@B14-Dimas
Oleh ; Dimas Abimanyu
Oleh ; Dimas Abimanyu
Abstrak
Cabai
(capsicum annuum l) merupakan
komoditas sayuran yang cukup strategis, baik cabai merah maupun cabai rawit.
Pada musim tertentu kenaikan signifikan harga cabai yang terjadi menjadi salah satu faktor penyebab inflasi, kenaikan harga cabai dikarenakan jumlah persediaan cabai di masyarakat tidak sebanding dengan jumlah permintaan yang ada , hal ini disebabkan oleh 2 faktor penting yaitu, musim hujan dan panjangnya rantai distribusi komoditas cabai.
Pada musim tertentu kenaikan signifikan harga cabai yang terjadi menjadi salah satu faktor penyebab inflasi, kenaikan harga cabai dikarenakan jumlah persediaan cabai di masyarakat tidak sebanding dengan jumlah permintaan yang ada , hal ini disebabkan oleh 2 faktor penting yaitu, musim hujan dan panjangnya rantai distribusi komoditas cabai.
Pendahuluan
Cabai
merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena peranannya dalam
mencukupi kebutuhan domestik maupun kebutuhan ekspor dan juga industry pangan (Nur
Hartuti 1997). Cabai juga digunakan sebagai penyedap masakan dan juga penambah
selera makan sehingga makanan yang tidak mengunakan cabai bagi sebagian orang
akan terasa hambar (outlook cabai 2015).
Permasalahan
Menurut
Tria R.D(2009) “Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan juga
meningkatnya kebutuhan cabai dalam industry pangan akan menyebabkan jumlah
permintaan cabai akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan,hal apabila
peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan jumlah produksi maka dapat
menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan masyarakat.”
Pembahasan
Berdasarkan data BPS
Jawa Tengah yang dikutip oleh Tria R.D, jumlah permintaan cabai merah di Kota
Surakarta dan perkembangannya selama 15 tahun
yaitu tahun 1993 sampai dengan tahun tahun 2007. Permintaan cabai merah
di kota Surakarta dari tahun ke tahun relative berfluktuatif. Jumlah permintaan
rata rata sebesar 609.900 Kg/tahun. Sedangkan rata-rata perkembangan permintaan
cabai merah di kota Surakarta per tahun mengalami kenaikan yaitu sebesar
15.674,43 Kg/tahun atau 2,57 % per tahun.
Pada tahun 2005 dan
2006 permintaan cabai merah di kota Surakarta turun drastis sebesar 88,46% dan
48,86%. Hal ini disebabkan karena pasokan cabai merah di sentra produksi
menurun sehingga menyebakan harga semakin melonjak naik. Hal ini menyebabkan
daya beli masyarkat menjadi turun dan cenderung memilih komoditi lain lain
sebagai pengganti cabai merah dengan harga yang lebih murah
Harga cabai yang
fluktuatif hampir selalu jadi polemik yang selalu menguras pikiran Kementerian
Pertanian (Kementan). Saat ini, harga cabai kembali melambung tinggi di atas
harga Rp 60.000/kg. Ketua Umum Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI), Dadi
Sudiana mengungkapkan, labilnya bahan pokok yang sering menyumbang tingginya
angka inflasi ini lantaran persoalan klasik, yakni pasokan yang tak stabil dan
rantai pasok yang terlalu panjang.
"Masalah puluhan
tahun dan sangat klasik. Ketika harga tinggi petani tak banyak menikmati,
ketika banyak panen pada Maret, selalu petani yang menderita karena harga turun
drastis," kata Dadi kepada detikFinance, Minggu (23/10/2016).
Menurut Kepala BPS yang di sunting oleh Sindonews.com,pola
distribusi yang panjang menyebabkan harga cabai merah setiap bulannya
menyumbang inflasi untuk Indonesia. Tercatat rantai perdagangan terpanjang
terjadi pada pulau Jawa Tengah dan terpendek di Sulawesi Utara. Sementara
untuk pembeli terbesar ada di Kalimantan Utara dan distribusi terbesar di
Yogyakarta.
"Angka ini kami rilis setahun sekali. Paling panjang pola distribusinya adalah perdagangan cabai merah. Dari pedagang pengepul, lanjut ke distributor, dari sana masih ke sub distributor, kemudian ke agen, lalu ke sub agen dan pedagang grosir, kemudian ke pengecer dan supermarket, baru sampai ke industri pengolahan, rumah tangga dan usaha lainnya yang merupakan konsumen akhir. Itulah sebabnya, harga cabai merah tinggi sekali," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/2/2016).
"Angka ini kami rilis setahun sekali. Paling panjang pola distribusinya adalah perdagangan cabai merah. Dari pedagang pengepul, lanjut ke distributor, dari sana masih ke sub distributor, kemudian ke agen, lalu ke sub agen dan pedagang grosir, kemudian ke pengecer dan supermarket, baru sampai ke industri pengolahan, rumah tangga dan usaha lainnya yang merupakan konsumen akhir. Itulah sebabnya, harga cabai merah tinggi sekali," jelasnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Selain karena rantai
distribusi yang panjang,melonjaknya harga cabai juga dipengaruhi oleh faktor
alam yaitu musim hujan. Direktur
Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Kementerian Pertanian (Kementan), Yanuardi
mengatakan, penyebab meroketnya harga cabai terjadi lantaran intensitas curah
hujan meningkat, sehingga berimbas pada merosotnya pasokan cabai dari petani.
"Lebih karena pengaruh cuaca. Sekarang ada La Nina, jadi lebih sering hujan. Kalau hujan banyak cabai membusuk, panen jadi telat. Selain itu pas hujan kan petani enggak ke sawah. Jadi karena faktor cuaca," terang Yanuardi.
"Karena hujan banyak bunga tanaman cabai rontok, selain itu juga intensitas serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pasti naik," tambahnya.
Menurut Yanuardi, sifat tanaman cabai yang tak bertahan lama membuat komoditas tersebut jadi salah satu yang sulit dikendalikan.
"Kalau basah, sehari saja bisa sudah membusuk. Sementara kebutuhan setiap hari ada terus, tapi pasokannya bisa berkurang karena ada faktor cuaca, akhirnya harganya naik tinggi," ujar dia.
Diungkapkannya, faktor penjangnya rantai pasok juga berkontribusi pada mahalnya harga cabai ketika sampai di konsumen. Selain menggelar operasi pasar, Kementan pun sudah berupaya memotong rantai pasok dengan menjalin kerjasama lewat skema avalis.
"Kita coba dengan gandeng avalis-avalis. Di mana kita coba fasilitasi avalis agar bisa menjual langsung. Avalis ini pelaku juga yang kerja sama dengan petani, di mana avalis juga berasal dari kelompok-kelompok tani. Operasi pasar juga kita masih terus lakukan," jelas Yanuardi.
"Lebih karena pengaruh cuaca. Sekarang ada La Nina, jadi lebih sering hujan. Kalau hujan banyak cabai membusuk, panen jadi telat. Selain itu pas hujan kan petani enggak ke sawah. Jadi karena faktor cuaca," terang Yanuardi.
"Karena hujan banyak bunga tanaman cabai rontok, selain itu juga intensitas serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pasti naik," tambahnya.
Menurut Yanuardi, sifat tanaman cabai yang tak bertahan lama membuat komoditas tersebut jadi salah satu yang sulit dikendalikan.
"Kalau basah, sehari saja bisa sudah membusuk. Sementara kebutuhan setiap hari ada terus, tapi pasokannya bisa berkurang karena ada faktor cuaca, akhirnya harganya naik tinggi," ujar dia.
Diungkapkannya, faktor penjangnya rantai pasok juga berkontribusi pada mahalnya harga cabai ketika sampai di konsumen. Selain menggelar operasi pasar, Kementan pun sudah berupaya memotong rantai pasok dengan menjalin kerjasama lewat skema avalis.
"Kita coba dengan gandeng avalis-avalis. Di mana kita coba fasilitasi avalis agar bisa menjual langsung. Avalis ini pelaku juga yang kerja sama dengan petani, di mana avalis juga berasal dari kelompok-kelompok tani. Operasi pasar juga kita masih terus lakukan," jelas Yanuardi.
Daftar
Pustaka
·
Tria R.D. Analisi permintaan cabai merah
di Kota Surakarta. Jurnal pertanian. Dalam https://eprints.uns.ac.id/7272/1/70510207200906331.pdf
(diunduh 20 maret 2017)
·
Nuryati. L dan Noviati 2015. Outlok Cabai
2015 . Pusat data dan sistem informasi pertanian sekretariat jenderal
kementrian pertanian. Jakarta
·
http://www.cirebontrust.com/permasalahan-cabai-merah-dan-upaya-penanggulangannya.html
(diunduh 20 maret 2017)
·
https://ekbis.sindonews.com/read/1081865/33/rantai-panjang-distribusi-cabai-penyebab-inflasi-1454320356
(diunduh 20 maret 2017)
·
https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3327450/masalah-klasik-harga-cabai-mahal-ini-solusinya
(diunduh 20 maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.