.

Minggu, 10 Juni 2018

Tingkat Pengangguran DKI Jakarta



abstrak
Pengangguran menjadi masalah yang pasti dialami oleh semua negara baik itu negara berkembang ataupun negara maju. Pengangguran dapat terjadi karena jumlah angkatan kerja yang ada lebih banyak dari pada jumlah kesempatan kerja, ataupan angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja. Pada saat jumlah peredaran uang melebihi kapasitasnya dalam perjalanannya peningkatan inflasi menjadi masalah selanjutnya yang timbul, untuk meredam laju inflasi pemerintah berusaha melakukan cara yakni dengan meningkatkan suku bunga, kebijakan yang diambil tentu saja akan menimbulkan masalah baru juga yakni tingkat investasi akan semakin menurun, dan menurunnya tingkat investasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya pengangguran.
Kata kunci:
Pengangguran, inflansi
Pendahuluan
Perekonomian Indonesia pada sejak  pada pertengahan 1997 mengalami masa krisis yang membuat kondisi pada saat itu berpengaruh terhadap ketenagakerjaan Indonesia yang menyebabkan ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal masalah pengangguran sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbukan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbukan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan  dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah. Bayangkan, pada 1997, jumlah pengangguran terbuka mencapai 4,18 juta.
Menurut data komposisi penduduk Indonesia hasil sensus penduduk tahun 1971,1980 dan 1990 dapat disimpulkan bahwa jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan dalam periode tersebut masing-masing mencapai angka 8,7%, 1,5% dan 2,4% didapat dengan cara membagi jumlah orang yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja dikalikan 100%. Menurut BPS, pada saat melakukan sensus penduduk, menurutnya yang dimaksud bekerja itu adalah orang yang selama dua minggu sebelum sensus penduduk dilakukan telah bekerja minimal 2 jam.
Selanjutnya, pada 1999 (6.03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta), 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, 2001 ; usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta), pengangguran terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela tidak di ketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007 pasti jumlah pengangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia. Hal itulah yang membuat saya merasa tertarik untuk memngangkat sebuah tema mengenai tema tentang pengangguran khususnya tingkat pengangguran di DKI Jakarta.
Permasalahan
1.    Apa yang dimaksud dengan pengangguran?
2.    Apa saja jenis-jenis pengangguran?
3.    Berapa jumlah pengangguran di DKI Jakarta?

Pembahasan
1.    Pengertian pengganguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari kerja atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha untuk memperoleh pekerjaan.
2.    a. Pengangguran Friksional
 Pengangguran yang terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja. Pengangguran ini bersifat sementara, pengangguran ini bukan wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik.
b. pengangguran struktural
pengangguran yang terjadi karena pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Jika dilihat dari sifatnya pengangguran ini sulit diatasi, karena selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama.
c. pengangguran siklis
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam kegiatan perekonomian.   
      d. pengangguran musiman
pengangguran ini yang berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek terutama terjadi disektor pertanian.
3.    Data terbaru tentang pengangguran DKI Jakarta pada bulan Februari 2018 menurut BPS
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DKI Jakarta pada Februari 2018 sebesar 5,34 persen.  Angkatan kerja pada Februari 2018 berkurang sebanyak 0,60 persen jika dibandingkan dengan Februari 2017. Penduduk DKI Jakarta pada Februari 2018 paling banyak bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil yaitu sebesar 24,04 persen (1.236 ribu orang). Pada Februari 2018, penduduk DKI Jakarta yang bekerja pada sektor informal meningkat sebesar 0,43 persen dibandingkan dengan Februari 2017.  Penyerapan tenaga kerja pada Februari 2018 didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SMA sederajat, yaitu sebesar 42,60 persen (2.189 ribu orang). Pada Februari 2018, persentase perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal (1-34 jam per minggu) lebih besar dibandingkan persentase pekerja laki – laki.
Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka pengangguran bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
      Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.
Dikutip CNNIndonesia, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga mengatakan jumlah angkatan tenaga kerja meningkat sedangkan daya serap tenaga kerja dari beberapa industri melemah.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta, dibandingkan Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. "Ada PHK dan daya serap yang agak menurun, sehingga pengangguarn meningkat," kata Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (5/11).
Razali mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku impor. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ditambah terseoknya nilai rupiah terhadap dolar memicu terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah karyawan yang dirumahkan 26.506 orang sepanjang September 2015.
Pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Dari data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP 20,7 juta (18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang, mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana.

Kesimpulan

Pengangguran adalah Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari kerja atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Pengangguran dibagi menjadi 4 yaitu pengangguran friksional, pengangguran struktural, pengangguran siklis, dan pengangguran musiman. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DKI Jakarta pada Februari 2018 sebesar 5,34 persen.  Angkatan kerja pada Februari 2018 berkurang sebanyak 0,60 persen jika dibandingkan dengan Februari 2017. Penduduk DKI Jakarta pada Februari 2018 paling banyak bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil yaitu sebesar 24,04 persen (1.236 ribu orang). Pada Februari 2018, penduduk DKI Jakarta yang bekerja pada sektor informal meningkat sebesar 0,43 persen dibandingkan dengan Februari 2017.  Penyerapan tenaga kerja pada Februari 2018 didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SMA sederajat, yaitu sebesar 42,60 persen (2.189 ribu orang). Pada Februari 2018, persentase perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal (1-34 jam per minggu) lebih besar dibandingkan persentase pekerja laki – laki.
Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka pengangguran bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
      Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.
Dikutip CNNIndonesia, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga mengatakan jumlah angkatan tenaga kerja meningkat sedangkan daya serap tenaga kerja dari beberapa industri melemah.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta, dibandingkan Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. "Ada PHK dan daya serap yang agak menurun, sehingga pengangguarn meningkat," kata Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (5/11).
Razali mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku impor. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ditambah terseoknya nilai rupiah terhadap dolar memicu terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah karyawan yang dirumahkan 26.506 orang sepanjang September 2015.
Pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Dari data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP 20,7 juta (18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang, mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana.

daftar pustaka 
2. Budiono, Dr. 2002. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPEE 
3. Chotib, Dzazuli, Suharmo, Tri, Abubakar, Catio. 2007. Ekonomi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
4. http://derryjie.blogspot.co.id/2013/11/makalah-dampak-pengangguran-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 30 Mei 2016) 
5. http://yogotakgentar.blogspot.co.id/2014/02/makalah-penganggurandi-indonesia-di.html (diakses pada tanggal 30 Mei 2016) 
6. http://lathifahanun.blogspot.co.id/2012/09/makalah-pengangguran.html (diakses pada tanggal 30 Mei 2016) 
7. https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-indonesia-756-juta-orang (diakses pada tanggal 30 Mei 2016)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.