@B03-Rian
Oleh : Rian Fitriansyah
Oleh : Rian Fitriansyah
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui permintaan dan penawaran kedelai di Indonesia, juga faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai tersebut.
Kata kunci: permintaan, penawaran, kedelai
Pendahuluan
Permasalahan
utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di
Indonesia saat ini adalah terkait dengan
fakta bahwa pertumbuhan permintaan komoditi
pangan yang lebih cepat daripada
pertumbuhan penyediaanya. Oleh karena itu, peningkatan
produktivitas komoditi pangan harus
dipertahankan. Salah satu komoditi yang harus
ditingkatkan produktivitasnya adalah kedelai. Tanaman
kedelai merupakan sumber bahan pangan nabati, dengan kandungan protein. Dari
seluruh protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, sekitar10 persen bersumber
dari produk olahan kedelai (Hayami, dkk, 1988). Tidak seperti tanaman pangan
lainnya, kedelai dikonsumsi melalui berbagai bentuk produk olahan seperti tahu,
tempe, kecap dan tauco. Beberapa modifikasi pengolahan kedelai lainnya juga
telah dikembangkan di berbagai daerah seperti keripik tempe, susu kedelai dan
kedelai goreng. Kedelai digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein
manusia, tetapi juga digunakan sebagai sumber protein pada hewan. Bahan baku
pakan ternak menggunakan kedelai dan sekitar 90 persen protein makanan ternak
berasal dari kedelai (Tomich, 1992).Selama tahun 1990-an, terdapat penurunan
produksi kedelai yang disebabkan turunnya luas areal dan relatif stabilnya
produktivitas kedelai. Disisi lain terdapat peningkatan konsumsi kedelai yang
cukup besar baik permintaan sebagai bahan baku produk olahan maupun permintaan
sebagai bahan baku industri bahan makanan ternak. Untuk itu, perlu dilakukan
kajian untuk mengetahui permasalahan atau faktor yang menyebabkan kondisi
seperti diatas bisa terjadi.
·
Permasalahan
·
Apa
yang dimaksud harga, penawaran dan permintaan ?
·
Apa
saja kegunaan dari kedelai ?
·
Apa
saja faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai di Indonesia ?
·
Upaya
apa saja yang bisa dilakukan untuk dapat meningkatkan kemauan petani menanam
kedelai sehingga produktivitas kedelai meningkat dan tercapai swa sembada
kedelai ?
Pembahasan
Harga
adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi
kontraprestasi dari produsen atau pemilik komoditi.Permintaan adalah
keseluruhan jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu. Penawaran
adalah keseluruhan jumlah barang yang ditawarkan pada suatu pasar tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kedelai
a.
Permintaan Kedelai
1.
Harga Kedelai dalam negeri
Dari
data yang diperoleh dari Departemen Pertanian terlihat bahwa terjadi
peningkatan harga dari tahun 1978-2008. Pada Tahun 1984, permintaan kedelai
meningkat sebesar 186,48% menjadi 2.170.384 Ton, pada tahun yang sama harga
kedelai dalam negeri pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 6,74%.
Sedangkan pada tahun 1998, permintaan kedelai menurun sebesar 16,44% menjadi
1.648.764 Ton, permintaan kedelai tersebut disebabkan meningkatnya harga
kedelai dalam negeri menjadi Rp. 1.130 per Kg.Penurunan permintaan kedelai ini
juga disebabkan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu, hal
ini juga disertai melemahnya kus rupiah terhadap dolar yang menyebabkan
harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa harga kedelai berhubungan negatif dengan permintaan kedelai, serta sesuai
dengan hipotesis ekonomi bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan
diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain tetap sama.
Hasil
simulasi harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan yaitu jika harga
kedelai meningkat sebesar 1%, maka permintaan kedelai akan menurun sebesar
1,894428%. Artinya, semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan
diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga,
semakin rendah jumlah yang diminta (permintaan).Hal ini sesuai dengan hipotesis
bahwa harga kedelai dalam negeri berpengaruh positif dengan harga kedelai
internasional. Kenaikan harga kedelai di pasaran internasional berdampak
langsung terhadap harga kedelai di dalam negeri. Hal ini disebabkan, kebutuhan
industri makanan dan minuman berbahan baku kedelai masih menggunakan kedelai
impor.
2. Jumlah
Penduduk
Laju
pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, membawa
efek terhadap bertambah cepatnya permintaan pangan serta perubahan bentuk dan
kualitas pangan dari penghasil energi kepada produk-produk penghasil protein.Perkembangan
jumlah penduduk Indonesia periode 1978-2008 meningkat rata-rata sebesar 1,56%
per tahun. Permintaan kedelai juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,22%
per tahun. Pada tahun 1998 jumlah permintaan kedelai menurun sebesar 16,44%,
sedangkan jumlah penduduk meningkat sebesar 1,51%. Hal ini dikarena pada tahun
1998 terjadi krisis ekonomi dikarenakan harga kebutuhan bahan pokok meningkat,
sehingga penduduk yang mengkonsumsi kedelai berkurang. Sedangkan pada tahun
2000 terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 1,11%, sedangkan pertumbuhan
permintaan kedelai juga mengalami penurunan sebesar 14,50%. Hal ini disebabkan
angka kematian lebih besar daripada angka kelahiran sehingga jumlah penduduk
mengalami penurunan. Penurunan ini juga terlihat dari pertumbuhan konsumsi per
kapita rata-rata sebesar 13,54%. Konsumsi per kapita pada tahun 2000 sebesar
11,19, yang artinya setiap 1.000 jiwa penduduk mengkonsumsi kedelai sebesar
11,19 ton per tahun.
3. Impor
Hubungan
permintaan kedelai dengan impor kedelai bersifat positif. Hal ini sesuai dengan
dugaan bahwa semakin rendah jumlah yang diminta maka akan menurunkan volume
impor kedelai di Indonesia, dan sebaliknya setiap kenaikan permintaan kedelai
akan meningkatkan pula impor kedelai.Kebijakan impor kedelai yang digunakan
pemerintah sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Pertumbuhan impor
kedelai periode 1978-2008 rata-rata sebesar 14,56% lebih besar dibandingkan
pertumbuhan produksi kedelai rata-rata sebesar 2,08%. Selama kurun waktu dua
puluh dua tahun (1978-1999) prosentase pertumbuhan produksi kedelai terhadap
permintaan kedelai lebih besar dibandingkan impor kedelai. Namun pada tahun
2000 sampai 2008 persentase pertumbuhan impor kedelai terhadap permintaan
kedelai lebih besar dibandingkan produksi kedelai. Pada tahun 1978 menyebutkan
bahwa permintaan kedelai di Indonesia sebesar 776.599 ton sedangkan produksinya
hanya mencapai 616.599 ton (±79% dari permintaan kedelai). Oleh karena itu,
Indonesia harus mengimpor kedelai dari luar negeri sebanyak 160.000 ton (±21%
dari permintaan kedelai). Akan tetapi mulai tahun 2000 produksi kedelai hanya
±44%.
4. Rata
– rata pendapatan
Dampak
dari peningkatan pendapatan masyarakat adalah perubahan pola pangan dari pola
pangan karbohidrat tinggi dengan protein rendah menjadi pola pangan karbohidrat
lebih rendah dengan protein yang lebih tinggi. Laju rata-rata pertumbuhan
pendapatan perkapita tahun 1978-2008 adalah 18,09% per tahun, ternyata lebih
besar dari tingkat konsumsi kedelai di Indonesia yang 7,22% per tahun. Konsumsi
kedelai yang terus meningkat pesat setiap tahunnya, juga sejalan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh meningkatnya
konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%.
5. Selera
masyarakat (Konsumen)
Konsumsi
kedelai yang terus meningkat pesat setiap tahunnya, juga sejalan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh meningkatnya
konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%. Sebagian besar produksi kedelai
diolah menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti tempe, tahu, kecap dan kripik tempe.
Sekitar 115.000 pengusaha tahu dan tempe anggota Koperasi Produsen Tempe dan
Tahu Indonesia (KOPTI) adalah konsumen terbesar kedelai. Mereka membutuhkan 1,2
juta ton kedelai per tahun, atau lebih dari separuh dari total kebutuhan
nasional sebanyak 2,2 juta ton per tahun. Pabrik kecap, perusahaan pakan
ternak, dan industri makananminuman berada di urutan berikutnya sebagai konsumen
kedelai.
b.
Penawaran Kedelai (produksi)
1.
Harga Kedelai
Dari
segi persaingan harga pasar, ternyata harga riil kedelai impor jauh lebih murah
daripada kedelai produksi dalam negeri. Hal ini juga merupakan disinsentif bagi
petani dalam menanam kedelai. Selama harga kedelai impor rendah, maka arus
impor akan makin deras, sehingga harga kedelai produksi dalam negeri akan
turun. Hal ini menyebabkan petani enggan menanam kedelai. Kedua faktor di atas
diduga merupakan penyebab turunnya areal kedelai secara drastis selama periode
1990–2004. Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa ada terobosan kebijakan
dalam pemasaran kedelai, maka prospek pasar untuk pengembangan kedelai di
Indonesia tidak begitu cerah.
2.
Harga Komoditas lain
Diduga
penurunan harga riil menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan
areal panen kedelai. Selain itu, persaingan penggunaan lahan dengan palawija
lainnya juga diduga merupakan salah satu penyebab turunnya areal panen kedelai.
Indikatornya ialah kenaikan harga riil jagung. Secara teoritis, kenaikan harga
jagung akan mendorong petani untuk menanam komoditas tersebut. Konsekuensinya
ialah bahwa kenaikan areal tanam jagung (sebagai komoditas pesaing) dengan
sendirinya akan mengurangi areal untuk kedelai, karena lahan yang digunakan
adalah lahan yang sama.
3.
Input Biaya untuk memproduksi Kedelai
Biaya
produksi merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
produk atau komoditas dalam bidang pertanian. Semua faktor – faktor produksi seperti
sewa lahan, alsintan, biaya untuk pupuk, benih dan irigasi serta keperluan lain
sangat dibutuhkan dalam produksi kedelai. Sehingga apabila biaya input yang
dikeluarkan terlalu besar umumnya untuk awal produksi petani akan mengurangi
kapasitas produksinya. Karena pada saat biaya produksi tinggi dan harga jualnya
rendah maka akan menyebabkan kerugian.
4.
Invasi Teknologi
Senjang
produktivitas kedelai di tingkat petani (rata-rata 1,2 t/ha) dengan potensi
genetik tanaman kedelai masih cukup tinggi (potensi genetik >2 t/ha).
Rendahnya produktivitas disebabkan sebagian besar petani belum menggunakan
benih unggul dan teknik pengelolaan tanaman masih belum optimal (Adisarwanto,
2004;2005) Teknologi produksi kedelai meliputi varietas unggul dan teknik pengelolaan
lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman (LATO). Pengelolaan LATO
dimaksudkan agar potensi hayati yang dimiliki oleh varietas dapat
terekspresikan secara optimal. Varietas unggul merupakan inovasi teknologi yang
mudah diadopsi petani dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam
meningkatkan produksi (Marwoto dan Hilman, 2005). Varietas unggul memiliki
sifat seperti hasil tinggi, umur genjah, dan tahan/toleran terhadap cekaman
biotik (hama dan penyakit) dan abiotik (lingkungan fisik). Teknik
produksi merupakan sintesis dari varietas unggul dan teknik pengalolaan LATO
(lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu). Inovasi teknologi dengan
penggunaan benih bermutu, pembuatan saluran drainase, pemberian air yang cukup,
pengendalian hama dan penyakit dengan sistem PHT, panen dan pasca panen dengan
alsintan mampu meningkatkan produksi kedelai sesuai dengan potensi genetiknya
(Anonimous, 2004a). Oleh karena itu dukungan penelitian terhadap inovasi
teknologi peningkatan produksi kedelai sangat diperlukan.
5.
Tujuan Perusahaan
Di
level petani kedelai, tujuan produksi tentu sangat berpengaruh terhadap
kapasitas produksi kedelainya. Apabila seorang petani hanya menanam kedelai
untuk dikonsumsi sendiri maka volume produksinya tidak akan terlalu besar
dibandingkan dengan apabila petani tersebut bermaksud untuk menjual hasil
produksi kedelainya di level konsumen atau dijual.
6. Luas
Lahan dan Produktivitas
Semakin
luas lahan produktif yang digunakan untuk memproduksi kedelai maka volume
produksi (penawaran) juga akan tinggi.
Kegunaan
dari kedelai yaitu dalam bidang kecantikan (kosmetik, bedak, dll), bidang
kesehatan, bahan pokok dari olahan makanan lain, pupuk hijau, pakan ternak dan
sebagai makanan sumber protein.
Kebijakan
harga sangat berpengaruh terhadap mekanisme permintaan dan penawaran kedelai,
sehingga Upaya-upaya dibawah ini, diharapkan dapat meningkatkan kemauan petani
menanam kedelai sehingga produktivitas kedelai meningkat dan tercapai swa
sembada kedelai. Jika swa sembada kedelai sudah tercapai maka tidak perlu lagi
impor kedelai dari pasar dunia.
·
Membangun
infrastruktur di pedesaan.
·
Memperluas
dan mempermudah akses kredit pada petani.
·
Pemenuhan
berbagai sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani.
·
Pengembangan
riset dan teknologi pertanian dari hulu hingga hilir untuk pencapaian kuantitas
dan kualitas produksi yang lebih baik.
·
Memberikan
perlindungan pasar kepada petani.
·
Memberikan
penyuluhan pada petani sehingga pengetahuan dan kesadarannya tentang pentingnya
teknologi meningkat.
Kesimpulan
Pada
kisaran waktu antara tahun 1978-2008 kondisi permintaan kedelai lebih besar
dari pada volume produksi (penawaran), kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
disparitas yang cukup jauh antara volume produksi dan konsumsi. Titik
permintaan tertingga pada kisaran tahun tersebut terjadi pad tahun 1999 yaitu
sebesar 2,6 juta ton sedangkan kapasitas produksinya hanya sebesar 1,3 juta
ton. Hal ini memicu munculnya regulasi pemerintah untuk melakukan impor
terhadap komoditas kedelai. Kapasitas produksi yang rendah menyebabkan konsumsi
kedelai di Indonesia sangat bergantung kepada kedelai impor.
Faktor
yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia: Harga kedelai, jumlah
penduduk, Impor, rata-rata pendapatan dan selera konsumen.
Sedangkan
faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Indonesia: harga kedelai, harga
komoditas lain, biaya input produksi, tujuan produksi dan invasi teknologi,
luas dan produktivitas lahan serta tujuan produksi.
Daftar
Pustaka
Subagyo
Ahmad.Ekonomi Mikro Permintaan dan Penawaran dalam link http://ahmadsubagyo.com/download/ekonomi_mikro/02-PERMINTAAN-PENAWARAN.pdf
(diunduh 13 Maret 2017)
http://muhammadwalise.blogspot.co.id/2013/02/analisis-permintaan-dan-penawaran.html
(diunduh 13 Maret 2017)
http://shaylife.blogspot.co.id/2011/05/permintaan-dan-penawaran-pada-kenaikan.html
(diunduh 13 Maret 2017)
http://arifinbudi.blogspot.co.id/2015/01/analisispermintaan-dan-penawaran.html
(diunduh 13 Maret 2017)
http://atanitokyo.blogspot.co.id/2008/03/analisis-permintaan-kedelai-indonesia.html
(diunduh 13 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.