POLA PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Hilma Meilani, Dewi Wuryandani
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan ekonomi dan ketimpangan ekonomi regional antardaerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Unit analisis adalah kabupaten/kota di Provinsi NTB dengan menggunakan data sekunder periode 2006-2009. Analisis klasifikasi perkembangan ekonomi dilakukan dengan tipologi Klassen, ketimpangan regional dengan indeks entropi Theil, sektor unggulan dengan Location Quotient, dan spesialisasi regional dengan indeks Krugman. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Mataram tergolong daerah cepat maju dan cepat tumbuh, Kabupaten Sumbawa dan Dompu tergolong daerah maju tapi lamban tumbuh, Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah tergolong daerah berkembang cepat, serta Kabupaten Lombok Timur, Bima, Lombok Utara, dan Kota Bima tergolong daerah relatif tertinggal. Ketimpangan regional tergolong tinggi, ketimpangan terbesar terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, dan terkecil di Kabupaten Lombok Tengah. Sektor unggulan Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Lombok Utara adalah sektor tanaman bahan makanan, Kabupaten Sumbawa Barat unggul pada sektor perdagangan, Kota Mataram unggul pada sektor pengangkutan, Kota Bima unggul pada sektor pemerintahan, sedangkan Lombok Barat tidak memiliki sektor unggulan. Kabupaten/kota di NTB tidak memiliki indeks spesialisasi yang tinggi.
MAKRO EKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2013 menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan. Adanya momen libur sekolah dan daftar ulang sekolah di bulan Juli 2013, diikuti dengan adanya hari raya Idul Fitri dan hari raya kemerdekaan di bulan Agustus 2013 yang dimeriahkan oleh beberapa pameran dan keramaian di beberapa daerah menjadi pemicu tumbuhnya ekonomi dari sisi permintaan di triwulan III 2013. Adanya panen kedua padi, panen raya tembakau di Lombok Tengah dan Lombok Timur, panen kedelai dan kacang tanah, serta tingginya permintaan sapi sebagai persiapan hari raya Idul Adha dari luar daerah juga memicu tingginya realisasi PDRB di triwulan III 2013 dari sisi penawaran. Meningkatnya produksi Newmont dibanding triwulan sebelumnya juga mampu meningkatkan PDRB NTB. Namun demikian, pelaksanaan hari raya Idul Fitri yang jatuh di awal bulan Agustus, menjadikan aktifitas konsumsi perabot rumah tangga dilaksanakan di triwulan II, sehingga kenaikan nilai konsumsi tidak sebesar di triwulan yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, PDRB Provinsi NTB mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi hingga 8,02% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga dalam menyambut hari raya Idul Fitri. Adanya panen beberapa komoditas juga meningkatkan daya beli petani, sehingga tingkat konsumsi juga meningkat. Secara tahunan, tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,29% (yoy) sedikit di bawah pertumbuhan nasional (5,61% yoy) yang masih cenderung melambat.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar PDRB sisi permintaan dengan sumbangan konsumsi rumah tangga mencapai 54,70% dari total PDRB, disusul oleh investasi yang dilakukan dengan pangsa mencapai 28,20% dan pengeluaran pemerintah dengan pangsa sebesar 19,48% dari total PDRB. Pertumbuhan ekonomi dari sisi sektoral juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat di triwulan III 2013 baik dengan tambang maupun tanpa tambang. Adanya panen raya tembakau menjadi penyebab utama peningkatan PDRB dari sisi penawaran. Peningkatan pertumbuhan PDRB juga didukung oleh membaiknya kinerja pertambangan yang mulai mengalami peningkatan. Adanya konsumsi yang cukup tinggi selama hari raya Idul Fitri juga meningkatkan aktivitas ekonomi di sektor yang lain yang tampak dari adanya peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan jasa-jasa. Melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih disebabkan oleh adanya pembagian aktivitas ekonomi di triwulan sebelumnya dikarenakan oleh waktu hari raya Idul Fitri yang senantiasa maju 10 hari dikarenakan adanya perbedaan sistem penanggalan
PERKEMBANGAN INFLASI
inflasi triwulan III 2013 mengalami kenaikan yang tinggi terutama dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM di akhir bulan Juni 2013. lonjakan inflasi tertinggi dirasakan di bulan Juli 2013. Adanya kenaikan BBM, membuat beberapa komoditas pangan seperti sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan mengalami kenaikan signifikan, diikuti oleh kenaikan harga daging dan olahannya. Kenaikan harga tersebut selain karena pengaruh dari kenaikan biaya transportasi, juga lebih disebabkan oleh adanya aksi ambil untung mengikuti kenaikan harga BBM yang tampak dari anomali kenaikan harga pangan di kota Mataram yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di kota Bima yang mengikuti kenaikan transportasi. Tekanan inflasi masih cukup tinggi hingga bulan Agustus lebih dikarenakan oleh adanya hari raya Idul Fitri dan hari kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga tekanan permintaan cukup tinggi. Harga barang berangsur menurun di bulan September seiring dengan turunnya permintaan dan kembali terkoreksinya harga pangan. Dibanding inflasi nasional, inflasi provinsi NTB di akhir triwulan III sedikit lebih rendah dikarenakan tertolong oleh deflasi yang terjadi di bulan September seiring dengan adanya deflasi komoditas pangan kembali ke harga kesetimbangan. Pergerakan inflasi secara tahunan per tahun 2013 sudah relatif searah pergerakan inflasi nasional yang menunjukkan adanya keterkaitan ekonomi yang semakin kuat dan semakin terintegrasinya pasar barang dengan pergerakan harga nasional.Kinerja Perbankan. Perkembangan perbankan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp22,02 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 18,15% (yoy). Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) yang masih dibawah ketentuan. Kinerja intermediasi perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 23,06% (yoy) atau mencapai Rp17,44 triliun, namun peningkatan tersebut belum seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 10,76% (yoy) atau Rp13,76 triliun.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan III-2013 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan III-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,34 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 24,37% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 21,53% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp790,18 miliar. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,55 triliun yang tumbuh positif sebesar 21,75% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah sebesar 2,69% (yoy) dengan nominal sebesar Rp1,29 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp213,37 miliar.
KINERJA KEUANGAN DAERAH
Keuangan daerah di provinsi NTB terdiri dari 3 sumber utama yaitu dana APBD provinsi NTB, APBD kabupaten dan kota di provinsi NTB dan dana APBN yang dialokasikan di daerah. Total rencana pendapatan yang dihasilkan sepanjang tahun 2013 sebesar 12,75 trilyun, sedangkan total rencana belanja tahun 2013 mencapai 17,73 trilyun. Besarnya rencana belanja terutama banyak disumbang oleh alokasi dana APBN yang dikirim ke provinsi NTB yang mencapai lebih dari 7 trilyun, sedangkan baik rencana pendapatan maupun belanja terbesar disumbang oleh pendapatan dan belanja 10 kabupaten dan kota di wilayah provinsi NTB Pencapaian realisasi pendapatan di provinsi NTB secara umum sesuai dengan rencana dimana sampai dengan akhir triwulan III 2013 total penerimaan telah mencapai 74,65% dari rencana pendapatan. Sedangkan realisasi belanja di provinsi NTB relatif masih rendah dimana sampai dengan akhir triwulan III 2013 baru tercapai 61,89% dari rencana belanja. Hal ini diakibatkan realisasi belanja pemerintah pusat di provinsi NTB baru sebesar 51,86% dari total anggaran, dimana realisasi tertinggi pada belanja pegawai dengan capaian sebesar 71,88% sedangkan realisasi belanja modal belum optimal yaitu sebesar 39,75%.
Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif menurun. Dari sisi ketenagakerjaan terdapat penurunan jumlah angkatan kerja yang dibarengi dengan penurunan rasio Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan peningkatan rasio Tingkat Pengangguran Terbuka. Penurunan penyerapan tenaga kerja terutama di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang seharusnya saat ini menjadi sektor primadona di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terlihat dari beberapa indikator seperti tingkat kunjungan wisatawan, tingkat okupansi hotel dan kegiatan dunia usaha di sektor tersebut menunjukkan peningkatan. Sedangkan dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kota terindikasi menurun dan daya beli masyarakat di pedesaan NTB terhitung rendah terlihat dari Nilai Tukar Petani selama tahun 2013 dibawah nilai 100. Tren penerimaan dana remittance periode 2012-2013 juga terlihat menurun meskipun di triwulan III 2013 terdapat peningkatan dibandingkan triwulan II 2013.
PROSPEK KERJA TRIWULAN IV-2013
Pada triwulan IV 2013, prospek pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan statistik dengan penyesuaian, hingga akhir tahun, pertumbuhan ekonomi diramalkan masih akan tumbuh sebesar 4,92% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 2,49% (qtq). Penurunan pertumbuhan terutama disebabkan oleh sudah selesainya panen raya komoditas utama Provinsi NTB. Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 secara prosentase masih didorong oleh pertumbuhan di sektor listrik, air dan gas, disusul oleh pertumbuhan ekonomi sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor keuangan diperkirakan masih akan tumbuh lebih dari 6% (yoy) walaupun relatif melambat dibanding tahun sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan terutama dialami oleh sektor pertanian, berkat meningkatnya proyeksi ARAM 2 BPS dan hasil panen dan tanam komoditas sektor unggulan yang menunjukkan adanya perbaikan kinerja. Ekspektasi ekonomi pada 6 bulan yang akan datang juga menunjukkan adanya peningkatan optimisme yang tampak dari peningkatan indek ekspektasi konsumen dalam 6 bulan yang akan datang.
Prospek Inflasi Triwulan IV 2013
Kinerja inflasi NTB hingga akhir tahun diperkirakan dapat berada di kisaran 9% (yoy). Inflasi di bulan November diperkirakan dapat menurun seiring dengan adanya panen raya komoditas hortikultura di Lombok Timur meliputi wortel, kentang, cabai, tomat, sawi dan beberapa jenis sayuran lainnya. Namun demikian, kekhawatiran inflasi berasal dari tekanan kenaikan harga beras yang diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring dengan sudah tidak adanya panen besar dan harus menunggu hingga bulan Maret 2014 untuk kembali panen. Berdasarkan pergerakan ramalan harga survei konsumen menunjukkan bahwa tekanan inflasi masih akan terjadi di bulan November dan Desember 2013. Tekanan permintaan kemungkinan besar meningkat di bulan Desember bersamaan dengan datangnya hari raya Natal dan tahun baru yang dibarengi dengan adanya libur panjang. Peningkatan kunjungan wisatawan diperkirakan meningkatkan permintaan kebutuhan pendukung pariwisata.
Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi di NTB Terbaik se-Indonesia.
Jokowi senang dengan pertumbuhan ekonomi di NTB tersebut. Dia mengatakan, butuh usaha keras untuk mencapai angka 9,9% tersebut. "Ini pertumbuhan yang sangat tinggi sekali. Dunia hanya 3,3%, nasional hanya 4,9%. Jadi kita patut bersyukur bahwa pertumbuhan ekonominya sangat baik dan inflasinya malah deflasi," kata Jokowi. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengucapkan selamat menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan untuk warga NTB. "Selamat menjalankan puasa. Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadan," kata Jokowi. Turut mendampingi Presiden Jokowi pada salat tarawih yakni Sekretaris Kabinet, Pramono Anung dan Menteri ESDM, Sudirman Said. Gubernur NTB Muhammad, Zainul Majdi bersebelahan dengan Jokowi saat salat. Zainul yang juga merupakan seorang penghapal Al Quran ini juga sempat memberikan ceramah singkat. "Kehadiran Pak Presiden merupakan suatu pengingat kepada kita semua, seluruh jemaah umat Islam di NTB bahwa Ramadan bukan berarti menurunkan kontribusi kita. Justru Ramadan itu kita tertantang, ditantang oleh Allah untuk memberikan kontribusi yang terbaik," kata Zainul. Usai salat, ratusan warga Mataram berebut untuk bersalaman dan berfoto dengan Jokowi. Dengan santai, Jokowi pun meladeni beberapa warga untuk berfoto. Bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu menunjuk beberapa untuk bisa berfoto dengannya.
SUMBER :
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ntb/documents/kerfinal.pdf
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3230635/jokowi-pertumbuhan-ekonomi-di-ntb-terbaik-se-indonesia
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.