.

Selasa, 21 Maret 2017

Permintaan Daging Sapi Masa Kini

@B08-Irfan

Oleh : Mochamad Irfan





ABSTRAK
            Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal dari ternak hewan sudah dikenal sebai bahan pangan yang hampir lengkap dan sempurna.
Karena didalamnya terkandung berbagai macam zat gini yang diperlukan tubuh termasuk didalamnya protein hewani. Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki tingkat konsumsi protein yang masih relatif rendah dibandingkan Negara lain, terutama dari daging sapi.

Pendahuluan
            Daging merupakan salah satu produk peternakan yang mengandung nilai gini yang tinggi. Oleh karena itu produk ini cukup digemari oleh manusia. Di Indonesia sendiri permintaan akan daging akan meningkat drastis pada waktu-waktu tertentu seperti hari raya besar. Namun, banyaknya permintaan daging sapi dapat menyebabkan penawaran meningkat.
Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 1,75kg/kapita/tahun. Namun, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pendidikan yang semakin baik, maka meningkat pula permintaan daging sapi di Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduknya pada tahun 2007 yang mencapai sekitar 220 juta jiwa, total permintaan daging sapi domestic berarti mencapai 384.810 ton. Badan penelitian dan pengembangan pertanian (2005) menyatakan, total produksi dagong sapi dalam negeri hanya mencapai 271.840 ton atau 70,64 persen, sehingga masih ada kekurangan sekitar 112.079 ton atau 29,36 persen dari total kebutuhan dalam negeri.kekurangan tersebut dipengaruhi dengan melakukan impor.
Kondisi ini seperti diatas memiliki peluang sangat besar untuk lebih dikembangkan di Indonesia. Pengembangan usaha perternakan di Indonesia khususnya ternak sapi difokuskan dalam rangka memenuhi konsumsi daging sapi potong dalam negeri dan meningkatkan produksi daging dari dalam negeri, hal tersebut sejalan dengan Program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang direncanakan oleh pemerintah sejak tahun 2005 yang lalu
                        Permasalahan Pemerintah Daging Sapi di Indonesia
            Penurunan populasi dibandingkan dengan data hasil sensus khusus ternak oleh BPS di tahun 2011 ini dipermasalahkan akibat dari pemotongan sapi secara besar-besaran karena harga daging sapi yang bertahan relative tinggi. Sementara itu Kementrian Pertanian memproyeksikan kebutuhan daging sapi tahun 2013 sebesar 549,7 ribu ton.
Dari jumlah itu, 474,4 ribu ton mampu dipenuhi dari populasi ternak sapi domestic, sedangkan sisahnya sekitar 80 ribu ton (14,6 persen) harus diimpor. Adapun rincian impor tersebut terdiri dari 32 ribu ton dalam bentuk daging sapi beku dan 267 ribu ekor sapi bakalan yang setara dengan 48 ribu ton daging sapi.
Dalam perkembangannya, realisasi impor berjalan lambat dan ketersedian daging sapi dalam negeri pun menemui berbagai kendala. Sebagai akibatnya harga daging sapi di beberapa daerah masih terus merangkak naik. Sebagai langkah antisipasi kenaikan harga daging sapi yang cenderung terus meningkat di pasar, pada bulan Mei 2013, dalam rakortas Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pemerintah menetapkan penambahan pasokan daging impor beruba karkas atau daging sebanyak 3.000 ton oleh Bulog. Kenaikan harga daging sapi pun turut terpicu oleh adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM yang baru dapat dilaksanakan pada bulan Juni 2013 berdekatan dengan periode kenaikan harga daging musiman menjelang memasuki bulan suci Ramadan
                        Kebutuhan Konsumsi Daging Sapi
            Mempelajari data hasil sensus Pertanian 2013 dan data impor yang telah diterapkan mestinya tingginya harga daging sapi diseluruh wilayah tanah air dalam beberapa bulan terakhir ini dapat dihindari. Potensi sapi potong nasional yang sangat besar seharusnya mampu manjaga ketersediaan pasokan daging sapi di Tanah Air.
Fenomena kenaikan harga pangan menjelangperayaan bulan suci Ramadaan oleh umat islam di tanah air sudah diprediksi dan upaya penanganannya telah diinstruksikan sejak tiga bulan sebelumnya. Kenyataannya sampai hari ini kenaikan harga di pasar belum dapat dikendalikan.
Ketika terjadi kenaikan permintaan secara tiba-tiba, potensi sapi potong dalam negeri tidak dapat digerakkan dengan segera, sehingga ketersediaan daging di pasar terganggu. Dampaknya herga daging sapi terdongkrak naik cukup tinggi. Kondisi ini diduga merupakan akibat adanya hambatan dalam system distribusi daging sapi.
Data BPS menunjukan bahwa sebaran populasi ternak sapid an sebaran penduduk yang merupakan konsumen daging sapi di tahan air tidak merata. Mengacu data Sensus Pertanian tahun 2011. Populasi sapi potong terbesar terdapat di Pulau Jawa dan Sumatra yaitu 69,06 persen dari populasi sapi potong nasional. Populasi sapi potong di Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua mencapai 16,77 persen, sedangkan di Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 14,18 persen dari total populasi sapi potong.
                        Distribusi Pasokan Daging Sapi
            Pasokan daging sapi di Pulau Jawa, terutama di wilayah Jabidetabek tidak akan menjadi maslah apabila distribusi sapi dari daerah sentra dapat dilakukan dengan mudah dan biaya murah. Kelebihan potensi populasi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara yang cukup besar sulit untuk di salurkan ke Jawa dan Sumatera akibat system logistic yang belum cukup baik. Tata niaga daging sapi domestic masih mengandalkan pada pengiriman saoi hidup dan masih memiliki hambatan yang banyak sehingga belum efisien. Penyebab inefisiensi itu utamanya adalah karena belum memadainya jumlah dan kapasitas alat angkut (truk dan kapal) dan minimnya kualitas sarana angkutan baik truk maupun kapal yang digunakan.
Begitu pula system bongkar muat ternak sapi di pelabuhan dilakukan dengan teknik yang kurang memperhatikan kenyamanan ternak sehingga manjadi factor penyebab tingginya stress pada ternak. Sampai saat ini, pengangkutan ternak dari Nusa Tenggara masih menggunakan kapal kayu dan kargo yang berkapasitas kecil sekitar 300-500 ekor per pengiriman. Terlebih lagi, belum semua pelabuhan memiliki holding ground untuk tempat pengumpulan ternak dan pemeriksaan karantina sebelum naik maupun setelah turun dari kapal. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya retribusi yang harus dikeluarkan selama proses pengangkutan mulai dari desa, kecamatan, provinsi sampai ke daerah tujuan.
Proses pengangkutan sapi seperti itu mengakibatkan pasokan daging sapi local dari wilayah senrta ke wilayah yang membutuhkan menjadi sangat terbatas dan biaya angkutnya menjadi mahal. Tidak mengherankan apabila daging sapi impor dari Australia jauh lebih cepat didatangkan dan biayanya pun lebih murah. Saat ini, biaya angkutan antar pulau seringkali jauh diatas biaya angkutan impor dari Negara lain. Biaya angkutan daging sapi atau sapi potong dari Nusa Tenggara ke Jakarta mencapai Rp.3000 per kg. Ongkos pengiriman satu konteiner ukuran 40 feet dari Padang, Sumatra Batar ke Jakarta mencapai USD 600. Padahal biaya angkut komoditas yang sama dari Auastralia atau Selandia Baru ke Jakarta haya Rp.700 per kg, sedangkan ongkos kirim container berukuran sama dari Jakarta ke Singapura yang jaraknya lebih jauh haya sebestar USD185
                        Upaya Penataan Permintaan Daging Sapi
            Dalam rangka mengendalian kenaikan harga daging sapi pada saat ini Pemerintah telah menunjuk Perum Bulog untuk melakukan impor daging sapi dan menggelar operasi pasar. Langkah ini merupakan kebujakan jangka pendek yang diambil untuk mengatasi permasalahan pasokan daging sapid an tingginya lonjakan harga daging sapi. Untuk jangga menengah-spanjang pembenahan system distribusi sapi local hidup harus dilakukan secara komprehensif dan tidak bersifat sektoral. Penambahan jumlah dan peningkatan kapasitas serta kualitas alat angkut ternak sapi perlu dilakukan baik untuk modal tersportasi truk. Kereta api, maupun kapal.
Pembenahan system distribusi sapi hidup local dan daging sapi perlu dilakukan mulai dari jumlah dan jenis sarana angkutan hingga adminitrasinya diperlukan penyediaan angkutan yang di desain khusus untuk mengangkut ternak sapi dan daging sapi. Demikian pula dengan teknik proses bongkar muat dealam desain khusus kapal ternak harus didukung oleh semua pihak terkait seperti PT, PELNI, Pemda, san pengusaha pemilik angkutan lokar antar daerah. Begitu pula, Pemda perlu mendorong peran serta pihak swasta ataupun asosiasi pengusaha daging sapi didaerah untuk ikut berperan dalam menyediakan box pendingin (cold storage) pada setiap pelabuhan atau titik transfer daging sapi.
Upaya yang dilakukan dalam stabilisasi harga daging sapi yaitu, menciptakan pasar daging domestic agar lebih kompetitif tetap diperlukan. Impor daging sapi sampai saat ini diperlukan, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasr hokera ataupun memenuhi kebutuhan pasar manakala produksi local tidak memadai. Hal ini penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan impor adalah ketepatan waktu pelaksanaan dan lokasi pemasarannya sehingga tujuan tuntuk stabilisasi harga tercapai

DAFTAR PUSTAKA
·         Idaman, Northa. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Progeam Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.



·         Komariah, I. I. Arief, & Y. Wiguna. 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba Daging Sapi yang Ditambah Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Konsentrasi dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Media Peternakan. 27(2): 46-54

·         Harianto. 2013. Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi
http://economy.okezone.com/read/2013/09/20/279/869240/mengatasi-problematika-pasokan-daging-sapi


1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.