Lokasi daerah Jawa Tengah cukup
strategis karena terletak di tengah-tengah pusat kegiatan ekonomi di Pulau
Jawa, yaitu antara pusat pengembangan kawasan barat, seperti
Jakarta-Bogor-Tangerang serta Bekasi dan kawasan timur, yang meliputi
Gresik-Bangkalan-Mojokerta-Surabaya-Sidoardjo-Lamongan (Gerbang-kertasusila);
serta rencana pembangunan jalan tol di Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar).
Ditambah, adanya jalur pelayaran baik nasional maupun internasional di pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Semua itu memungkinkan Jawa Tengah memperluas jaringan pemasaran dan perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan internasionalSecara administratif, Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten, 7 kota, 568 kecamatan, 7.807 desa.
Jawa Tengah memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perikanan, dan perkebunan.Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah menghasilkan jagung, kecuali Magelang dan Pekalongan. Pengembangan komoditas karet dipusatkan di Kecamatan Wanareja dan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap. Banyumas, Banjarnegara, dan Kendal .
Kopi dihasilkan oleh perkebunan rakyat di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Kudus, Semarang, Temanggung, Tegal, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, Semarang and Salatiga.
Brebes, Cilacap, Tegal, Kebumen, Pemalang Pekalongan, Batang, Jepara, Pati, dan Rembang merupakan sentra perikanan tangkap Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki daerah pantai dibagian utara Pulau Jawa dengan kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut. Pemasaran hasil penangkapan selama ini dalam bentuk ikan segar/basah dan ikan olahan, untuk usaha pengolahan ikan sebagaian besar berskala rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolahan yang bersifat sederhana/tradisional. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas olahan perlu didirikan pabrik pengalengan ikan yang berskala besar dengan teknologi yang modern, sehingga nilai harga jual ikan olahan bisa tinggi, disisi lain dengan adanya pabrik pengalengan ikan diharapkan dapat menyerap semua semua hasil tangkapan nelayan terutama pada musim ikan melimpah dengan harga stabil.
Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Batang, Temanggung, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, dan Boyolali merupakan sentra produksi teh.
Sebagian besar daerah di Jawa Tengah menghasilkan kelapa. Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Sragen, Karanganyar, dan Klaten merupakan sentra produksi tebu. Pemalang, Jepara, Batang, and Cilacap merupakan sentra komoditi kakao, baik berasal dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara. Tekstil merupakan investasi yang juga menjanjikan di Jawa Tengah. Cukup banyak ditemukan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil seperti PT. Sritex, PT. Tyfountex, PT. Apac Inti Corpora, PT. Mutu Gading Tekstil, dsb. Mitra usaha juga mulai Lokasi daerah Jawa Tengah cukup strategis karena terletak di tengah-tengah pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa, yaitu antara pusat pengembangan kawasan barat, seperti Jakarta-Bogor-Tangerang serta Bekasi dan kawasan timur, yang meliputi Gresik-Bangkalan-Mojokerta-Surabaya-Sidoardjo-Lamongan (Gerbang-kertasusila); serta rencana pembangunan jalan tol di Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar). Ditambah, adanya jalur pelayaran baik nasional maupun internasional di pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Semua itu memungkinkan Jawa Tengah memperluas jaringan pemasaran dan perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan internasionalSecara administratif, Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten, 7 kota, 568 kecamatan, 7.807 desa.
Jawa Tengah memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perikanan, dan perkebunan.Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah menghasilkan jagung, kecuali Magelang dan Pekalongan. Pengembangan komoditas karet dipusatkan di Kecamatan Wanareja dan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap. Banyumas, Banjarnegara, dan Kendal .Kopi dihasilkan oleh perkebunan rakyat di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Kudus, Semarang, Temanggung, Tegal, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, Semarang and Salatiga.
Brebes, Cilacap, Tegal, Kebumen, Pemalang Pekalongan, Batang, Jepara, Pati, dan Rembang merupakan sentra perikanan tangkap Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki daerah pantai dibagian utara Pulau Jawa dengan kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut. Pemasaran hasil penangkapan selama ini dalam bentuk ikan segar/basah dan ikan olahan, untuk usaha pengolahan ikan sebagaian besar berskala rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolahan yang bersifat sederhana/tradisional. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas olahan perlu didirikan pabrik pengalengan ikan yang berskala besar dengan teknologi yang modern, sehingga nilai harga jual ikan olahan bisa tinggi, disisi lain dengan adanya pabrik pengalengan ikan diharapkan dapat menyerap semua semua hasil tangkapan nelayan terutama pada musim ikan melimpah dengan harga stabil.
Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Batang, Temanggung, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, dan Boyolali merupakan sentra produksi teh.
Sebagian besar daerah di Jawa Tengah menghasilkan kelapa. Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Sragen, Karanganyar, dan Klaten merupakan sentra produksi tebu. Pemalang, Jepara, Batang, and Cilacap merupakan sentra komoditi kakao, baik berasal dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara. Tekstil merupakan investasi yang juga menjanjikan di Jawa Tengah. Cukup banyak ditemukan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil seperti PT. Sritex, PT. Tyfountex, PT. Apac Inti Corpora, PT. Mutu Gading Tekstil, dsb. Mitra usaha juga mulai melirik komiditi getah pinus, batik, logam, garam, peternakan sapi, kayu, eceng gondok, kain tenun, dan bahan bangunan.Batu kapur, minyak atsiri, dan minyak biji jarak merupakan peluang usah yang muncul di Jawa Tengah.Kabupaten Rembang memiliki bermacam bahan tambang. Batu kapur tersebar mencapai 30% luas daratan dengan keputihan mencapai 93% dan kandungan CaCO3 diatas 90%. Aplikasi penggunaan kapur: GCC, Quicklime, Hydrated lyme and Precipited Calcium Carbonate (PCC). Potensi pasar Quicklime dan Hydrated Lyme nasional sebesar 3,1 juta ton/tahun, kapasitas produksi nasional sebesar 1,3 juta ton, peluang pasar sebesar 1,7 juta ton. Dengan demikian perlu dikembangkan industri yang berbasis bahan galian batu gamping menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan nilai tambah yang tinggi.
Proyek pembangunan pabrik gula tumbu, berlokasi di Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, dengan lingkup kegiatan pengembangan areal tebu, pengadaan sarana produksi, dan pembangunan pabrik gula tumbu. Manfaat yang diharapkan adalah optimalisasi pemanfaatan lahan kering, peningkatan produksi gula, meningkatkan ketersediaan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Adapun aspek teknis proyek itu adalah perluasan areal tanaman tebu seluas 5000 Ha dan kapasitas produksi gula tumbu 40000 ton/musim. Produksi minyak atsiri (nilam, cengkeh) Kabupaten Batang hampir seluruhnya dipasarkan ke luar negeri. Minyak ini dihasilkan dengan cara ekstraksi daun nilam dan cengkeh. Produk ini digunakan sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian (perfumery), kosmetik dll.
Sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor andalan Propinsi Jawa Tengah. Daerah ini memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah. Wisata alam terdapat di Tawangmangu, Baturaden, Dieng, Kopeng, Teluk Penyu di Cilacap, Pantai Kartini di Jepara, Pantai Widuri di Pemalang, Gua Petruk, Gua Lawa, Gua Jatijajar, sarang burung walet di Kebumen dan Nusa Kambangan. Wisata budaya di Jateng antara lain adalah Candi Borobudur (termasuk satu di antara 10 keajaiban dunia); Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, dan Candi Sukuh. Sementara itu, wisata sejarah meliputi museum Sangiran di Surakarta, museum Mangkunegaran di Surakarta, Keraton Surakarta, makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, makam Sunan Muria, Masjid Demak peninggalan para Wali pada abad ke16 dan museum Kartini.
Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Kawasan Industri Terboyo Semarang, Candi Industrial Estate, Kawasan Industri Tugu Wijayakusuma, LIK Bugangan Baru Semarang, Taman Industri BSB dan kawasan industri Tanjung Emas Export Processing Zone yang terletak di Semarang, Bandara Achmad Yani di Semarang, Bandara Adi Sumarmo di Surakarta, Bandara Dewadaru di Karimunjawa dan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap serta memiliki Pelabuhan Batang, Pelabuhan Brebes, Pelabuhan Tanjung Intan, Pelabuhan Pekalongan, Pelabuhan Tegal, Dermaga PT. Sriboga Ratu Raya, Dermaga Khusus PERTAMINA Upms IV,dan Pelabuhan Jepara.
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016
EKONOMI
JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,1 PERSEN
MELAMBAT
DIBANDING TRIWULAN I-2015
Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2016
mencapai Rp 264,01 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 206,32
triliun.
Ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2016 secara y on y tumbuh 5,1
persen, melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,6
persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Pertambangan dan Penggalian (19,8%), dengan andil tertinggi disumbang oleh
Lapangan Usaha Industri Pengolahan (1,3%). Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang
tumbuh 8,6 persen, adapun andil tertinggi berasal dari pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga (2,9 persen).
Ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2016 secara q to q tumbuh
sebesar 2,1 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor
musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh
22,4 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran didorong oleh peningkatan komponen
Ekspor yang tumbuh 11,8 persen. Lapangan Usaha dan Komponen tersebut juga
memberi andil terbesar pada pertumbuhan q to q dengan andil
masing-masing sebesar 2,5 persen dan 3,7 persen.
Struktur ekonomi
Jawa Tengah pada triwulan I-2016 didominasi oleh Lapangan Usaha Industri
Pengolahan 34,9 persen; Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 15,0
persen serta Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 13,4 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran masih didominasi oleh
Komponen Pengeluaran Rumah Tangga 61,4 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto
29,8 persen dan Konsumsi Pemerintah 5,1 persen.
Ekonomi Jawa Tengah
triwulan I-2016 dibanding triwulan I-2015 (y-on-y) tumbuh 5,1 persen.
Pertumbuhan triwulan ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2015
dikarenakan adanya kontraksi di lapangan usaha Pertanian sebesar 0,1 persen dan
Pengadaan Air 2,6 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pertambangan dan
Penggalian sebesar 19,8 persen sebagai dampak dari telah beroperasinya secara full
capacity lapangan migas Cepu. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan
tertinggi berikutnya yaitu Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,1
persen, diikuti Jasa Pendidikan sebesar 9,2 persen, selanjutnya Informasi dan
Komunikasi sebesar 9,1 persen.
Struktur PDRB Jawa Tengah menurut
lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2016 tidak menunjukkan
perubahan yang berarti. Secara berurutan, Industri Pengolahan; Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor;
dan Konstruksi masih mendominasi PDRB Jawa Tengah.
sisi Pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2016 terhadap
triwulan I-2015 terjadi hampir pada seluruh komponen, kecuali Komponen Ekspor
dan Impor yang masing-masing mengalami konstraksi pertumbuhan minus 2,0
persen dan minus 4,4 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen
Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 8,6 persen;
diikuti Komponen PMTB 5,4 persen; dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga (PKRT) sebesar 4,8 persen.
Struktur PDRB Jawa Tengah menurut
pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan I-2016 tidak menunjukkan
perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh
PDRB Jawa Tengah. Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB
secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah, sedangkan Pengeluaran Konsumsi LNPRT, Perubahan Inventori
dan Ekspor Neto kontribusinya relatif kecil.
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015
EKONOMI
JAWA TENGAH TAHUN 2015 TUMBUH 5,4 PERSEN
MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR
Perekonomian Jawa Tengah tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk
Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.014.074,2 miliar.
Ekonomi Jawa Tengah tahun 2015 tumbuh 5,4 persen meningkat
dibanding tahun 2014 (5,3 persen). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Perusahaan (9,7 persen). Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (5,2
persen).
Ekonomi Jawa Tengah triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,1 persen
dibandingkan triwulan IV-2014 (y-on-y), meningkat bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,6 persen.
Ekonomi Jawa Tengah
triwulan IV-2015 mengalami kontraksi 2,6 persen bila dibandingkan triwulan
sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek
musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh minus
29,7 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan adanya kontraksi pertumbuhan
pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Net Ekspor
Perekonomian Jawa
Tengah tahun 2015 tumbuh sebesar 5,4 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh
lapangan usaha kecuali Pengadaan Listrik dan Gas yang mengalami kontraksi
(pertumbuhan negatif) sebesar 3,3 persen. Jasa Perusahaan merupakan lapangan
usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,7 persen, diikuti oleh
Informasi dan komunikasi sebesar 9,5 persen dan Jasa Keuangan dan Asuransi
sebesar 8,1 persen.
Struktur perekonomian Jawa Tengah menurut lapangan usaha tahun
2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Industri Pengolahan (35,3
persen); Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (15,5 persen) dan Perdagangan
Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (13,3 persen).
BPS.Pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2015.BPS.
https://jateng.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20160205112208.pdf
BPS.Pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2016.BPS.
https://jateng.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20160504133455.pdf
Anonym.info Jateng.2010.blogspot. http://info-daerah-jateng.blogspot.co.id/2010/06/profil-ekonomi-jawa-tengah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.