Melihat pertumbuhan ekonomi di Sulsel, Aviliani berpendapat
provinsi yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo ini bakal dapat keluar dari tekanan
ekonomi tersebut. Jika sektor infrastruktur dan pertanian, terutama komoditi
unggulan seperti pangan terus didorong dan dimaksimalkan. “Dalam era pasar bebas saat ini pemerintah daerah setempat
ditantang mengingatkan kualitas dan kuantitas produk hilir di sektr pangan
sehingga mampu bersaing dengan produk negara lain” (Menurut Aviliani).
Pertumbuhan ekonomi Sulsel beberapa tahun terakhir terus
mengalami peningkatan. Dimana tumbuh 7,4 persen atau masih berada diatas
rata-rata nasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar industri yang
bergerak di Sulsel bergerak di bidang manufaktur (Menurut Agus Arifin Nu’mang).
Propinsi Sulawesi Selatan, satu dari 34 Propinsi di Indonesia
dengan segala potensi sumber daya alam dan posisi yang strategis, julukan
sebagai pintu dari Kawasan Timur Indonesia juga disematkan pada Propinsi ini.
Penyematan julukan tersebut tentunya tidak sekedar isapan jempol saja, Propinsi
Sulawesi Selatan berbenah dengan beberapa program aksi yang mumpuni. Propinsi
Sulawesi Selatan sampai saat ini terus memperlihatkan geliat perekonomian yang
cukup bergairah di Kawasan Timur Indonesia.
Apalagi saat ini Propinsi Sulawesi Selatan telah didukung
dengan kelengkapan sarana dan prasarana serta infrastruktur pendukung yang
cukup baik, tersedianya potensi dan peluang yang siap dikembangan serta
besarnya dukungan dan komitmen pemerintah daerah.
Apalagi lebih lanjut, kebijakan pemerintah propinsi utamanya
periode kedua dari kepemimpinan H. Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nukman
dalam masa bakti 2013- 2018 telah fokus pada pengembangan sektor infrastruktur,
pengembangan komoditas pangan serta industry hilir guna lebih memacu
perekonomian dan pendapatan ekonomi wilayah untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Propinsi Sulawesi Selatan (Menurut Paul Krugman).
Letak Indonesia yang sangat strategis diantara dua benua Asia
dan Australia yang sangat menguntungkan bagi perdagangan, ditambah dengan
kenyataan bahwasanya wilayah Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang
mumpuni dan menjadi daya tarik asing untuk melakukan investasi di Indonesia,
faktor lain yang mendukung Indonesia sebagai kawasan investasi yang
menguntungkan adalah ketersediaan sumber daya manusia yang secara kuantitas dan
kualitas tercukupi dan mumpuni untuk membantu menyukseskan jalannya roda
investasi yang baik di Indonesia, ketersediaan sumber daya manusia yang ada
juga didukung dengan tidak tingginya pembiayaan dalam persiapan dan
keberlangsungan ketersediaan sumber daya manusia tersebut. Tingginya potensi
keinginan dalam berinvestasi asing di Indonesia dapat terlihat dari sebuah
laporan yang dirilis oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang menggambarkan
tentang indeks peringkat negara dengan merujuk pada potensi arus masuk
investasi dalam kasus Asean2.
Tabel 1.1 : Peringkat
Negara Menurut Indeks Potensi Arus Masuk PMA di ASEAN.
Negara
|
Indeks
Potensi Masuk PMA
|
||||
1990
|
1995
|
2000
|
2004
|
2005
|
|
Brunei
Darussalam
|
29
|
31
|
35
|
50
|
50
|
Indonesia
|
44
|
65
|
76
|
103
|
100
|
Malaysia
|
38
|
33
|
31
|
35
|
35
|
Filipina
|
83
|
70
|
61
|
71
|
74
|
Singapura
|
15
|
3
|
2
|
2
|
21
|
Thailand
|
40
|
44
|
53
|
59
|
62
|
Vietnam
|
78
|
88
|
83
|
80
|
80
|
Kabar24.com, MAKASSAR - Perekonomian Sulawesi Selatan
sepanjang 2016 mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,41% atau lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada level 7,17%. Kepala BPS Sulawesi Selatan Nursam Salam mengatakan struktur
pertumbuhan tersebut masih didominasi oleh empat sektor usaha meliputi
agribisnis, industri pengolahan, perdagangan serta konstruksi. Secara terperinci, kontribusi sektor agribisnis terhadap
struktur perekonomian Sulsel sepanjang 2016 mencapai 23,29% kemudian industri
pengolahan 13,92%, perdagangan 13,41% lalu konstruksi sebesar 12,53% serta
selebihnya berasal dari sektor lainnya. "Sebagian besar sektor usaha di Sulsel kinerjanya
positif sepanjang 2016, meski sektor sektor penopang tidak terlalu besar
pertumbuhannya. Adapun laju pertumbuhan tertinggi ada pada sektor jasa keuangan
yang mencapai 13,63% sepanjang tahun lalu," paparnya, Senin (6/2/2017).
Daftar Pustaka
Paul Krugman, Majalah SWA, 05/XIV/5-18 Maret 1998 dalam
Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional, Bigraf,
Yogyakarta, 2001, hal.77 http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t40346.pdf
Nurhikmah. 13 January 2017 06.00 WITA, Ini Tiga Sektor
Penopang Ekonomi Sulses di 2017.
Rahmat.A.N, 06 Februari 2017 18.20 WIB, Ekonomi Sulsel Melaju
7,41% Sepanjang 2016 http://kabar24.bisnis.com/read/20170206/78/626270/ekonomi-sulsel-melaju-741-sepanjang-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.