Inflasi
Inflasi
adalah meningkatnya harga-harga umum secara terus menerus. Kenaikan harga
berlangsung dalam waktu lama yang terjadi hampir diseluruh barang dan jasa, hal
ini disebut dengan inflasi. Lawan dari inflasi adalah deflasi, deflasi
adalah penurunan harga secara terus menerus. Sementara menurut Weston
dan Sopeland, yang mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah suatu keadaan
ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tinggi dan tidak bisa dicegah
atau dikendalikan lagi.
Inflasi
pada dasarnya terbagi atas dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
inflasi, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya. Inflasi
tarikan permintaan dapat terjadi karna permintaan agregat melebihi kemampuan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa yang menyebabkan
terjadinya kekurangan dan naiknya harga barang dan jasa untuk masyarakat.
Sedangkan inflaisi desakan biaya terjadi karna adanya kenaikan biaya produksi
seperti bahan baku, upah dan lain-lain yang mendorong terjadinya kenaikan harga
untuk menutup biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Berikut
ini adalah teori-teori yang menjelaskan tentang Inflasi:
1.
Teori
Kuantitas
Teori Kuantitas adalah teori yang
membahas mengenai inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami
penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini
juga dikenal sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini menekankan pada
peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga
terhadap timbulnya inflasi.Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut :
(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau
ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral.
(b) Laju inflasi juga ditentukan oleh
laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi)
masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
2.
Teori Keynes
Teori
ini yang menyatakan bahwa inflasi terjadi disebabkan masyarakat hidup di luar
batas kemampuan ekonominua. Inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu
besar. Oleh karena itu, solusi yang harus diambil adalah dengan jalan
mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiri (mengurangi pengeluaran
pemerintah atau dengan meningkatkan pajak dan kebijakan uang ketat.
Dasar
pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat)
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya
akan terjadi inflationary gap. Keterbatan jumlah persediaan barang
(penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas
produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Karenanya teori ini dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam
jangka pendek.
3.
Teori Inflasi Moneterisme
Teori
ini berpendapat bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan
fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat
berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya
kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan
moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan
kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat
kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan
terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing.
4.
Teori Ekspektasi
Menurut
Dornbush, pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan
ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan
optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada.
Pengertian rasional adalah suatu tidakan yang logis untuk mencapai tujuan
berdasarkan informasi yang ada.
5.
Teori Strukturalis
Teori
ini menyoroti penyebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi,
khususnya kekuatan suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena
sebab-sebab struktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambar
dibanding dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikkan harga bahan makanan
dan kelangkaan devisa. Akibat selanjtnya adalah kenaikan harga-harga barang
lain, sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan
sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak dibenahi atau
ditambah.
Dampak
Inflasi Secara khusus
yaitu inflasi dapat menghambat atau mengganggu proses pertumbuhan di sektor
riil. Hal ini dikarenakan dengan terjadinya inflasi maka tingkat pembelian
masyarakat (permintaan agregat) akan mengalami penurunan dan selanjutnya
penurunan ini akan menyebabkan pihak produsen harus mengurangi tingkat produksi
yang berujung mkepada pemutusan hubungan kerja dan bertambahnya pengangguran.
Selain
itu, di saat terjadi inflasi maka suku bungan yang ditetapkan otoritas moneter
juga meningkat. Oleh karena itu, sektor riil pada saat suku bunga tinggi
mengalami kesulitan dana baik untuk meningkatkan produksi atau mengembangkan
usahanya karena semakin tingginya dalam biaya modal.
Sekian
dari informasi ahli mengenai teori teori inflasi dan dampak inflasi, semoga
tulisan informasi ahli mengenai teori teori inflasi dan dampak inflasi dapat
bermanfaat.
Sejalan
dengan dampak dari inflasi yang menyebabkan bertambahnya pengangguran,dibawah
ini akan dipaparkan mengenai pengangguran
Secara
umum, Pengertian Pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari kerja atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha
untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Jenis-Jenis
Pengangguran Berdasarkan Faktor-Faktor Penyebabnya
Menurut
sadono sukirno, berdasarkan dari penyebab pengangguran dapat dibedakan sebagai
berikut..
- Pengangguran friksional, adalah pengangguran yang terjadi karena terdapat sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka perekonomian itu dipandang sudah mencapai kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan dengan pengangguran friksional.
- Pengangguran siklikal, adalah pengangguran yang terjadi karena adanya kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja, yang disebabkan dari kondisi geografis, informasi, dan dari proses perekrutan yang panjang.
- Pengangguran struktural, adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan struktur perekonomian yang umumnya negara berusaha dalam mengembangkan perekonomian dalam pola agraris ke industri.
Hubungan Inflasi
terhadap Pengangguran di Indonesia
Dalam
jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian,
namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak
yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif
lebih mahal dibanding denganhargabarangimpor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik.
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik.
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.