Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
beribukotakan Kendari.
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Pulau Sulawesi,
secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02° -
06° Lintang Selatan dan 120° - 124° Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan
seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km²
(11.000.000 ha).
Provinsi yang didirikan sejak tahun 1964 ini juga memiliki
jumlah penduduk sebanyak 2.418.000 penduduk dan.
Lalu bagaimana dengan Perekonomian di Sulawesi Tenggara ?
Struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi
sektor Pertanian (38,12 %), Pengolahan (7,90 %) dan Perdagangan (15,22 %). Pada
sektor pertanian kontribusi sub sektor pertanian Ubi Kayu menjadi yang
terbesar, diikuti oleh jagung. Sektor perdagangan kontribusi sub sektor
perdagangan besar dan eceran mempunyai andil terbesar, diikuti oleh restoran
dan hotel.
1.
Komoditi Unggulan di Sulawesi Tenggara :
·
Pertanian, meliputi: Ubi kayu,, jagung, kakao,
kacang mede, kelapa, cengkeh, kopi, pinang lada dan vanili
·
Kehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu
gergajian
·
Perikanan, meliputi: perikanan darat dan
perikanan laut
·
Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing
·
Pertambangan, meliputi: aspal, nikel, emas,
marmer, batu setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat\
2.
Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Tenggara
Dilansir
dari KENDARIPOS.CO.ID,—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju pertumbuhan
ekonomi Sultra melambat pada tahun 2016. Hal itu terjadi karena hanya mampu
mencapai angka 6,51 persen, jauh lebih kecil jika dibanding pertumbuhan ekonomi
tahun 2015 yang levelnya mencapai 6,88 persen.
“Sebenarnya,
struktur perekonomian Sultra menurut lapangan usaha tahun 2016 didominasi oleh
3 sektor yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 24,30 persen. Lalu
pertambangan dan penggalian sebesar 19,35 persen dan konstruksi 14,02 persen,”
ujar Atqo Mardiyanto (Kepala BPS Sultra) saat rilis Berita Resmi Statistik.
Selain
itu, dari sisi produksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
memberi kontribusi paling dominan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Sultra sebesar 24,30 persen. Dari sisi pengeluaran, struktur PDRB
didominasi oleh kompnen konsumsi rumah tangga sebesar 49,58 persen.
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi sultra yang sebesar 6,51 persen masih diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5,02 persen.
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi sultra yang sebesar 6,51 persen masih diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5,02 persen.
3.
Laju Inflasi di Sulawesi Tenggara
DIkutip
dari sultra.bps.go.id,- Inflasi Kota Kendari bulan Februari tahun 2017,
tercatat sebesar 0,49 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 123,35. Inflasi
yang terjadi di Kota Kendari tercatat disebabkan oleh naiknya indeks harga pada
kelompok bahan makanan 1,11 persen; sandang 0,81 persen; perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar 0,48 persen; makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau 0,37 persen; serta kesehatan 0,18 persen. Sementara kelompok yang
tercatat negatif yaitu transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,02 persen dan
pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen.
Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi
terbesar adalah cakalang/sisik; tarif listrik; tariff pulsa ponsel; cabai
rawit; bayam; minyak goreng; rokok putih; ketimun; celana panjang sersin wanita
serta layang/benggol.
Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi
adalah angkutan udara; kangkung; sawi hijau; jantung pisang; daging ayam ras;
terong panjang; nangka muda; baronang; bawang merah serta daun singkong.
4.
Masalah Kemiskinan Sultra yang Meningkat
Seperti
yang dilansir dari bkk.fajar.co.id,- Angka kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Tenggara terus meningkat dan makin mengkhawatirkan. Sementara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sultra 2017 tidak memuat anggaran
pemberantasan kemiskinan. Wakil Ketua
DPRD Sultra Nursalam Lada mengatakan, peningkatan jumaah penduduk miskin
dibuktikan berdasarkan hasil pantauan Badan Pusat Statistik (BPS)
Sultra.Tercatat, jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan di Sultra pada September 2016 adalah 327,29 ribu orang atau
12,88 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang berjumlah
326,87 ribu orang atau 12,77 persen.
5.
Angka Penggangguran di Sultra Meningkat
Dilansir
dari kendarinews.com Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara mencatat
angka pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan hingga Februari 2016
mencapai 45.819 orang, mengalami kenaikan dibanding Februari 2015 sebanyak 3,62
persen atau meningkat 3,78 persen sampai Februari 2016.
Kepala
BPS Sulawesi Tenggara, Aqto Mardiyanto di Kendari, Kamis mengungkapkan, angka
pengangguran tertinggi merupakan tamatan diploma III, yakni 12,93 persen dan
srata satu (S1) serta strata dua (S2) menempati posisi kedua (7,20 persen).
"Tingkat pengangguran terendah
tercatat merupakan tamatan Sekolah Menengah Atas (SLTA) yakni 1,34
persen," katanya. Menurut Aqto, untuk jumlah angkatan kerja di Sulawesi
Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1,212 juta lebih atau bertambah 44.014
orang dibanding Februari 2015 sebanyak 1,166 juta orang lebih. Sektor
pertanian, jasa dan sektor perdagangan secara berurutan menjadi penyumbang
terbesar dalam penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2016. Sektor pertanian
mengalami penurunan sebesar 12.637 orang atau 2,86 persen, sektor transportasi
sebesar 13.925 orang atau 30,17 persen.
6.
Kesenjangan Sosial di Sultra Bisa Ditekan
Dilansir
dari rakyatsultra.fajar.co.id – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), menilai Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil menekan
kesenjangan sosial ditahun 2014.
Data Bappenas, ada trend penurunan tingkat
kesenjangan sosial di Sultra pada tahun 2013 sebesar 0,43 persen turun menjadi
0,41 persen pada tahun 2014.
Penilaian
ini diungkapkan Staf Ahli Bappenas Bidang Sektor Unggulan dan Infrastruktur
Pungky Sumadi, Kamis (14/4) saat menyampaikan sambutan Menteri Bappenas dalam
acara Forum Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) tingkat Provinsi Sultra
di Grand Clarion Hotel Kendari.
Sultra
menurut dia, berdasarkan hasil evaluasi pemerintah pusat, ada beberapa
keberhasilan yang telah dicapainya. Misalnya saja, dalam mengatasi kesenjangan
sosial didaerah, dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup
baik.
“Meskipun trend penurunnya tidak begitu
jauh, tetapi ini trend yang cukup baik. Berarti pemerataan pembangunan yang
dilakukan di Sultra sudah mulai mengena pada sasaran,” katanya.
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim. 2013. “Profil Sulawesi Tenggara”. http://www.sulawesitenggaraprov.go.id/ensiklopedia.php. (Diakses tanggal 16 April 2017)
Anonim. 2017. “Inflasi Kota Kendari Februari 2017, tercatat
0,49 Persen”. https://sultra.bps.go.id/Brs/view/id/224 (Diakses tanggal
16 April 2017)
Fatma. 2017. “Kemiskinan di Sultra Meningkat, APBD Tidak
Berpihak”. http://bkk.fajar.co.id/2017/01/20/kemiskinan-di-sultra-meningkat-apbd-tidak-berpihak/ (Diakses tanggal
16 April 2017)
Senong, Aziz. 2016. “BPS: Angka Pengangguran Di Sultra
Meningkat”. http://www.antarasultra.com/berita/283498/bps-angka-pengangguran-di-sultra-meningkat
(Diakses tanggal 16 April 2017)
Lawaka, Salawudin. 2017. “Pertumbuhan Ekonomi Sultra Tahun
2016 Hanya 6,5 %”. http://kendaripos.fajar.co.id/2017/02/07/pertumbuhan-ekonomi-sultra-tahun-2016-hanya-65/ (Diakses tanggal
16 April 2017)
Anonim. 2016. “NEWSSultra Bisa Tekan Kesenjangan Sosial”. http://rakyatsultra.fajar.co.id/2016/04/sultra-bisa-tekan-kesenjangan-sosial/
(Diakses tanggal 16 April 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.