2.1 Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun
aktivitas, yang terdiri atas empat elemen. Indikator yang biasa digunakan untuk
menganalisa siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil
dan tingkat harga.
Anatomi terdiri atas 4 elemen yaitu:
a. Gerakan
menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan
ekonomi ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik. Kadang – kadang
gerakan menaik ini disebut juga ekspansi bila gerakan menaik ini terjadi selama
minimal dua triwulan berturut – turut.
b.
Titik puncak atau kulminasi (Peak)
Ekspansi
ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu ketika gerakan menaik ini mencapai
titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi. Setelah
mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
c. Gerakan
menurun (Downturn)
Yang
dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari
menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang – kadang gerakan penurunan ini
disebut resesi, bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut – turut.
d.
Titik terendah atau nadir (Trough)
Gerakan
menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut
titik nadir. Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali
dilihat dari adanya gerakan menaik.
·
Gerakan Satu Siklus
Yang
dimaksud dengan gerakan satu siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke
titik kulminasi yang lain (K-K) atau dari satu titik nadir ke titik nadir yang
lain (N-N).
·
Bum (Boom)
Kadangkala
karena berbagai factor , terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga
titik kulminasinya jauh di atas biasanya. Titik kulminasi yang jauh di atas
biasanya, dikenal sebagai bum (boom).
·
Depresi (Depression)
Penurunan
pertumbuhan ekonomi jauuh dibawah titik nadir yang biasanya. Kondisi ini
dikenal sebagai kondisi depresi.
Siklus Ekonomi dengan Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Siklus Ekonomi dengan Indikator Output Riil
2.2 Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama
menjadi pengamatan para ahli ekonomi. Mereka menemukan beberapa variasi siklus.
a.
Siklus jangka pendek (Kitchin Cycle)
Durasi
siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph
Kitchin (1923). Itulah sebabnya siklus ini dinamakan siklus Kitchin (Kitchin
cycle). Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek adalah
pengaruh alamiah dan adat – istiadat atau kebiasaan.
b. Siklus
jangka menengah (Juglar Cycle)
Durasi
siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini pertama kali
ditemukan oleh Clement Jugalar (1860)
c.
Siklus jangka panjang (Kondratief Cycle)
Pola siklus
jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief (1925). Durasi
siklusnya berkisar 48-60 tahun.
2.3 Siklus Ekonomi, kesempatan kerja dan inflasi
a. Siklus ekonomi dan kesempatan kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan
kesempatan kerja, terutama bila analisanya jangka pendek. Sebab, dalam jangka
pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap.
Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh siklus
sangat terasa bagi kesempatan kerja.
Berdasarkan diagram disamping ini dapat di simpulkan, yakni penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk menghindari resesi, setidaknya menghindari resesi yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi tersedianya kesempatan kerja.
Berdasarkan diagram disamping ini dapat di simpulkan, yakni penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk menghindari resesi, setidaknya menghindari resesi yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi tersedianya kesempatan kerja.
b. Siklus ekonomi dan inflasi
Jika output riil lebih kecil dari output natural , inflasi
cenderung menurun dan begitu pula sebaliknya jia output riil lebih besar dari
output natural maka inflasi cenderung meningkat. Karenanya pengaruh siklus
sangat berpengaruh terhadap inflasi.
2.4 Pengelolaan Siklus Ekonomi
Siklus
Ekonomi yang semakin stabil
Sumbu
vertikal dalam diagram ini adalah nilai output riil. Sedangkan garis lurus
adalah output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar,
karena simpangan siklus selama periode T1 – T5 sangat besar. Namun karena
pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil,
sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya karena
output natural terus meningkat.
a. Kebijakan
jangka pendek
Target utama
jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural.
Mengubah
kondisi output gap agar tidak terlalu besar maka dapat dilakukan dengan
kebijakan fiskal dan moneter, yang memengaruhi permintaan dan penawaran agregat
jangka pendek.
Masalah Siklus Ekonomi Jangka Pendek : Output Gap
·
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga
dan jumlah uang yang beredar. Instrument utama kebijakan fiskal adalah
pengeluaran dan pajak. Dengan kebijakan fiskal pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan. Seperti
keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional
yang terus menerus defisit dan sebagainya.
·
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kebijakan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
b. Kebijakan
jangka panjang
Target yang
ingin dicapai dalam janka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat
pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab, simpangan
yang kecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
2.5 Krisis Ekonomi di Indonesia
Latar Belakang Krisis
Berikut ini diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut
menurut urutan kejadiannya:
1) Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya.
1) Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya.
2) Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara
2,4% (1993) hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di
bawah nilai tukar nyatanya,menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat
overvalued. Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar
yang naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah,
dan produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk
impor.
3) Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta
jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang
berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo
beserta bunganya (bandingkan juga Wessel et al.: 22), ditambah sistim perbankan
nasional yang lemah.
4) Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim
nilai tukar dengan pita batas intervensi.
5) Defisit neraca berjalan yang semakin membesar (IMF Research
Department Staff: 10; IDE), yang disebabkan karena laju peningkatan impor
barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya pembayaran bunga
pinjaman. Sebab utama adalah nilai tukar rupiah yang sangat overvalued, yang
membuat harga barang-barang impor menjadi relatif murah dibandingkan dengan
produk dalam negeri.
SOLUSINYA ATAS KRISIS INDONESIA
I. Kebijakan jangka pendek Yang di ambil untuk mengatasi krisis
1) Pemulihan kepercayaan kepada perekonomian dalam negeri serta
didukung oleh perbaikan sistem distribusi dan pemulihan kapasitas produksi.
Thailand dan Korea adalah dua negara lain di samping Indonesia yang dalam waktu
hampir bersamaan mengalami krisis serta meminta bantuan IMF. Dengan pulihnya
kepercayaan, nilai tukar akan menguat karena sentimen pasar positif dan terjadi
capital inflow sehingga rupiah menguat dan tekanan inflasi mereda. Dengan
demikian, suku bunga dapat diturunkan ke tingkat yang wajar.
2) Pelaksanaan restrukturisasi perbankan sesuai jadwal akan
membantu menurukan suku bunga melalui dua mekanisme sebagai berikut, keharusan
untuk menutup bank insolven dan meningkatkan permodalan bank akan mengurangi
permintaan dana di PUAB oleh bank-bank tertentu yang secara struktural
mengalami kekurangan likuiditas.
II. Kebijakan jangka menengah-panjang
1) Kewajiban menempatkan capital inflow jangka pendek di Bank
Sentral selama satu tahun dengan persentase tertentu tanpa imbalan dapat
dipertimbangkan untuk mengurangi Pengertian kebijakan jangka menengah-panjang
ini bukan berarti kebijakan yang semuanya akan ditempuh pada jangka menengah-
panjang. Kewajiban seperti ini telah lama diterapkan di Chile dengan mengenakan
reserve requirement sebesar 30% selama satu tahun atas aliran modal masuk.
2) Pembatasan kewajiban luar negeri baik sektor pemerintah maupun
swasta terhadap kreditor luar negeri dalam berbagai bentuk baik berupa pinjaman
maupun surat-surat utang lainnya, seperti CP, MTN, dan FRN.
3) Penyesuaian struktural di sektor riil melalui deregulasi,
penghapusan monopoli, perbaikan sistem distribusi akan dapat meningkatkan
efisiensi dan mengurangi gejolak di sektor riil yang sering memicu inflasi.
Peningkatan efisiensi produsisektor pangan dengan mempertahankan terms of trade
yang lebihmenguntungkan bagi petani akan dapat meningkatkan ketahahan
perekonomian.
4) Di tingkat regional, perlu dibentuk semacam regional
surveillance untuk memelihara stabilitas kawasan mengingat bahwa krisis ekonomi
di Asia semula merupakan contagion effect dari krisis nilai tukar Thailand,
walaupun faktor domestik juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya
krisis.
5) Di tingkat Internasional, investor internasional, seperti
institutional investor dan hedge fund yang sifatnya sangat volatile dan
cenderung memiliki sifat herd behavior, perlu ditetapkan suatu lembaga yang
mengatur kegiatan mereka agar investasinya di negara-negara berkembang dapat
bermanfaat bagi perekonomian dan bukan sebaliknya malah menimbulkan
instabilitas. Lembaga tersebut dapat,mewajibkan untuk memonitor kegiatan
invesor Internasional dan menyampaikan laporan berkala ke semua negara agar negara-negara
penerima dana senantiasa mengetahui eskposurnya terhadap investor asing.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.