dolar menjadi 175,98 miliar Dolar pada tahun 2014, posisi utang luar
negeri Indonesia yang memiliki trend peningkatan sejak tahun 2010 serta
indikator moneter lain. Rentannya ekonomi Indonesia juga turut mempengaruhi
perekonomian regional, terutama provinsi-provinsi di Pulau Jawa yang menguasai
perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar lebih dari 50 persen.
Khusus untuk wilayah regional timur yang mencakup Maluku dan
Papua, perekonomian kedua region tersebut hanya menyumbang sekitar 0,5 persen
terhadap perekonomian nasional bila diukur dari pencapaian Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang menjadi ukuran untuk mencerminkan kondisi
perekonomian makro. Dengan kata lain, gejolak ekonomi yang terjadi pada Maluku
dan Papua hanya menciptakan guncangan yang tak mempengaruhi perkembangan
ekonomi Indonesia.
Sejarah Papua Barat
Provinsi
Papua Barat merupakan sebuah provinsi di Pulau Papua yang dimekarkan dari
Provinsi Papua berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Sejak tahun 2010,
Papua Barat mengalami perkembangan pesat dalam pembangunan infrastuktur fisik
untuk menunjang kegiatan ekonomi yang pada akhirnya dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayah ini yang cukup tertinggal bila
dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Perekonomian Papua Barat terbilang cukup menjanjikan
terlebih dengan keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, sama halnya
seperti Provinsi Papua. Papua Barat memiliki aset SDA gas alam cair yang diolah
oleh perusahaan raksasa BP (British Petroleum) sejak Juni 2009 di
Kabupaten Teluk Bintuni. Keberadaan gas alam cair Tangguh serta merta berdampak
terhadap perekonomian Papua Barat pada tahun 2010 yang tumbuh sangat tinggi,
yaitu sebesar 46,56 persen (data BPS, PDRB tahun dasar 2010). Bahkan sektor
migas menguasai lebih dari separuh dari penciptaan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) selama lima tahun terakhir, artinya perekonomian Papua Barat
tergolong sangat rapuh dikarenakan guncangan eksternal yang negatif terhadap
sektor migas akan menyebabkan perlambatan ekonomi daerah.
Trend Pertumbuhan
Ekonomi di Papua Barat
Trend
kecenderungan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat dapat diperkirakan dari
pergerakan laju pertumbuhan sektor migas, yaitu lapangan usaha Pertambangan
Migas dan Industri Pengolahan Migas. Jika kedua sub kategori tersebut mengalami
pertumbuhan positif yang cukup tinggi maka dapat dipastikan laju pertumbuhan
ekonomi daerah akan positif tinggi atau mengalami percepatan. Selama tiga tahun
terakhir (tahun 2014-2016), perekonomian Papua Barat mengalami perlambatan
meskipun tumbuh positif searah dengan perlambatan ekonomi nasional. Hal ini
diperkirakan karena faktor eksternal dari perlambatan ekonomi nasional akibat
kelesuan ekonomi global yang dipicu dari perlambatan ekonomi Amerika dan
Tiongkok.
Sebagai
pengimpor terbesar komoditas Indonesia, dua negara tersebut memiliki pengaruh
yang besar dalam perekonomian Indonesia. Bila sentimen pasar masih negatif
dalam merespon setiap kebijakan pemerintah maka perlambatan ekonomi pada tahun
2016 tidak terelakkan. Pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi faktor
eksternal yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan
ekonomi.
Pertanyaannya, bagimana dengan kondisi perekonomian Papua Barat di tahun 2017? Tidak
berbeda dengan nasional, Papua Barat juga sangat rentan terhadap faktor
eksternal. Pada tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Papua Barat tumbuh
melambat sebesar 5,38 persen dibandingkan tahun 2013. Demikian juga pada tahun
2015 yang mengalami perlambatan ekonomi sebesar 4,10 persen. Kondisi
perekonomian Papua Barat yang lesu terutama dipicu dari situasi perekonomian
Indonesia selama tahun 2014-2015. Untuk tahun 2016, para pakar ekonomi
memprediksi perekonomian nasional akan membaik. Hal ini ditandai dengan
optimisme para pelaku ekonomi terhadap perekonomian Amerika dan Tiongkok yang
menunjukkan sinyal positif. Ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh lebih baik
pada tahun 2016 didasarkan pada mulai berjalannya program tol laut yang digagas
pemerintahan Joko Widodo sehingga dengan adanya tol laut akan menurunkan biaya
logistik terutama ke wilayah timur Indonesia. Papua Barat akan memperoleh
stimulus positif dengan pembangunan tol laut tersebut. Distribusi barang akan
lancar sehingga dengan sendirinya inflasi akan terkendali dan daya beli
masyarakat meningkat.
Pertumbuhan Ekonomi
hingga 2017
Perekonomian
Papua Barat yang tergolong rentan terhadap kondisi ekonomi nasional perlu
dibenahi. Sumber pertumbuhan ekonomi Papua Barat lebih banyak ditopang dari
lapangan usaha Konstruksi, selain industri migas. Hal ini berarti bahwa naik
turunnya ekonomi Papua Barat dipengaruhi dari pembangunan infrastruktur fisik
dan membaiknya iklim investasi untuk sektor tersebut.
Memasuki
tahun 2017, pemerintah daerah di Papua Barat perlu membuat kebijakan progresif
untuk mendorong tumbuhnya sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang
memproduksi barang dan jasa. Selain itu impor barang juga harus didukung oleh
peningkatan sektor transportasi yang memadai karena sebagian besar barang yang
beredar di Papua Barat sepenuhnya berasal dari luar wilayah seperti Surabaya, Manado
dan Makassar.
Kepala
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat Agus Hartanto pada
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Manokwari, mengatakan saat ini perekonomian
global belum cukup stabil. Meskipun mengalami dampak, Perekonomian Papua Barat
akan terus meningkat layaknya tahun lalu. Pihaknya memprediksi, perekonomian
Papua Barat pada tahun 2017 akan tumbuh pada kisaran 4,8 persen hingga 5,2
persen, dengan target inflasi 4 ± 1 persen.
Pemerintah daerah
baik provinsi maupun kabupaten/kota cukup konsen menghadapi dan menjaga
stabilitis inflasi. Menghadapi tantangang kedepan setiap daerah membutuhkan
sumber pembiayaan yang cukup. Disisi lain, pemerintah dan masyarakat pun harus
bisa mengikuti pesatnya perkembangan teknologi digital. Langkah dan koordinasi
melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) semakin efektif.
Saat ini
sudah ada tujuh TPID terbentuk, yakni TPID Provinsi Papua Barat, Kota Sorong,
Kabupaten Sorong, Fakfak, Kaimana, Tambrauw, dan Raja Ampat. Kedepan diharapkan
seluruh daerah membentuk TPID untuk mempermudah koordinasi peningkatkan
pembiayaan perbankan pada sektor produktif. Hal tersebut dilakukan untuk memacu
laju pertumbuhan ekonomi disetiap daerah. Beberapa
UMKM yang dibina antara lain klaster cabai dan sayur mayur di Kabupaten
Manokwari serta klaster cabai dan bawang di Manokwari Selatan. Pelaksanakan
program proyek percontohan pemberdayaan UMKM yang berbasis pada perempuan,
mengikutsertakan UMKM pada pameran berskala internasional, serta menyediakan
data base profil usaha UMKM. Ini untuk mendorong perceptan fungsi intermediasi
perbankan pada sektor riil dan UMKM.
Adanya
sinyalemen positif dari ekonomi nasional perlu direspon dengan tepat agar
pertumbuhan ekonomi Papua Barat membaik di tahun 2017.
Sumber:
http://papuabarat.antaranews.com/berita/58/ekonomi-papua-barat-2017-diprediksi-terus- tumbuh (diunduh pada 12 Mei 2017)
http://kabar24.bisnis.com/read/20141205/78/379966/ekonomi-daerah-papua-barat-pacu- pembangunan-infrastruktur (diunduh
pada 12 Mei 2017)
http://www.cahayapapua.com/ekonomi-papua-barat-tahun-2016-diperkirakan-tumbuh-6-64/
(diunduh pada 12 Mei 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.